PENTINGNYA
MOTIVASI BAGI PESERTA DIDIK
DALAM
PEMBELAJARAN SENI RUPA
Oleh:
Dadang Hudan Dardiri,S.Pd.,M.Pd. *)
Secara umum banyak orang
berpendapat bahwa seni adalah keindahan, padahal keindahan dimaksud adalah
keindahan yang memiliki cakupan suatu kualitas abstrak. Konsep pengertian seni secara
sederhana adalah ungkapan perasaan, ide (gagasan) dan pengalaman manusia yang
diwujudkan dalam berbagai media. Penentuan dan pemilihan media dalam ungkapan
seni menghasilkan pencabangan dalam seni, satu diantaranya adalah seni rupa.
Seni rupa adalah salah satu cabang dalam seni yang membentuk karya seni dengan
media yang dapat ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Eugene Jhonson
menyatakan bahwa seni rupa (visual art)
adalah karya seni yang salurannya ke indera penglihatan (visual). Suatu kesan (citra) yang dapat ditangkap oleh mata dan
dirasakan dengan indera peraba diciptakan dengan mengolah unsur-unsur rupa (visual) berupa garis, bidang, bentuk,
warna, barik (texture) , dan gelap
terang (light and dark/ pencahayaan).
Istilah seni rupa hingga saat ini belum tergantikan oleh istilah yang lain
meskipun sempat mengemuka seiring makin luasnya jelajah seni rupa dalam
kehidupan, terutama dengan perkembangan teknologi informasi, timbul gagasan
untuk menggantikan seni rupa dengan visual
cuture.
Di Indonesia
seni rupa mulai diperkenalkan khusus kepada masyarakat pendidikan sekitar tahun
1970. Sejak saat itulah pendidikan seni rupa diposisikan sebagai bagian dari
mata pelajaran seni yang sekarang disebut sebagai seni budaya. Dalam proses
pelaksanaan pembelajaran seni rupa
seringkali ditemukan tidak optimalnya hasil belajar peserta didik. Belum
optimalnya capaian hasil belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh bebarapa
faktor, salah satu diantaranya adalah rendahnya motivasi di kalangan para
peserta didik. Bukti rendahnya motivasi di kalangan para peserta didik
diantaranya: mereka merasa bahwa dirinya sama sekali “tidak berbakat”, sehingga
mereka “merasa tidak akan mampu membuat karya yang baik”. Dampak dari keyakinan
para peserta didik yang merasa bahwa
dirinya “tidak berbakat” akan timbulnya rasa malas dan tidak begitu bergairah
untuk mengikuti pembelajaran seni rupa. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut tanpa
penyelesaian maka ini akan menjadi stigma dan akan terus membekas dalam diri
mereka. Mereka mungkin tidak akan pernah merasakan asyiknya menorehkan beragam
garis: garis lurus, tegak, lengkug, meliuk, patah-patah, dengan seluruh
kekuatan ekspresi yang mereka miliki.
Mereka mungkin tidak akan pernah menemukan kecerian dan kegembiraan
serta kedalaman perasaan dalam menebar sapuan-sapuan warna magenta, kuning, cyan,
hijau, jingga menyala, atau warna purple yang melancholic.
Jika kita
sebagai pendidik mengadakan pembiaran terhadap problematika di atas, itu sama
artinya kita sudah mencabut rasa keindahan (sense
of beauty) mereka, yang merupakan fitrah semua insan. Pada kenyataannya
pembelajaran seni rupa di sekolah (terutama sekolah umum) bukanlah berorientasi
yang hanya mengutamakan keterampilan teknis, melainkan lebih berorientasi
kepada pengembangan ekspresi kreatif dan membentuk kepribadian yang utuh para
peserta didik.
Perlu diketahui,
berfikir tentang sesuatu “baik” ataupun “buruk” sama artinya dengan
merencanakan sesuatu itu untuk terjadi. Jika anak didik didik kita berfikir
tentang keindahan berarti mereka merencanakan keindahan untuk tampil dalam
bentuk karya seni mereka. Motivasi akan mengendap dalam hati seseorang. Jika
mereka memikirkan sesuatu (positif atau negatif) terus menerus artinya dia
sedang mangarahkan energi ke arah tersebut.
Apa yang anak
didik kita butuhkan adalah sentuhan-sentuhan positif yang dapat menguatkan
mereka berupa motivasi. Sentuhan motivasi ini merupakan penanganan (treatment) untuk menjawab permasalahan
yang muncul dalam pembelajaran, sehingga anak didik kita berada pada jalur atau
rel yang kita rencanakan, maka hasil belajar yang merupakan salah satu
indikator keberhasilan suatu proses pembelajaran akan tercapai sesuai dengan
yang diharapkan.
Motivasi belajar
nerupakan kekuatan (power motivation),
daya pendorong bagi peserta didik untuk mengarahkan tingkah laku menuju kepada satu
tujuan atau sasaran yang diharapkan. Jenis motivasi yang diberikan kepada
peserta didik dapat berupa motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Salah
satu atau keduanya secara bersamaan jenis motivasi tersebut dapat diberikan
untuk menanggulangi rendahnya motivasi siswa terhadap pembelajaran seni rupa.
Motivasi
intrinsik adalah motivasi yang timbul dalam diri peserta didik. Hal itu dapat dibangun oleh pendidik dengan berbagai
cara. Diantaranya menumbuhkan keinginan untuk mendapatkan keterampilan dalam
menggali imajinasi dan kreativitas selanjutnya dituangkannya dalam bentuk
karya, keinginan untuk memperoleh informasi (pengetahuan) dan pemahaman tentang
tentang keindahan, keinginan untuk mengembangkapkan sikap menghargai
(mengapresiasi) karya seni. Penumbuhan keinginan untuk menuangkan imajinasi
dalam bentuk karya seni merupakan tuntutan untuk aktualisasi diri sebagai salah
satu diantara kebutuhan dasar manusia (Maslow melalui Dimyati dan Mudjiono, 2013:
89). Pendidik dalam membangun motivasi jenis ini dapat juga melalui penjelasan dengan gamblang dan
tepat tentang tujuan dari setiap materi (pokok bahasan) pembelajaran. Pemberian
informasi yang baik dapat meningkatkan motivasi peserta didik, ini sejalan
dengan pemikiran Dimyati dan Mudjiono (2013: 80) yang menyatakan bahwa:” ...motivasi yang rendah menjadi lebih baik
setelah siswa memperoleh informasi yang benar”.
Sedangkan
motivasi ekstirnsik adalah motivasi yang ada di luar perbuatan diri peserta
didik dan berguna dalam situasi fungsional seperti pujian atau sanjungan dan
pemberian hadiah. Seperti salah satu pendapat Maslow melaui Dimyati dan
Mudjiono (2013: 81) bahwa salah satu kebutuhan manusia diantaranya adalah
kebutuhan akan penghargaan diri. Dalam membangun motivasi dapat juga diberikan
oleh pendidik dengan memberikan respons yang positif dalam setiap langkah atau
aktiviatas dan hasil kegiatan yang dilakukan oleh para peserta didik, baik
secara individual maupun secara kelompok.
Guru sebagai
pendidik dapat menjalankan tugas dan
fungsinya dengan baik, diantaranya dengan optimasilasasi hasil belajar yang
diperoleh para peserta didik. Diketahui bahwa hasil belajar merupakan salah
satu indikator berhasil tidaknya suatu kegiatan proses pelaksanaan
pembelajaran. Tak dapat disangkal bahwa pendidik merupakan salah satu ujung
tombak untuk mencetak anak bangsa
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Dari uraian di
atas dapat digarisbawahi bahwa pemberian motivasi bagi para peserta didik khususya
pembelajaran seni rupa merupakan aspek yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Pemberian motivasi yang diberikan baik motivasi intrinsik atau motivasi
ekstrinsik akan sangat berdampak dalam menggapai
keberhasilan dan efektivitas kegiatan proses pembelajaran.
*) Pengajar pada SMP N 2 Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya
0 comments: