MEMBACA MENUJU PROSES PEMATANGAN PRIBADI
(oleh: Dadang Hudan Dardiri,S.Pd.,M.Pd.)
Dari laporan riset yang telah dilakukan beberapa tahun
lalu berjudul: “World’s Most Literate
Nations ranked” oleh Cetral Connecticut State University,
diperoleh hasil yang mengejutkan bahwa Indonesia menempati urutan kedua dalam
hal minat membaca, tetapi dari bawah. Lebih baik dibanding Negara Bostwana yang
menempati urutan 61, ini berarti Indonesia menempati urutan nomor 60 dari
seluruh Negara yang diteliti sebanyak 61 negara. Sedangkan menurut UNESCO minat
baca orang Indonesia adalah 0,001%, ini artinya dari 1000 orang hanya terdapat
1 orang saja yang rajin membaca.
Tetapi di sisi yang lain angka kepemilikan gadget Indonesia menempati
urutan ke-5 dunia. Karena angka kepemilikan itulah yang meningkatkan
keterampilan jari-jemari dalam hal menyentuh layar gadget. Bahkan kecepatan
jarinya lebih cepat dibanding kecepatan otak yang dimiliki. Bisa dibayangkan
bagaimana jadinya, minim baca tetapi rela berjam-jam menatap layar gadget
(menurut laporan rata-rata orang Indonesia bertahan 9 jam di depan layar
gadget) ditambah paling cerewet di media
sosial. Ini semua menimbulkan dampak diantaranya: mudahnya menanggapi informasi
secara mentah, mudah sekali terprovokasi, merebaknya fitnah. Medsos bersifat
impulsive tanpa reflective dampak negatifnya menimbulkan pemikiran yang dangkal
serta dampak penyerta lainya adalah latah dalam berfikir, mudah terhasut, over sensitive, serta tidak mempunyai
pendapat pribadi.
Ada pernyataan seorang ahli yang menyatakan bahwa, Anak muda Indonesia
dikategorikan sebagai ‘buta huruf’. ‘Buta huruf’ dimaksud bukan bukan buta huruf
tidak bisa membaca tetapi dikelompokkan sebagai “functionally iliterat”. Functionally iliterat (buta huruf
fungsional) dimaksud adalah kemampuan menangkap bacaan yang rendah.
Menurut suatu perbandingan yang telah dilakukan diketahui bahwa kemampuan literasi level mahasiswa di negara Indonesia sebanding
dengan level kelas IX di Negara maju, ini sebetulnya sangat memprihatinkan.
Banyak pihak telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan
literasi. Membaca bukan hanya urusan tentang hobby atau kesenangan semata
tetapi lebih sebagai paradigma kultural yang menyebabkan majunya suatu bangsa.
Tujuan terpenting dari proses membaca adalah pematangan individu. Membaca buku
menjadikan diri manusia lebih baik dan bekualitas. Beberapa manfaat membaca
buku diantaranya:
1.Mempertajam
kemampuan analitis dan kritis;
2.Menigkatkan fungsi otak dan meningkatkan kecerdasan;
3.Memperdalam
cara pandang/ pemahaman dan memperluas imajinasi;
4. Memperbaiki
ketrampilan berbahasa dan berkomunikasi;
5. Melatih
konsentrasi dan fokus;
6. Memperkuat
daya ingat;
7.Membentuk
fikiran dan sikap pribadi; dan
8.Menimbulkan
empati dan kemanusiaan universal.
Mempertajam kemampuan
analitis dan kritis,
maksudnya adalah kemampuan berfikir tingkat tinggi dengan proses mental dimana seseorang
dapat memeriksa atau menundukkan suatu masalah secara rinci dengan
langkah-langkah yang bersifat logis. Sementara kritis adalah cara berifikir
secara rasional atau logis dan tertata atau sistematis dalam membuat keputusan
atau menyelesaikan suatu permasalahan yang ada.
Membaca bermanfaat meningkatkan
fungsi otak dan meningkatkan kecerdasan. Betapa besar anugrah yang telah
diberikan Allah SWT kepada manusia berupa otak, otak merupakan bagian
terpenting dari tubuh manusia. Otak teridiri dari neuron atau sel otak yang berjumlah kurang lebih setara dengan
seluruh bintang yang ada dalam gugusan galaksi Bima Cakti atau Milkyway, yaitu 100 miliar. Pada setiap
detik ada dua juta informasi yang masuk ke dalam otak, baik berupa penglihatan,
apa yang diucapkan dan apa yang dirasakan dan lain sebagainya. Neuron akan
bertambah cabang-cabangnya jika kita memasukkan informasi ke dalam otak kita,
dan salah satu informasi tersebut diantaranya adalah dengan membaca buku. Dengan
membaca otak kita menjadi lebih aktif, semakin tinggi aktivitasnya maka semakin
baiklah kinerjanya karena pertambahan dari cabang-cabang sel yang dimilkinya. Otak
kita sangat berbeda dengan pisau, apabila sebuah pisau terus menerus digunakan
maka akan menyebabkan ketajamannya berkurang, ini sangat berbeda dengan otak
yang apabila terus menurus digunakan jutru akan bertambahlah ketajamanya.
Manfaat membaca diantaranya memperdalam
cara pandang/ pemahaman dan memperluas imajinasi, kita ambil contoh jika
membaca sebuah novel. Novel adalah rekaman jatuh bangunnya manusia, kerumitan
emosi dan imajinasi, novel bersifat individual serta personal. Pada saat kita
mambaca novel maka sebetulnya memasuki aneka kehidupan yang sesunguhnya amat
pelik. Kita disuguhkan dengan pengalaman seseorang tentang sesuatu yang
membuatnya menderita, atau tentang seseorang yang termotivasi sehingga pantang
menyerah berjuang dalam mengarungi riuh rendah, serta gelombang kehidupan. Dengan
membaca novel maka empati kita terhadap kemanusiaan ditumbuhkan dan diperdalam.
Sebagai perbandingan di negara maju sejak usia Sekolah Dasar sudah mulai ditumbuhkan
untuk membaca sebuah novel, dalam setahun paling tidak harus menyelesaikan satu
buku novel yang relatif tebal. Itulah manfaat membaca buku-buku fiksi yang
dapat memperluas imajinasi kita. Disamping itu cara pandang atau frame of reference kita akan diperluas
juga oleh buku-buku nonfiksi atau buku-buku ilmiah, zaman sekarang tidaklah sulit
untuk kita dapatkan baik yang berbahasa asing maupun berbahasa Indonesia.
Membaca dapat memperbaiki
ketrampilan berbahasa dan berkomunikasi, semakin tebal buku yang kita baca
maka kita akan diseret kepada alur nalar yang lebih sistematis. Kemampuan menulis
kita akan semakin fasih, tetapi sebaliknya makin rendah kita membaca maka
berdampak makin rendah pula kemampuan menulis dengan baik. Menulis ini
merupakan salah satu keterampilan di dalam berbahasa.
Mambaca sekurang-kurangnya melatih konsentrasi dan fokus. Anak sekarang
yang terpengaruh dengan medsos dan perkembangan digital konsentrasinya akan
selalu terpecah, dimana mereka ada dalam kondisi distracted of concentrations. Dengan membaca konsentrasi dan fokus akan
lebih meningkat.
Membaca buku akan bermanfaat memperkuat daya ingat, entah buku apapun
memaksa kita untuk mengingat. Dengan membaca secara tidak langsung saling
menjalin dan mengulang berbagai frase yang termuat dalam isi bacaan. Apabila informasi
semakin banyak diulang (sesuai dengan metode Repetitive Magic Power) di dalam beragam isi bacaan maka akan
memperkuat ingatan jangka panjang atau longterm
memory.
Mafaat membaca dapat membentuk fikiran dan sikap pribadi. Dengan membaca
dapat terbentuk fikiran dan sikap pribadi yang lebih otentik. Rendanya membaca menimbulkan
sikap personal kita tidak terbentuk dan akhirnya bermental ‘kawanan’ serta mainstream. Tidak mampu menemukan
sesuatu yang berbeda dalam setiap individu. Tidak memiliki pendapat pribadi
akibat dari tidak memiliki pengolahan pemikiran personal, ini akan
mengakibatkan terpuruk pada yang menurut Friedrich Nietzsche (1844-1900)
sebagai “mental kawanan”, dan jika meminjam istilah Soren Aabye Kierkegard
menyebutnya sebagai konsep “kerumunan”.
Dengan membaca sesungguhnya kita telah memasuki proses pematangan pribadi,
pribadi yang memiliki pandangan dan wawasan yang luas. Pribadi memiliki daya
analitis dan daya nalar yang tajam. Membaca merupakan proses pematangan pribadi
yang mampu berbahasa, berkominikasi dengan baik dan efektif, baik dalam bentuk
lisan maupun dalam bentuk tulisan. Dengan
membaca sesungguhnya kita memasuki pematangan sikap pribadi yang lebih otentik.
Serta yang lebih penting dengan membaca dapat meningkatkan empati dan rasa
kemanusiaan yang lebih universal.
0 comments: