BELAJAR DARI DA VINCI



Oleh: Dadang Hudan Dardiri,S.Pd.,M.Pd. *)


Da vinci memiliki nama lengkap Leonardo Da Vinci. Leonardo Da Vinci lahir pada tanggal 15 April 1452, di Provinsi Firenze Italia dan meninggal di Clos Luce, Peranci, 2 Mei 1519 dalam usia 67 Tahun. Da Vinci bagi masyarakat luas sering kali dihubungkan dengan karya lukis yang berjudul “Monalisa”. Lukisan yang masih tersimpan dengan baik di museum Louvre Paris Perancis ini merupakan salah satu karya dengan pencapaian terkuat pada masa renaissance. Disamping itu karya lain Da Vinci adalah “The Last Supper” (“Makan Malam Terakhir”). Bagi kalangan scientist siapa yang tak kenal dengan nama besarnya, dialah pembuatan skema anatomi yang mendetail dan rinci tentang struktur tubuh manusia dan menjadi salah acuan bagi bidang kedokteran pada masanya. Dalam bidang ilmu pengetahuan Leonardo Da Vinci dijuluki dengan sebutan “umo universale” yaitu orang yang memiliki banyak keahlian atau dikenal sebagai jenius universal, dia bukan hanya artist (seni lukis, seni patung), ahli arsitek, akhli matematika, akhli kedokteran, perancang desain produk, juru masak, perancang instrumen militer, fisikawan, bahkan dia juga seorang filosof.  Dipercaya perancangan pesawat helikopter juga sangat terinspirasi oleh hasil rancangan karya Leonardo Da Vinci.


Leonardo Da tercatat dalam salah satu 100 tokoh jenius di dunia. Da Vinci diposisikan pada urutan pertama satu-satunya tokoh  dengan pencapaian nilai IQ (intellegence quetion) 220. Lebih dari itu kesuksesan  Da Vinci bukan hanya bakat jeniusnya tetapi lebih karena banyak hal yang terkait yaitu sikap dan perilaku, pengembangan dan penggalian potensi yang sangat kompleks.
Michael J. Gelb (2001) melalui Taufiq Fasiak (2012: 171) merekonstruksi tahap kreatif yang dilakukan Da Vinci sehingga piawai dalam banyak bidang:
1.       Curiosita: rasa ingin tahu yang dalam.
2.       Demostrazion: menguji pengetahuan melalui pengalaman, ketekunan dan siap belajar dari kesalahan.
3.       Sensazione: penajaman indera yang terus menerus.
4.       Sfumato: kesediaan untuk menerima hal-hal yang tak pasti atau tampak bertentangan.
5.       Artel Scienza: mengembangkan keseimbangan ilmu pengetauan dan seni, logika dan imajinasi, ”otak kiri dan otak kanan”.
6.       Corporalita: pemupukan keunggulan, ketrampilan dua tangan, kebugaran dan sikap tubuh yang benar.
7.       Connessione: pengukuran dan penghargaan terhadap keterkaitan semua hal. Berfikir secara sistematis.
Curiosita artinya rasa ingin tahu yang dalam. Rasa ingin tahu merupakan awal dari terwujudnya ilmu pengetahuan. Untuk menjawab dan memuaskan “rasa ingin tahunya” ini manusia melakukan beberapa langkah atau tindakan yaitu dengan cara belajar, cara-cara memperoleh pengetahuan dengan belajar ini menempatkan manusia sebagai homo educandum.

Demostrazion: menguji pengetahuan melalui pengalaman, ketekunan dan siap belajar dari kesalahan. Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui secara langsung dari pengelaman, berdasarkan panca indera, dan diolah akal secara spontan. Ketekunan adalah suatu prasyarat dalam mencapai keterampilan, baik keterampilan mengolah potensi kognitif, keterampilan mengolah dan mengeksplorasi potensi afektif dan rasa, dan keterampilan mengolah dan menajamkan potensi psikomotorik. Siap belajar dari kesalahan juga merupakan jembatan emas menuju keberhasilan dalam belajar. Dengan mempelajari kesalahan-kesalahan masa lalu terkait pendalaman ilmu pengetahuan kita akan belajar menghadapi dan memecahkan persoalan yang muncul secara lebih tepat dan lebih baik.






Sensazione: penajaman indera yang terus menerus. Indera merupakan alat yang dirancang oleh Allah SWT yang diperuntukkan spesial bagi manusia untuk mengobservasi dan mengenal lingkungan sekitar mereka. Penajaman indera sangat diperlukan untuk dapat merasakan sensasi yang lebih dalam di dalam menginterpretasi objek dan mengamati objek. Penajaman indera sehingga tercapai kepekaan dan sensitivitas indera yang optimal sangat penting dalam mendalami berbagai ilmu pengetahuan terlebih dalam bidang seni.
Sfumato: kesediaan untuk menerima hal-hal yang tak pasti atau tampak bertentangan. Kesediaan  menerima hal-hal yang pasti adalah suatu sikap menerima dan merspons hal-hal yang sudah pasti dan nyata tentang suatu kebenaran yang tentunya dilandasi dan didukung oleh pakta atau bukti-bukti yang betul-betul konkret dan tidak dapat terbantahkan. Sedangkan Kesedian menerima hal-hal yang tampak bertentangan dapat diartikan dengan prinsip-prinsip pemikiran dialektika. Dialektika adalah argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari hipotesa  atau putusan yang tidak pasti kebenarannya. Dapat disebutkan juga bahwa dialeltika adalah penyelesaian terhadap masalah atau problem berdasarkan tiga elemen yaitu tesa, anti tesa, dan sintesa. Tesa adalah suatu masalah sedangkan antitesa adalah suatu reaksi, tanggapan atau komentar kritis terhadap tesa. Dari dua elemen (tesa dan antitesa) tersebut diharapkan akan muncul sintesa, yaitu kesimpulan. Metode seperti ini bertujuan untuk mengembangkan proses berfikir yang dinamis dan memecahkan persoalan yang muncul karena adanya argumen yang kontrakdiktif atau saling bertentangan  sehingga dicapai kesepakatan yang berifat logis rasional.
Artel Scienza: mengembangkan keseimbangan ilmu pengetahuan dan seni, logika dan imajinasi, ”otak kiri dan otak kanan”. Perpaduan antara pengetahuan dan seni merupakan pendekatan dari manusia secara holistis di dalam merekonstruksi dan menghasilkan kebudayaan. Tetapi lebih dari itu Colin Mortlock menambahkan bahwa pantingnya perpaduan antara agama, seni dan ilmu pengetahuan, sehingga akan menghasilkan manusia yang paripurna.
Corporalita: pemupukan keunggulan, ketrampilan dua tangan, kebugaran dan sikap tubuh yang benar. Pemupukan keunggulan dapat dilakukan dengan penambahan informasi dan pengayaan (enrich) wawasan sehingga memperluas cakrawala pandang (frame of reference). Dorongan serta sokongan motivasi yang kuat berupa niat yang tulus dan tertanam dengan baik dalam perasaan juga diperlukan dalam pemupukan keunggulan. Metode unik yang dilakukan oleh Leonardo Da Vinci adalah penggunaan dua belah tangan, yaitu tangan kiri dan tangan kanan. Ini terbukti dalam bidang neoroscience dinyatakan bahwa penggunaan tangan kanan di fungsikan oleh otak bagian kiri dan penggunaan tangan kiri difungsikan oleh otak bagian kanan. Dengan penggunaan dua bagian otak kita (kanan dan kiri) itu artinya kita memfungsikan ke dua belah otak kita (otak kanan dan kiri), penggunaan dua bagian otak yakni otak kanan dan kiri kita secara bersamaam akan lebih mengoptimalkan kinerja otak kita. Kebugaran (physical fitness) ternyata dapat berpengaruh juga terhadap kecerdasan dan prestasi belajar seseorangan, hal ini dapat dibuktikan dengan penelitian yang lebih mendalam. Dalam keadaan sehat atau bugar maka seseorang akan lebih maksimal dalam menggali seluruh kemampuan yang dimiliki. Terkait dengan hal tersebut sikap tubuh yang baik bagi seseorang juga mungkin berpengaruh terhadap fisiologis dan kesehatan seseorangan.




Connessione: pengukuran dan penghargaan terhadap keterkaitan semua hal dan berfikir secara sistematis. Seperti menurut Maufur (2008) melalui Susanto (2014) sistematis merupakan salah satu syarat yang perlu dipenuhi oleh suatu pengetahuan. Selanjutnya Susanto (2014: 44) menyatakan bahwa sistematis, “yakni urutan dari awal hingga akhir, dan ada hubungan bermakna antara bagian-bagian atau fakta satu dengan fakta yang lainnya yang tersusun secara runtut”.



Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kita dapat mempelajari dan memetik hikmah dari pengalaman belajar yang telah dilalui oleh Leonardo Da vinci. Metode belajar yang telah dilalui oleh Leonardo Da Vinci dapat dijadikan salah satu alternatif metode atau teknik belajar bagi siapa saja yang ingin meningkatkan potensi dirinya, sehingga dapat dicapai kemampuan yang lebih optimal.






*) Pengajar pada SMP N 2 Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya

0 comments: