Donna Dona



Donna Donna
oleh: Joan Baez

On a wagon bound for market
There's a calf with a mournful eye
High above him there's a swallow
Winging swiftly through the sky

How the winds are laughing
They laugh with all the their might
Laugh and laugh the whole day through
And half the summer's night

Donna Donna Donna Donna
Donna Donna Donna Don
Donna Donna Donna Donna
Donna Donna Donna Don

"Stop complaining", said the farmer
Who told you a calf to be
Why don't you have wings to fly with
Like the swallow so proud and free


How the winds are laughing
They laugh with all the their might
Laugh and laugh the whole day through
And half the summer's night

Donna Donna Donna Donna
Donna Donna Donna Don
Donna Donna Donna Donna
Donna Donna Donna Don

Calves are easily bound and slaughtered
Never knowing the reason why
But whoever treasures freedom
Like the swallow has learned to fly

How the winds are laughing
They laugh with all the their might
Laugh and laugh the whole day through
And half the summer's night

Donna Donna Donna Donna
Donna Donna Donna Don
Donna Donna Donna Donna
Donna Donna Donna Don


terjemahan:


Donna Donna
oleh: Joan Baez


Pada gerobak menuju pasar
Ada anak sapi dengan mata sedih
Tinggi di atasnya ada walet
Dengan kepakan sayap cepat melalui langit

Bagaimana angin tertawa
Mereka semua tertawa dengan kekuatan mereka
Tertawa dan tertawa sepanjang hari yang dilalui
Dan ditengah malam pada musim panas

Donna Donna Donna Donna
Donna Donna Donna Don
Donna Donna Donna Donna
Donna Donna Donna Don

"Berhenti mengeluh", kata petani
Siapa bilang anak sapi menjadi
Mengapa Anda tidak memiliki sayap untuk terbang dengan
Seperti burung layang-layang begitu bangga dan bebas

Bagaimana angin tertawa
Mereka tertawa dengan semua kekuatan mereka
Tertawa dan tertawa sepanjang hari yang dilalui
Dan di tengah malam pada musim panas

Donna Donna Donna Donna
Donna Donna Donna Don
Donna Donna Donna Donna
Donna Donna Donna Don

Betis mudah terikat dan dibantai
Tidak pernah mengetahui alasan mengapa
Tapi siapa pun harga kebebasan
Seperti burung layang-layang telah belajar untuk terbang

Bagaimana angin tertawa
Mereka tertawa dengan semua kekuatan mereka
Tertawa dan tertawa sepanjang hari yang dilalui
Dan di tengah malam pada musim panas

Donna Donna Donna Donna
Donna Donna Donna Don
Donna Donna Donna Donna
Donna Donna Donna Don







0 comments:

Pidato Pembina Upacara



Pidato  Pembina Upacara
Senin Tanggal 22 Agustus 2016

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji Syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahNya kita dapat berkumpul dalam kegiatan upacara bendera yang biasa kita lakukan setiap hari senin.
Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah, yang terhormat para Wakasek, reka-rekan guru dan staf Tata Usaha serta anak-anaku sekalian yang sangat Bapak banggakan.
Pertama-tama Bapak ucapakan terima kasih kepada para petugas upacara terutama kelas IX C yang telah menunjukkan kemampuannya terbaiknya meskipun dengan persiapan dan latihan yang terbatas. Terimakasih juga Bapak ucapkan kepada seluruh peserta upacara yang telah mengikuti kegiatan upacara ini dengan cukup khidmat.
Bapak akan menyampaikan amanat ini, dengan judul: “Jiwa yang Merdeka (Spirit Independent)”. Merdeka menurut KBBI merdeka adalah bebas, bebas dari penghambaan, penjajahan atau tidak terikat oleh seseuatu apapun. Dengan demikian dapat diartikan jiwa yang merdeka adalah jiwa yang otonom (berdiri sendiri). Kita sebagai pelajar harus memiliki jiwa yang merdeka yakni kekuatan batin yang dapat membebaskan diri dari sikap malas: “malas belajar, malas membaca, malas menggali atau mengeksplorasi segenap kemampuan yang kita miliki (yakni potensi logika dan kemampuan nalar, kinestetis, potensi motorik dan potensi yang lainnya).
Jika kita masih memiliki sikap malas, malas belajar, malas membaca, malas berkarya, malas dan enggan berfikir itu artinya kita masih dalam posisi terjajah atau posisi dependent spirit: jiwa yang masih terjajah. Sebagai contoh tokoh-tokoh dunia yang memiliki independent spirit,  jiwa yang merdeka, bahkan penjara sekalipun tidak membatasinya untuk menghasilkan karya-karya yang besar:
1.      Adolf Hitler menyusun buku fenomenal yang berjudul “Mein Kamp “ (Perjuanganku) pada tahun 1923 pada saat dia dipenjara;
2.      Soekarno, pada usia 28 tahun menyusun Pledoi (pembelaan) yang diberi judul “Indonesia Menggugat”  hasil kajiannya terhadap 80 judul buku pada saat beliau diasingkan dan dipenjara oleh penjajah Belanda;
3.      Selanjutnya tokoh dan pemikir Islam seperti: Sayyid Quthub (Tahun 1960-an) dan Ibbu Taimiyah (Tahun 1200an) menghasilkan banyak kitab dan buku justru pada saat beliu dipenjara;
Bagi tokoh-tokoh tersebut penjara sama sekali tidak menghalanginya untuk berkarya, itu kenapa...? Karena mereka memiliki tekad, kekuatan batin. Kekutan batin itu pulalah yang dapat mengendalikan perilakunya, bahkan kekuatan batin, motivasi, hasrat dan keinginan, serta keikhlisan itu pulalah yang dapat meningkatkan kinerja otaknya berkerja secara sangat baik.
Menurut pendapat Dr. Salamun dengan mengutip Howard Gardner (1983) dalam “Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences” dan Howard Gardner (1999)  dalam “Intelligences Reframed: Multiple Intelligences for the 21 st Century”. Menyebutkan bahwa otak kita diselimuti lapisan tipis yang berlendir diseburt sebagai Equilibrium. Jika kita memiliki jiwa dengan motivasi yang tinggi, hasrat yang besar, penuh keikhlasan dan rasa yang selalu dipenuhi dengan perasaan senang tanpa tertekan, maka lapisan equilibrium tersebut agak menebal. Jika lapisan tersebut menebal dapat dipastikan sel-sel otak (neuron) akan memposiskan diri secara tegak lurus. Jika posisi tegak lurus maka neuron tersebut layaknya antena yang siap untuk menerima berbagai informasi dan pelajaran. Itu juga berarti otak kita akan bekerja dengan sangat optimal.
Sebaliknya jika kita memiliki jiwa dan perasaan yang tidak ikhlas, sangat terpaksa, jengkel, marah, benci tidak senang, mangkel dan miskin dan minim motivasi maka Equilibrium tersebut akan menipis yang menyebabkan posisi neuron tidak dalam posisi tegak bahkan tiarap, itu artinya jangan harap kita mampu menyerap informasi atau pelajaran, jangan pula berharap otak kita bekerja secara baik sama artinya kita tidak akan mampu menyerap pelajaran dengan baik.
Kesimpulannya, tempatkan jiwa kita sebagai jiwa yang merdeka: jiwa yang terbebas dan tidak terpenjara oleh rasa malas, malas belajar, malas membaca dan malas mengeksplorasi segenap potensi yang kita miliki.
Sebagai closisng word: dikutip dari Akbar Zainudin: 2011 “Sebesar kemauanmu sebesar itu pula yang kau dapatkan” .

Tasikmalaya, 20 Agustus 2016
DADANG HUDAN DARDIRI,S.Pd.,M.Pd.

0 comments: