BEBERAPA CONTOH ALAT MUSIK TRADISIONAL INDONESIA
Sumber gambar: https://www.bobobox.co.id/blog/mengisi-liburan-dengan-belajar-sasando-sungguh-asyik/
Beberapa alat music tradsional yang ada di Indonesia diantaranya adalah: angklung, sasando, calung dan kolintang.
1.ANGKLUNG
Angklung
adalah alat musik tradisional Indonesia yang terbuat dari bambu dan dibunyikan
dengan cara digoyangkan. Alat musik ini berasal dari Tanah Sunda. Kata Angklung
berasal dari Bahasa Sunda “angkleung-angkleungan” yaitu gerakan pemain Angklung
dan suara “klung” yang dihasilkannya. Secara etimologis, Angklung berasal dari
kata “angka” yang berarti nada dan “lung” yang berarti pecah. Jadi Angklung
merujuk nada yang pecah atau nada yang tidak lengkap.Sebelum menjadi sebuah
alat musik Internasional seperti sekarang ini, kesenian angklung telah
mengalami perjalanan sejarah yang amat panjang. Berbagai perubahan telah
dilaluinya mulai dari perubahan bentuk, fungsi, sampai pada perubahan nada.
Namun hingga kini Angklung masih tetap bertahan dan bahkan berkembang meskipun
jenis irama dan nada yang berbeda dari nada semula.
Kesenian angklung
merupakan salah satu jenis kesenian tradisional yang mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman, sehingga ia mampu bertahan di tengah terjangan arus
modernisasi. Bahkan kesenian angklung ini telah mendapat pengakuan dari UNESCO
sebagai The Representative List of the Intangible Cultural Heritage of
Humanity. Angklung sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia yang
dideklarasikan pada pada 16 Januari 2011.
Sumber gambar:
http://cyclox-share.blogspot.com/2015/10/fakta-unik-tentang-angklung.html
2.SASANDO
Sasando
adalah sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan dipetik. Instrumen musik
ini berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama Sasando
menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang berasal dari kata Sandu
atau Sanu yang artinya bergetar atau meronta. Suara sasando memiliki kemiripan
dengan alat musik dawai lainnya seperti gitar, biola, kecapi, dan harpa.
Sasando menurut Organologi tergolong dalam Sitar tabung Bambu.
Bagian utama
sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada
bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana
senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah
bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap
petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat
dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan
tempat resonansi sasando. Perkembangan Sasando berjalan seiring perubahan
waktu. Modifikasi dan peningkatan kualitas bunyi mulai dilakukan. Agar mendapat
bunyi yang lebih keras dan bisa disesuai dalam wadah pertunjukkan musik apapun
maka Sasando akustik beralih perlahan lahan ke Sasando elektrik. Bentuk
Sasandopun dimodifikasi dan dibuat lebih modern dan elegan. Pada tahun 2018 bahkan
mulai diciptakan oleh seorang pemain Sasando profesional Natalino Mella Sasando
yang diberi nama Sasando Bariton. Sasando bariton mempunyai bunyi yg berbeda
dengan sasando pada umumnya. Sasando ini menggunakan jenis senar yang berbeda
dalam ketebalannya dan mempunyai bunyi yang lebih bulat dan lebih terasa
bassnya. Dilengkapi dengan 32 senar berwarna dan bridge yang bisa dipindahkan
serta bisa dimainkan dengan teknik 10 jari yang membuat sasando ini akan lebih
kaya untuk dipelajari.
Sumber gambar:
https://www.wikiwand.com/id/Sasando
3.CALUNG
Calung
adalah alat musik purwarupa jenis idiofon yang terbuat dari bambu. Alat musik
ini dikenal dan berkembang di wilayah Banyumasan dan Sunda. Berbeda dengan
angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah
dengan memukul bilah atau ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras
(tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la untuk masyarakat Sunda, dan
ji-ro-lu-ma-nem untuk masyarakat Banyumas). Jenis bambu untuk pembuatan calung
kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), tetapi ada pula yang dibuat dari awi
temen (bambu ater, berwarna hijau). Pengertian calung selain sebagai alat musik
juga melekat dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung yang
dikenal, yakni calung rantay dan calung jinjing.
Sumber gambar:
https://siapbelajar.com/calung-akan-diusulkan-masuk-kurikulum-sekolah-dasar/
4.KOLINTANG
Kata “kolintang” berasal
dari bunyi “tong” untuk nada rendah, “ting” untuk nada tinggi, dan “tang” untuk
nada tengah. Dahulu, orang Minahasa biasanya mengajak bermain kolintang dengan
mengatakan "Mari kita ber Tong Ting Tang" atau dalam bahasa daerah
Minahasa "Maimo Kumolintang". Dari kebiasaan itulah muncul istilah
"kolintang”.
Alat musik kolintang pada
awalnya hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer di
atas kedua kaki pemainnya yang duduk di tanah, dengan posisi kedua kaki lurus
ke depan. Dari waktu ke waktu, penggunaan kaki pemain diganti dengan dua batang
pisang. Sementara peti resonator baru mulai digunakan sejak kedatangan Pangeran
Diponegoro di Minahasa pada tahun 1830.
Dahulu, kolintang hanya
terdiri dari satu melodi yang terdiri dari susunan nada diatonis, dengan jarak
nada dua oktaf. Sebagai pengiring, digunakan alat-alat musik bersenar seperti
gitar, ukulele dan bas. Namun pada tahun 1954, kolintang sudah memiliki jarak
nada dua setengah oktaf dan masih tetap memiliki susunan nada diatonis. Pada
tahun 1960, berkembang lagi hingga mencapai tiga setengah oktaf dengan nada 1
kres, naturel, dan 1 mol. Dasar nadanya masih terbatas pada tiga kunci
(naturel, 1 mol, dan 1 kruis), jarak nadanya berkembang lagi menjadi empat setengah oktaf dari F sampai dengan C.
Perkembangan alat musik
kolintang masih tetap berlangsung, baik dari segi kualitas alat, perluasan
jarak nada, maupun bentuk peti resonator.
Sumber gambar: https://sport.detik.com/fotosport/d-4173572/alat-musik-tradisional-kolintang-sambut-asian-games-2018
0 comments: