PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN HYPNO TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM MATERI MENGGAMBAR FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA
PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN HYPNO TEACHING
UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
DALAM
MATERI MENGGAMBAR FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA
DI KELAS DI KELAS VII D SMP N 2 SUKARATU
SEMESTER
GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
usulan
Kenaikan Pangkat pada Jabatan Fungsional
Guru
dari golongan/ pangkat IV/a ke golongan/
pangkat IV/b
Oleh:
Dadang Hudan Dardiri, S.Pd.,M.Pd.
NIP.19720322200501 1 004
NIP
SMP NEGERI 2 SUKARATU
KABUPATEN TASIKMALAYA
JAWA BARAT
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran seni budaya yang diberikan pada jenjang sekolah menengah
pertama terdiri dari submata pelajaran: seni rupa, seni musik, seni tari dan
seni teater. Meskipun masing-masing submata pelajaran tersebut memiliki
spesifikasi materi yang berbeda tetapi secara konseptual seni tersebut
dikaitkan dengan aspek budaya. Aspek budaya tersebut terdiri dari budaya
daerah, budaya Nusantara dan budaya mancanegara. Oleh karena itu, mata
pelajaran seni budaya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.
Penerapan model, metode dan pendekatan dalam panduan kurikulum 2013
sangat menekan pada penggalian kemampuan peserta didik. Tetapi kenyataan yang
dialami dalam proses pelaksanaan pembelajaran seni budaya saat ini belum mampu
menggali semangat dan gairah para peserta didik.
Pemelihan kembali metode, model, teknik pembelajaran yang tepat bagi
optimalisasi proses pelaksanaan pembelajaran bukan hal tabu untuk dilaksanakan
dalam kurikulum 2013. Pada kenyataannya kurikulum 2013 sama sekali tidak
mempersempit ruang gerak guru untuk menuangkan kreativitasnya. Seperti
tercantum dalam subtansi perbaikan kurikulum 2013 (tercantum dalam Panduan
Materi Bimtek Instruktur Kabupaten/ Kota
Kurikulum 2013 Jenjang SMP, Kuningan,Jawa Barat, 10-14 April 2017) beberapa
perbaikan tersebut diantaranya:
- 5M bukan satu-satunya pendekatan dalam pembelajaran dan bukan merupakan
urutan prosedur, dan tidak dicantumkan secara eksplisit dalam silabus dan
buku pelajaran
- Pemberian ruang kreatifitas kepada guru selama
mengimplementasikan Kurikulum
Proses pembelajaran seni budaya yang selama ini berlangsung belum mampu
menggali motivasi dan semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di
sekolah. Proses pembelajaran seni budaya
yang berlangsung seperti inilah yang berakibat langsung terhadap capaian hasil
belajar peserta didik. Peneliti secara khusus menyoroti pembelajaran seni
budaya dengan pokok bahasan Menggambar
Flora, Fauna Dan Alam Benda di kelas VII pada satuan Pendidikan Sekolah
Menengah Pertama (SMP).
Fakta berupa data yang diperoleh penulis dalam pokok bahasan menunjukkan
bahwa capaian hasil belajar peserta didik dalam pokok bahasan Menggambar Flora, Fauna Dan Alam Benda dapat
diamati pada tabel 1.1. seperti berikut ini:
Tabel 1.1
Prosentase Daya
Serap Hasil Belajar Seni Budaya
SMP N 2 Sukaratu Tahun
Pelajaran 2017/2018
Kelas
|
SKOR
RATA-RATA
|
KKM
|
VII -A
VII-B
VII -C
VII-D
VII-E
VII-F
|
74
77
75
72
75
74
|
80
|
Rata-rata
|
74,5
|
Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pencapaian daya serap
hasil belajar di kelas VII D memiliki prosentase paling
rendah jika dibanding dengan kelas lainnya.
Rendahnya pencapaian
hasil belajar peserta didik ternyata terkendala oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut diantaranya adalah belum efektifnya proses pembelajaran yang selama
ini berlangsung, belum kondusifnya suasana belajar, belum tergalinya potensi
dan kegairan siswa dalam belajar. Kondisi tersebut menuntut guru yang bertindak
sebagai peneliti untuk melakukan berbagai langkah dan mencari solusi atau
penyelesaianya masalah serta tindakan sehingga masalah yang muncul segera
teratasi. Pemilihan model pembelajaran dalam tindakan proses pembelajaran
merupakan pertimbangan yang cukup realistis
untuk segera dilakukan dalam proses pembelajaran seni budaya. Menurut Joyce & Weil (1980) yang disitir
Rahman (2012:13) mendefiniskan model pembelajaran (model of teaching) adalah suatu perencanaan yang digunakan dalam
menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk kepada
pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya.
Udin Winataputra
(1994:34) melalui PPPPTK Seni Budaya (2015:17) menjelaskan bahwa
model pembelajaran sebagai
berikut: model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik
dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran
dan para penatar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.
Peneliti mengambil
langkah untuk segera menentukan model pembelajaran untuk menjawab permasalahan
tersebut, adapun model yang ditetapkan
oleh peneliti adalah model pembelajaran hypnoteaching.
Secara harfiah hypnoteaching berasal dari kata hypno (hipnotis) dan teaching
(mengajar). Dari sini, kemudian Hajar (http://ayis77.
blogdetik. com/ 2012/ 07/ 01/ hypnoteaching- penerapan- hipnotis- dalam-
proses- pembelajaran/) mengartikan hypnoteaching
sebagai seni berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa
menjadi lebih cerdas. Dengan sugesti yang diberikan ini, diharapkan siswa sadar
bahwa sesungguhnya mereka memiliki potensi luar biasa yang selama ini belum
pernah mereka optimalkan dalam pembelajaran. Noer (http://ayis77.
blogdetik. com/ 2012/ 07/ 01/ hypnoteaching- penerapan- hipnotis- dalam-
proses- pembelajaran/ ) medefinisikan hypnoteaching sebagai perpaduan dari konsep aktivitas belajar
mengajar dengan ilmu hipnotis.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis menentukan judul penelitian tindakan kelas yaitu: “Penerapan Model Pembelajaran Hypno
Teaching untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Peserta Didik dalam Materi Menggambar Flora, Fauna dan
Alam Benda di Kelas Di Kelas Vii D SMP N 2 Sukaratu Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2017/2018.”
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.
apakah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar di
kelas VII D SMP Negeri 2 Sukaratu?;
2.
apakah penerapan
model pembelajaran Hypno Teaching dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa SMP Negeri 2 Sukaratu dalam?; dan
3.
apakah model
pembelajaran Hypno Teaching yang diterapkan oleh guru berpengaruh pada hasil
belajar siswa?
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah
dikemukakan, penulis membatasi masalah sebagai berikut:
1.
pendekatan pembelajaran
yang akan digunakan adalah penerapan
model pembelajaran Hypno
Teaching;
2.
subjek penelitian adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 2 Sukaratu Semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018;
3.
materi pelajaran yang dijadikan bahan penelitian adalah Menggambar Flora, Fauna dan Alam Benda;
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan
Kelas ini antara lain:
1. Apakah penerapan model pembelajaran Hypno Teaching dalam materi menggambar flora, fauna dan alam benda dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam di kelas VII D SMP N 2 Sukaratu?
2. Apakah penerapan model pembelajaran Hypno Teaching dalam materi menggambar flora, fauna dan alam
benda meningkatkan aktivitas peserta
didik di kelas VII D SMP N 2 Sukaratu?
3. Bagaimana respon peserta didik kelas VII D
SMP N 2 Sukaratu terhadap penerapan model
pembelajaran Hypno Teaching dalam materi menggambar flora, fauna dan
alam benda?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penelitian ini memiliki tujuan untuk:
1.
Mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dalam materi menggambar
flora, fauna dan alam benda dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz.
2.
Mengetahui respon peserta didik terhadap pembelajaran seni budaya dalam materi menggambar flora, fauna, dan alam benda
dengan menerapka model pembelajran hypnoteaching.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat baik bagi peserta
didik, guru dan sekolah.
1. Peserta didik:
a.
memiliki motivasi
belajar seni budaya, dapat berperan aktif dalam pembelajaran
dan dapat terlibat secara penuh baik fisik maupun mental dalam pembelajaran seni budaya; dan
b.
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi menggambar flora, fauna dan alam
benda.
2. Bagi Guru:
a. dapat mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran hypnoteaching dalam pembelajaran seni
budaya; dan
b. dapat mempertimbangkan penerapan model pembelajaran hypnoteaching untuk
ditingkatkan dalam penelitian serupa pada materi yang berbeda.
3. Bagi Sekolah:
a.
tumbuhnya budaya akademis
di sekolah melalui
hasil penelitian, kajian dan
evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran;
b.
tumbuhnya partisipasi,
motivasi dan peran aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran seni budaya, hal ini tentu berimplikasi pada semakin efektifnya proses pembelajaran di
sekolah; dan
c.
penelitian,
kajian dan evaluasi yang dilakukan oleh guru yang
apabila dilakukan
secara terus menerus, maka akan membawa pengaruh positif dalam penciptaan kualitas
pembelajaran seni budaya maupun pada mata pelajaran yang lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
A. Uraian Tentang Masalah
Berdasarkan data awal pengamatan pra tindakan atau pada saat sebelum dilakukannya
tindakan pembelajaran, guru sebagai peneliti menemukan permasalahan bahwa hasil belajar siswa dalam materi mengapresiasi karya
seni rupa Terapan Daerah Setempatrendah. Berdasar temuan dan fakta tersebut, guru melaksanakan pembelajaran seni budaya dalam pokok bahasan
mengapresiasi karya seni rupa Terapan Daerah Setempatdengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam belajar seni budaya.
Penulis
menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team
quiz supaya proses pembelajaran dan hasil belajar tercapai sesuai
harapan. Siswa mempunyai hak untuk mendapatkan metode pengajaran yang baik
dengan materi yang baik. Guru harus mampu mencari sisi lemah yang dimiliki
dalam proses pembelajaran di kelas. Selanjutnya menurut Suyanto (Sukidin,
2008:94), guru harus mampu merefleksi, merenung, dan berfikir balik terhadap
apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran dalam rangka
mengidentifikasi sisi- sisi lemah yang mungkin ada.
Darmadi, Hamid
(2009: 43) mengatakan bahwa pendidik dapat memilih metode yang paling tepat
untuk digunakan. Dalam pemilihan metode tersebut banyak yang harus
dipertimbangkan, antara lain:
1. Keadaan murid yang mencakup pertimbangan
tentang tingkat kecerdasan, kematangan, perbedaan individu dan sebagainya.
2. Tujuan yang hendak dicapai.
3. Situasi yang menyangkut hal yang umum
seperti situasi kelas, situasi lingkungan dan lain sebagainya.
4. Alat-alat yang tersedia.
5. Kemampuan pengajar.
6. Sifat dalam pelajaran.
Penerapan model pembelajaran cooperative
learning tipe team quiz
dalam materi mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegra merupakan langkah yang tepat agar peserta
didik mampu memaksimalkan dan
memberdayakan kemampuannya yang mereka miliki sehingga tercapai tujuan
pembelajaran seperti yang diharapakan.
B. Uraian Tentang Metodologi Uraian Masalah
a. Pengertian Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar
merupakan aspek penting dalam meningkatkan kemampuan atau kompetensi
personal berupa kompetensi dan pengetahuan yang diperlukan, hal ini seperti yang dikemukakan
oleh Pribadi, Benny (2009:6):
Belajar adalah
kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang
diperlukan. Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam
upaya pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi personal.
Belajar
menurut Gagne dapat diartikan sebagai “ A natural process that leads to changes in what
we know, what we can do, and how we behave” (Pribadi, Benny, 2009:6).
Menurut Slameto (2003: 2) “ belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi
dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Bruner dalam Slameto (2002: 11),
“belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang, tetapi untuk mengubah
kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih
banyak dan mudah”.
Selanjunya
menurut Snelbecker (Pribadi Benny, 2009:7) yang menyoroti belajar dari sudut pandang pendidikan, menyatakan bahwa:
belajar
terjadi apabila terdapat perubahan dalam kesiapan (readiness) pada diri seseorang dalam berhubungan dengan
lingkungannya. Setelah melakukan proses belajar, biasanya seseorang akan
menjadi lebih baik (sensitive)
terhadap obyek, makna, dan peristiwa yang dialami. Melalui belajar seseorang
akan menjadi lebih responsif dalam melakukan tindakan.
2.
Pengertian
Pembelajaran
Pembelajaran adalah sebuah
proses pendidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai
tujuan serta dirancang untuk mempermudah belajar. Belajar bagi anak dilakukan
dalam interaksi dengan lingkungan sosial
maupun fisik. Menurut Asrori (2007: 1):
pemahaman yang
memadai terhadap perkembangan subyek didik sangat penting bagi guru agar dapat
menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik. Sebab proses pembelajaran
merupakan suatu proses yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor yang
harus dirancang dengan baik sehingga faktor-faktor tersebut membangun suatu
harmoni dalam sistem pembelajaran.
Proses pembelajaran juga harus ditunjang oleh
kemampuan guru dengan membuat berbagai macam improvisasi sehingga tercipta
proses pembelajaran yang menyenangkan, hal tersebut juga ditegaskan kembali
oleh Asrori (2007: 1) bahwa:
proses pembelajaran harus mampu memadukan
faktor-faktor dasar disertai kemampuan guru untuk melakukan improvisasi dan
berbagai ‘behavior repertoire’
sehingga tercipta proses pembelajaran yang menyenangkan, membuat subyek
didiknya betah dan mampu mengekspresikan potensinya serta akhirnya berhasil
mengantarkannya mencapai tujuan yang diidamkan.
Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang
paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
banyak tergantung pada proses pembelajaran. Gagne dalam Pribadi, Benny (2009:
9) mendefinisikan istilah pembelajaran adalah sebagai “a
set of events embendded in purposeful activities that facilitate learning. Pembelajaran adalah serangkaian
aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya
proses belajar”.
Lebih
lanjut definisi lain tentang pembelajaran dikemukakan Smith dan Ragan (Pribadi,
Benny, 2009:9) yang mengemukakan bahwa “pembelajaran adalah pengembangan dan penyampaian informasi dan kegiatan
yang diciptakan untuk memfasilitasi pencapai tujuan yang spesifik” . Menurut Suparman, Atwi (1997:11) “proses pembelajaran yang baik adalah
proses pembelajaran yang memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri
dalam keseluruhan proses baik mental maupun fisik”.
3. Pengertian Hasil Belajar
“Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung
tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional),
pengalaman belajar (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar” (Sudjana, Nana,
2005:5). Proses belajar mengajar dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran tertentu, untuk melihat sejauh mana tujuan pembelajaran telah
tercapai atau telah dikuasai oleh siswa dapat dilihat dalam bentuk hasil
belajar.
Dalam hal ini, Bloom (Tohir,M, 2009: 3) mengemukakan
klasifikasi hasil belajar yang terdiri dari tiga ranah.
1. Ranah
kognitif, yang meliputi fungsi memproses informasi, pengatahuan dan keahlian
mentalis. Dimensio proses kognitif merupakan hasil revisi dari taksonomi Bloom
ranah kognitif. Anderson mengklasifikasikan proses kognitif menjadi enam
kategori, yaitu ingatan (remember),
pemahaman (komprehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), evaluasi (evaluate) dan kreativitas (creat). Dimensi diklasifikasikan menjadi
empat kategori, yaitu pengethuan faktual (factual
knowledge), pengetahuan konseptual (conceptual
knowledge), pengetahuan prosedural (procedural
knowledge), dan pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge). Dalam revisi teori taksonomi Bloom
terdiri dari sub kategori yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi
dengan dengan kategori tersebut, diantaranya adalah:
a)
mengingat (remember):
mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, mengulangi, menemukan
kembali;
b)
memahami (komprehension):
menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan,
membeberkan;
c)
menerapkan (aplication):
melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih,
menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi;
d)
menganalisis (analysis):
menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur,
mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan,
menyamakan, membandingkan;
e)
mengevaluasi (analysis):
menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan,
menyalahkan; dan
f)
berkreasi (creat):
merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui,
menyempurnakan, memperkuat, memperindah, mengubah.
2. Ranah
afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan. Ranah afektif
meliputi:
a) penerimaan
(receiving/ attending): kesediaan
untuk menyadari adanya suatu penomena lingkungan;
b) tanggapan
(responding): memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada
lingkungannya;
c) penghargaan
(valuing): berkaitan dengan harga
atau nilai yang diterapkan pada tingkah laku. Penilaian berdasar pada
internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam
tingkah laku;
d) pengorganisasian
(organization): memadukan nilai-nilai
yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk siatu sistem
nilai yang konsisten; dan
e) karakter
berdasarkan nilai-nilai (characteerization
by a value or complex): memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah
laku sehingga menjadi karakteristik gaya hidup.
3. Ranah
psikomotor berkaiatan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik. Ada lima
aspek ranah psikomotorik, yakni:
a)
peniruan: terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan.
Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan
kontrol otot-otot syaraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tak
sempurna;
b) manipulasi:
menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,
gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui pelatihan.
Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak
hanya meniru tingkah laku saja;
c)
ketetapan: memerlukan kecermatan, proposisi, dan
kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respons-respons lebih terkoreksi
dan kesalahan-kesalan dibatasi samapi pada tingkat minimum;
d) artikulasi:
menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat
dan mencapai yang diharapkan atau konsisten internal diantara gerakan-gerakan
yang berbeda; dan
e)
pengalamiahan: manuntut tingkah laku yang ditampilkan
dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis.
Dari beberapa pendapat hasil
belajar di atas didapat kesimpulan bahwa hasil akhir belajar ditandai dengan
adanya perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik yang mungkin dapat
disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
4.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Untuk
memahami kegiatan yang disebut belajar, perlu dilakukan analisis untuk
menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat di dalam kegiatan belajar itu.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Syah, Muhibbin (2009: 144) dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
1. Faktor dari dalam siswa (faktor internal),
yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor dari luar siswa (faktor eksternal),
yakni kondisi lingkungan sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (aproach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran.
Senada
dengan itu Sudjana, Nana (2004: 39) menyatakan bahwa “hasil belajar yang
dicapai dipengruhi oleh dua faktor yang datang dari dalam diri siswa dan faktor
yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan”.
Caroll
(Sudjana, Nana, 2004:40) berpendapat bahwa “hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor,
yakni 1) bakat belajar, 2) waktu yang tersedia untuk belajar, 3) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan
pelajaran, 4) kualitas pengajaran, dan 5) kemampuan individu”.
Secara
sederhana, faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua
aspek, yakni aspek fisiologis dan aspek psikologis. Seperti halnya faktor
internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua macam, yakni
faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Karena faktor-faktor
tersebut maka muncullah siswa yang berprestasi tinggi (High-Achiever) dan siswa berprestasi rendah (Under-Achiever).
b.
Model
Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi
pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat
merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang
matang oleh guru. Menurut Sugiyanto (2010: 38) “pembelajaran koopreatif (cooperative learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.
Menurut Slavin (Isjoni, 2010:15) mengemukakan: “In cooperative learning methodes, students
work together in four member team to master material initially presented by the
teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa bahwa cooperative
learning atau pembelajaran kooperatiof adalah suatu model pembelajaran dimana
sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6
orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam
belajar.
Anita lie (Isjoni, 2010) menyebutkan cooperative
learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama
dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Selanjutnya menurut Johnson (Amri, Sofan dan Iip
Khoeru Akhmadi, 2010: 90), “sistem pengajaran Cooperative Learning dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu
saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal
dan keahlian bekerja sama”.
Djahiri (Isjoni, 2010:19) menyatakan bahwa:
Cooperative
learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkanya
pendekatan belajar yang siswa sentrisd, humanistik, dan demokratis yang
disesuai dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Dengan demikian,
maka pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan siswa dan kehidupan siswa baik
di kelas atau sekolah. Lingkungan belajar juga membina dan meningkatkan serta
mengembangkan potensi diri siswa sekaligus memberikan pelatihan hidup senyatanya.
Jadi cooperative learning dapat dirumuskan sebagi kegiatan pembelajaran
kelompok terarah, terpadu, efektif- efisisen, ke arah mencari atau mengkaji
sesuatu melaui proses kerjasama dan saling membantu (sharing) sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif
(survive).
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di
dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Lie (Sugiyanto,
2010: 40), “elemen-elemen pembelajaran kooperatif adalah (1) Saling
ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual,
dan (4) ketrampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau ketrampilan
sosial yang sengaja diajarkan. Selanjutnya Lie (Sugiyanto, 2010: 40-42) merinci
masing-masing elemen tersebut adalah sebagai berikut:
a)
Saling ketergantungan positif
Dalam
pembelajaran kooperatif, guru menciptakan susasana yang mendorong agar siswa
merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang
diamaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat
dicapai melalui; (1) saling ketergantungan menyelesaikan tugas, (2) saling
ketergantungan bahan atau sumber, (3) saling ketergantungan peran, (4) saling
ketergantungan hadiah.
b) Interaksi tatap muka
Interaksi
tatp muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka
dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam
itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. Ini
juga mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya.
c)
Akuntabilitas individual
Pembelajaran
kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukan
untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual.
Hasil penilaian individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelomok agar
semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelomook yang memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas
rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok
harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang
didasarkan rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini
dimaksudkan dengan akuntabilitas individual.
d)
Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi
Ketrampilan
soaial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, berani mempertahankan
pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain
yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara
sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan
memperoleh teguran dari guru juga sesama siswa.
Menurut Sugianto (2010: 43) ada banyak nilai
pembelajaran kooperatif diantaranya:
a)
meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social
b) memungkin
para saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial,
dan pandangan-pandangan
c)
memudahkan siswa melakukan penyesuaian social
d) memungkinkan
terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen
e)
menghilangkan
sikap mementingkan diri sendiri atau egois
f)
membangun persahabatan yang berlanjut hingga masa
dewasa
g) berbagai
ketrampilan sosial diperlukan unutk memelihara hubungan saling membutuhkan
dapat diajarkan dan dipraktekkan
h) meningkatkan
saling percaya kepada sesama manusia
i)
meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi
dari berbagai perspektif
j)
meningkatakan kesediaan menggunakan ide oarang lain
yang dirasakan lebih baik
k) meningkatkan
kegemaran bertemen tanpa memandang perbedaan, jenis kelamin, normal atau cacat,
etnis, kelas sosial. Agama dan orientasi tugas
2.
Model
Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) Tipe Team Quiz
Menurut Sugianto (2010: 58) model coopertive
learning tipe team quiz (TQ) adalah teknik pembelajaran dengan memainkan
topik-topik yang diajarkan kepada siswa yang dibagi dalam beberapa kelompok.
Selanjutnya Sugianto (2010: 58-60) merinci mengenai langkah-langkah model
coopertive learning tipe teknik team
quiz (TQ) yang terdiri dari:
1.
Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga
bagian.
2.
Bagilah siswa dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu A,B,
dan C.
3.
Sampaikan kepada siswa format penyampaian pelajaran
kemudian mulai menyampaikan materi. Batasi penyampaian maksimal 10 menit.
4.
Setelah menyampaikan materi mintalah kelompok A
menyiapkan pertanya-pertanyan berkaitan dengan materi yang baru saja
disampaikan. Kelompok B dan C mengunakan waktu ini untuk melihat catatan
mereka.
5.
Mintalah kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan
kelompok B. jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan
tersebut kepada kelompok C.
6.
Kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok C,
jika kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B.
7.
Jika pertanyaan jawaban selesai, lanjutkan pelajaran
kedua dan tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti
proses untuk kelompok A.
8.
Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya,
lanjutkan penyampaian materi pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C sebagai
kelompok penanya.
9.
Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan
jawab sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru.
c.
Deskripsi Materi Mengapresiasi Karya seni
Rupa Terapan Daerah Setempat
1. Pengertian Seni
Istilah seni sudah tak asing lagi bagi masyarakat luas, tetapi
apa pengertian sesungguhnya mengenai seni? Ada beberapa pendapat yang dikemukakan
oleh para ahli mengenai pengertian seni, diantaranya:
a. Pengertian
seni menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), seni mempunya pengertian: (1)
halus, kecil dan halus, tipis dan halus, lembut dan enak didengar; (2) keahlian
membuat karya yang bermutu; (3) kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang
bernilai tinggi (luar biasa); (4) orang yang berkesanggupan luar biasa.
b. Plato
(seorang ahli filsafat seni atau ahli estetika), seni adalah peniruan terhadap
alam, sehingga karya seni merupakan tiruan dari bentuk alam seperti manusia,
binatang dan tumbuhan.
c. Aristhotheles
yang dikenal sebagai muridnya Plato, menyatakan bahwa seni adalah bentuk
peniruan terhadap alam tetapi harus dibuat dengan serba ideal, dan serba baik.
d. Suzzane
K. langer, kesenian adalah pencipataan wujud-wujud yang merupakan simbol dari
perasaan manusia.
e. Akhdiat
Karta Miharja, seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksikan realitas
(mencerminkan kenyataan) dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya
mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohani
penerimanya.
f.
Seni menurut Ki Hajar Dewantara, adalah
perbuatan manusia yang timbul dari perasaannya yang bersifat indah, sehingga
dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia.
2. Cabang-Cabang Seni
Seni terdiri
dari beberapa cabang, diantaranya terdiri dari seni rupa, seni musik, seni
tari, seni sastra dan seni teater (drama).
a. Seni
rupa, adalah seni yang muncul karena adanya rupa dan wujud. Seni rupa atau
dikenal juga sebagai vusual art,
menurut Eugene Jhonson adalah karya
seni yang salurannya ke indera penglihatan. Jadi seni rupa diartikan segala
bentuk curahan batin dan pengalaman keindahan melalui media garis, warna,
bidang, bentuk, teksture, volume dan gelap terang.
b. Seni
musik adalah karya seni yang merupakan ungkapan atau perasaan yang bersifat estitis melalui media suara
atau bunyi (manusia atau alat) yang
disusun dengan prinsip-prinsip tertentu.
c. Seni
tari adalah ungkapan gagasan atau ide yang merupakan perasaan estetis yang
diwujudkan melaui media gerak tubuh manusia yang ditata dengan prinsip-prinsip
tertentu.
d. Seni
sastra, adalah ungkapan ide atau gagasan dan
perasaan estetis atau perasaan keindahan yang diungkapkan melaui media
bahasa.
e. seni
teater atau seni drama adalah ungkapan perasaan estetis atau perasaan keindahan yang diungkapkan melulai media bahasa dan
gerak.
3. Fungsi dan Kegunaan Seni Rupa Terapan Daerah Setempat
a. Seni Rupa Terapan Dan kebutuhan Pokok
1)
Seni Rupa Terapan Sebagai Perlengkapan Rumah tangga
Untuk memenuhi kebutuhan pokok berupa kebutuhan rumah
tangga,mengolah makanan, menyajikan makanan, serta kegiatan lainnya sekalipun
kegiatan istirahat seperti duduk, dan tidur manusia memerlukan peralatan.
Jenis karya seni rupa terapan sebagai perlengkapan
rumah tangga adalah karya seni rupa terapan yang dibuat untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan rumah tangga.
Karya seni rupa terapan daerah Jawa Barat yang
difungsikan sebagai perlengkapan rumah tangga diantaranya dibuat dengan beragam
teknik, serta bahan yang digunakan. Karya seni rupa terapan tersebut diantaranya:
(a)
Berbagai
perlengkapan rumah tangga berbahan bambu, dengan teknik anyam yang tumbuh subur
di wilayah Rajapolah dan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya.
(b)
Kerajin keramik dan tembikar untuk
memnuhi kebutuhan rumah tangga yang berasal dari Plered Purwakarta.
(c)
Kerajinan golok atau bedog galonggong
yang berasal dari Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.
(d)
Benda-benda meubeler berbahan kayu dari wilayah Gobras
Kota tasikmalaya.
2) Seni
Rupa Terapan sebagai Benda Sandang
Yang tergolong benda sandang adalah berbagai jenis
pakaian, tutup kepala dan alas kaki. Pakaian dibuat untuk melindingi kita dari
cuaca panas atau dingin serta sebagai penutup aurat. Tutup kepala dibuat untuk
menutupi kepala dari sengatan matahari dan hujan, sedangkan alas kaki bertujuan
melindungi kaki dari duri yang dapat melukai kaki serta dari kotoran debu dan
tanah. Lebih dari itu semua benda-benda tersebut bukan hanya dibuat untuk
memenuhi fungsi dan kegunaannya tetapi haus terlihat indah dan serasi.
Contoh karya seni rupa terapan yang berfungsi sebagai
benda-benda sandang dari daerah Jawa Barat diantaranya, berbagai busana muslim
dengan teknik border dari daerah Kawalu Kota Tasikmalaya dan Wilayah Kabupaten
Tasikmalaya bagian selatan, alas kaki berupa kelom geulis dari Gobras Kota
Tasikmalaya, Payung Geulis dari Panyingkiran Kota Tasikmalaya, batik garutan
dari Kabupaten Garut, Batik Trusmi dan batik motif Mega mendung dari Cirebon,
batik Sukapura dari Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya.
3) Perlangkapan
Rumah Tinggal dan Bangunan
Kebutuhan akan tempat berteduh dan tempat berkumpul
seluruh keluarga berupa rumah tinggal serta melaksanakan kegiatan-kegiatan
sosial dan keagaman merupakan salah satu karya seni rupa terapan. Jawa Barat
memiliki ciri khas karya bangunan tradisional
maupun bangunan yang bersifat modern.
Bangunan
tradisional dari wilayah Jawa Barat diantaranya rumah tinggal khas Kampung Naga
Kabupaten Tasikmalaya, bangunan Tradisional Keraton Kanoman Cirebon, gedung
sate, Istana Bogor, observatorium Boscha, gedung Asia-Afrika.
b. Seni Rupa Terapan Dan Kebutuhan Sosial
1) Fungsi
Upacara Ritual dan Keagamaan
Fungsi seni rupa trepan dibuat bukan hanya dibuat untuk memenuhi
kebutuhan fisik saja melainkan dibuat juga untuk memenuhi kebutuhan ruhaniah.
Karya seni rupa terapan yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan ruhaniah
diantaranya alat-alat keperluan ritual keagamaan serta bangunan-bangunan
peribadatan.
2) Seni
Rupa Terapan Sebagai Alat Promosi dan Publikasi
Karya seni rupa terapan yang dapat digolongkan sebagai sebagai alat
publikasi dan promosi adalah berupa berbagai jenis karya gambar reklame atau
karya desain komunikasi visual (desain periklanan).
Karya seni rupa rupa terapan yang dapat dapat
digolongkan sebagai karya gambar reklame dan desain komunikasi visual
diantaranya adalah karya foster, spanduk, poster, baligo, iklan di media cetak
dan media televisi, dan desain kemasan produk.
4. Unsur-Unsur Seni Rupa Terapan Daerah Setempat
Segala benda terdiri dari unsur-unsur yang
menyebabkan benda tersebut terbentuk dan terwujud, begitu pula dengan karya
seni rupa, karya seni rupa terdiri dari unsur-unsur yang menyebabkan karya
tersebut terwujud. Unsur-unsur seni rupa terdiri dari: titik, garis, bidang,
bentuk, warna, tekture dan gelap terang.
a.
Titik
Titik merupakan unsur seni rupa yang paling sederhana.
Titik sebagai awal terbentuknya garis, bahkan titik juga dapat menjadi awal
terbentuknya sebuah bidang. Lukisan dan gambar yang memanfatkan titik sebagai
unsur utama didalam ungkapan karyanya dikenal dengan teknik pointilis. Seniman
atau pelukis yang memilih teknik pointilis ini diantaranya adalah George Seurat yaitu seorang pelukis
Prancis, dan pelukis Widayat dari
Indonesia.
b. Garis
Garis dapat terbentuk dari susunan atau rangkaian titik yang terjalin
memanjang menjadi satu. Garis juga dapat manjadi awal tebentuknya sebuah
bidang. Kehadiran garis sangat penting dalam prose berkarya seni rupa, garis
merupakan alat untuk mengekspresikan perasaan. Garis-garis terdiri dari berbagai macam jenis yaitu garis
lurus, garis lengkung, garis patah-patah, dan garis spiral atau garis pilin.
Pelukis Vincent Van Gogh (Belanda)
dan pelukis dari Indonesia Affandi,
memberikan perhatian khusus terhadap unsur garis ini dalam setiap penampilan
karya mereka.
c.
Bidang
Bidang yaitu kesan bentuk suatu benda yang dibatasi oleh garis-garis.
Bidang juga merupakan unsur seni rupa yang terbentuk oleh adanya pertemuan dari
beberapa garis. Jenis bidang dapat dibedakan menajadi dua yaitu bidang geometris dan bidang nongeometris.
Bidang
geometris adalah bidang beraturan, diantaranya lingkaran, segi empat, segi
tiga, belah ketupat dan trapezium. Sedangkan bidang nongeometris adalah
bidang-bidang yang beratuaran. Bidang nongeometris adalah bidang yang tidak
beraturan.
d. Bentuk
Bentuk adalah unsur seni rupa yang terbetuk karena
ruang atau volume. Macam-macam bentuk terdiri dari bentuk geometris dan bentuk
nongeometris. Bentuk geometris adalah bentuk-bentuk yang beraturan seperti
kubus, tabing bola, prisma dan limas. Sedangkan bentuk non geometris adalah
bentuk-bentuk yang tak beraturan.
e. Warna
Warna adalah spectrum tertentu yang terdapat di dalam
suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan oleh
panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh cahaya warna biru memiliki
gelombang 460 nano meter. Panjang gelombang yang masih bisa ditanggkap mata
manusia berkisar antara 380-780 nano
meter,. Dalam peralatan optis, warna bisa pula bisa pula interpretasi otak
terhadap campuran tiga warna primer cahaya merah, hijau, biru yang digabungkan
dalam komposisi tertentu.
Dalam
seni rupa warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi
oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Jadi dapat disimpulkan bahwa
warna merupakan unsur rupa yang terbuat dari pigmen (zat warna). Menurut Brewster warna dapat dikelompokkan
menjadi warna primer atau warna pokok (primary
color), warna skunder atau warna kedua (schudairy
color), dan warna tersier atau warna ketiga (tertiary color).
1) Warna
Primer atau Warna Pokok (Primary Color)
Kelompok warna primer atau sering juga
disebut warna pokok adalah warna yang tidak dihasilkan dari pencampuran warna
apapun. Kelompok warna primer terdiri dari tiga warna yaitu warna merah (magenta), warna kuning (yellow) dan warna biru (cyan).
1) Warna
skunder atau Warna Kedua (Shudairy Color)
Warna skunder atau disebut juga warna kedua adalah kelompok warna yang
dihasilkan dari pencampuran dua warna primer (warna pokok). Warna skunder
terdiri dari jingga (orange) yaitu
warna hasil pencampuran dari warna kuning dan merah, warna hijau yaitu warna
hasil pencampuran dari warna biru dan kuning, serta warna ungu atau lembayung (violet) merupakan warna hasil
pencampuran dari merah dan biru.
f.
Teksture
Tekstur merupakan nilai raba permukaan suatu benda,
apakah permukaan benda tersebut halus atau kasar. Tekstur terdiri dari tekstur
nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata adalah tekstur yang keadaan permukaannya
sama seperti yang kita lihat. Salah satu contoh tekstur nyata adalah apabila
suatu permukaan suatu benda terlihat kasar, maka pada saat kita raba ternyata
keadaannya memang betul-betul kasar. Sedangkan tekstur semu adalah keadaan
sebenarnya suatu benda tidak sperti yang kita lihat. Contoh tekstur semu
apabila permukaan suatu benda terlihat seolah-olah bergelompong, tetapi pada
kenyataan sebenarnya pada saat kita raba justru halus.
g.
Gelap terang
Gelap terang ini erat hubunyanya dengan cahaya. Cahaya yang jatuh pada
suatu benda dan mengakibatkan kesan gelap terang. Terang menandakan adanya
cahaya dan sebaliknya gelap menandakan tidak adanya cahaya. Dalam seni rupa dua
dimensi unsur gelap terang dihadirkan dengan permainan warna. Sedangkan dalam
seni rupa tiga dimensi unsur gelap terang ditentukan oleh perbedaan ruang-ruang
dan volume.
E. Kerangka Berfikir
Pembelajaran adalah sebuah proses pendidikan yang
sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang untuk
mempermudah belajar. Belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan
lingkungan sosial maupun fisik.
Proses
pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan para
pembelajar aktif melibatakan diri dalam keseluruhan proses baik mental maupun
fisik. Penerapan
model pembelajaran cooperative learning
tipe team quiz dalam pembelajaran mengapresiasi karya seni
rupa Terapan Daerah Setempatmerupakan cara yang paling tepat supaya dicapai
hasil belajar siswa secara maksimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka
diduga bahwa penerapan model
pembelajaran cooperative learning
tipe team quiz dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasar kerangka berfikir yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti dapat menuliskan
hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
- Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mengapresiasi karya seni rupa Terapan Daerah Setempat di kelas VII E SMP Negeri 2 Sukaratu.
- Penerapan model pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz dapat meningkatkan aktivitas belajar seni budaya siswa pada materi mengapresiasi karya seni rupa Terapan Daerah Setempat di kelas VII E SMP Negeri 2 Sukaratu.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Seting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Sukaratu,
terletak di jalan Sukamanah, Desa Gunungsari, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten
Tasikmalaya, Pronfinsi Jawa Barat.
2. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini memilih subjek siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Sukaratu. Jumlah subjek
penelitian adalah sebanyak 33 orang siswa dengan rincian 16 orang laki-laki dan
17 orang terdiri dari perempuan. Ditinjau dari latar belakang sosial ekonomi
keluarga mereka sebagai besar dari keluarga petani sehingga sebagian besar dari
mereka berasal dari keluarga dari golongan menengah ke bawah.
3. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran 2015/ 2016, semester ganjil, yang
dimulai pada tanggal 11 Agustus 2015 sampai dengan tanggal 22 Oktober 2015. Penelitian
ini terbagi menjadi 3 siklus, setiap siklus direncanakan 2 pertemuan.
4. Personil Penelitian
Penelitian dilaksanakan oleh satu orang peneliti yang
bertindak sebagai guru bidang studi seni budaya, untuk melaksanakan pengamatan
atau observasi di lapangan peneliti dibantu oleh dua orang guru yang juga mengampu mata
pelajaran seni budaya.
B. Metode Penelitian
“Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) menurut
Suhardjono adalah penelitian
tindakan (action research) yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. PTK
berfokus pada kelas atau proses belajar mengajar yang terjadi di kelas.
Selanjutnya menurut Suharsimi (Suhardjono, 2007: 58) menjelaskan:
PTK Melalui paparan gabungan tiga definisi dari
tiga kata, Penelitian+ Tindakan + Kelas sebagai berikut.
1. Penelitian adalah kegiatan mencermati
suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat
dan penting bagi peneliti
2. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan
sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk
rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam
waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Prosedur
yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Penelitian
tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari empat tahap yang
meliputi: 1. perencanaan, 2. pelaksanaan, 3.observasi, dan 4. refleksi dalam
setiap siklus. Prosedur penelitian
yang dilakukan dengan menggunakan model spiral.
C. Uraian Persiklus
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan pada saat pra tindakan, guru menemukan
permasalahan bahwa hasil belajar siswa dalam belajar seni budaya rendah.
Rendahnya nilai Berdasar temuan fakta
tersebut, guru melaksanakan pembelajaran seni budaya dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team
quiz untuk
meningkatkan
hasil belajar dan
aktivitas siswa dalam belajar seni budaya. Dalam tindakan
pembelajaran ini guru menentukan materi dan pokok bahasan mengapresiasi
karya seni rupa murni mancanegara.
Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas :
1.
Orientasi dan Identifikasi Masalah di Lapangan
a.
observasi latar belakang SMP Negeri 2 Sukaratu, guru dan siswa kelas VII E;
b.
observasi
terhadap kegiatan pembelajaran seni
budaya untuk
memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran yang sudah berlangsung; dan
c.
mengidentifikasi
permasalahan.
2.
Tahap Perencanaan
a.
pembuatan
skenario pembelajaran;
b.
pembuatan
perangkat tes unjuk kerja; dan
c.
pembuatan
lembar observasi dan LKS.
3.
Tahap pelaksanaan
a.
Pelaksanaan tindakan siklus I
b.
Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning
tipe team quiz dalam pokok bahasan mengapresiasi karya seni rupa murni.
c.
Observasi
Dalam waktu bersamaan observer melakukan pengamatan
terhadap pelaksaan tindakan. Dalam melakukan observasi, pada proses
pembelajaran yang berlangsung peneliti
bekerja sama dengan dua guru seni budaya yang juga bertindak
sebagai observer.
Observasi adalah
kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek
tindakan telah mencapai sasaran (Supardi, 2007: 127). Observasi ini
meliputi kegiatan-kegiatan mengenali dan mendokumentasikan aktivitas yang
muncul, perubahan-perubahan yang terjadi dari proses dan hasil yang dicapai
dalam pembelajaran mengapresiasi
karya seni rupa murni mancanegara dengan menerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz.
d.
Refleksi siklus I
Refleksi atau
reflection adalah kegiatan mengulas
secara kritis (reflective) tentang
perubahan yang terjadi (a) pada siswa, (b) suasana kelas, dan (c) guru.
Kolaborasi dengan teman sejawat akan berperan penting dalam memutuskan “judging the value” (seberapa jauh action telah membawa perubahan terjadi,
mengapa demikian, apa kelebihan/ kekuranngan, bagaimana langkah-langkah penyempurnaannya,
dan sebagainy (Supardi, 2007: 133).
Refleksi dilakukan setelah pembelajaran selesai. Pada
refleksi ini peneliti mengidentifikasi permasalahan yang timbul selama tindakan
dilakukan. Kemudian menganalisis hasil pekerjaan siswa, baik tugas individu,
tugas kelompok maupun ulangan harian ke-1. Hasil dari analisis tadi kemudian
digabungkan dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan observer. Dari hasil
refleksi ini, kemudian peneliti dan observer merencanakan tindakan yang harus
dilakukan pada siklus berikutnya.
e.
Pelaksanaan tindakan siklus II
1)
Perencanaan tindakan siklus II
2) Pelaksanaan tindakan pemebelajaran dengan menerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team
quis dalam pokok bahasan mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara.
3) Observasi
4) Refleksi
silkus II
Pada kegiatan ini peneliti mengidentifikasi
permasalahan yang ditemukan. Dari hasil refleksi siklus II guru sebagai peneliti selanjutnya memperbaiki kekurangan pada
pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I.
f.
Pelaksanaan tindakan siklus III
1)
Perencanaan tindakan siklus III
2) Pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team
quis dalam pokok bahasan mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara.
3) Observasi
4) Refleksi
silkus III
Pada kegiatan ini peneliti mengidentifikasi
permasalahan yang ditemukan. Dari hasil refleksi siklus II guru sebagai peneliti selanjutnya memperbaiki kekurangan pada
pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I.
g.
Analisis Keseluruhan Tindakan
Analisis keseluruhan tindakan pembelajaran dengan menerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team
quis dalam pokok bahasan mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah
setempat.
D. Pengumpulan Data / Instrumen Yang digunakan
Instrumen sebagai alat untuk pengumpulan data
harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan
data yang akurat sebagaimana adanya.
Dalam hal ini peneliti menggunakan instrumen yang terdiri dari:
- Silabus
Silabus adalah perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman bagi
peneliti dalam menentukan urutan materi yang diberikan serta menentukan alokasi
waktu.
- Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat sebagai panduan bagi peneliti untuk
menentukan langkah-langkah pada proses pembelajaran untuk setiap pertemuan. Hal
ini dimaksudkan untuk melihat gambaran selama penelitian.
3. Soal tes
Tes dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atau daya serap
siswa terhadap meteri pelajaran yang disajikan dalam tindakan pembelajaran.
4. Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan dilakukan oleh observer untuk mengamati
aktivitas siswa dan guru pada setiap pertemuan kegiatan belajar mengajar
berlangsung, agar dapat diperoleh informasi apakah siswa aktif atau tidak, juga
sebagai bahan kajian pada refleksi di setiap siklus.
5. Angket
Teknik
pengumpulan data melalui observasi dengan angket digunakan untuk mengukur
partisipasi belajar seni budaya melalui penerapan model pembelajaran coopreative learning tipe team
quiz dalam materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat. Jika Sangat setuju: 5, Setuju: 4,
Ragu-ragu: 3, Tidak setuju: 2 dan Sangat Tidak Setuju: 1. Validasi angket dilakukan bersama
antara peneliti dengan kolaborator dan Kepala Sekolah.
6. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data mengenai tanggapan siswa tentang pembelajaran mengapresiasi karya
seni rupa terapan daerah setempat dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz.
7. Pedoman Daya Serap, Aktivitas Siswa dan Sikap
a. Daya serap siswa diperoleh dari hasil nilai
tes, seperti tampak pada tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Hasil tes
No Urut
|
Subjek
|
Siklus I
|
Iklus II
|
Iklus II
|
||||||
1
|
2
|
1
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Dst.
|
||||||||||
Daya Serap Rata-rata
|
||||||||||
Daya Serap Kelas (%)
|
a. Penilaian tentang sikap dan sikap siswa
terhadap pembelajaran seni budaya pada pembelajaran mengapresiasi karya seni
rupa murni mancanegara dengan menerpakan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz yaitu dengan cara merubah
jawaban siswa dalam angket ke dalam bilangan (kuantitatif) kemudian menghitung
presentase alternatif jawaban yang diberikan sebagai berikut:
Tabel 3.3.
Skor alternatif Jawaban
Alternatif jawaban
|
Pertanyaan
|
|
Positif skor
|
Negatif skor
|
|
Sangat setuju
|
4
|
1
|
Setuju
|
3
|
2
|
Tidak setuju
|
2
|
3
|
Sangat tidak setuju
|
1
|
4
|
Tabel 3.4.
Kriteria Sikap dan minat siswa
Prosentase
|
Kriteria
|
0%
|
Tidak ada
|
1%-25%
|
Sebagian kecil
|
26%-49%
|
Hampir
setengahnya
|
50%
|
setengahnya
|
51%-75%
|
Sebagian besar
|
76%-99%
|
Pada umumnya
|
100%
|
seluruhnya
|
A. Idikator Keberhasilan
Data hasil penelitian
diolah dengan teknik analisis
statistic deksriftive. Analisa data dari hasil penelitian yang tergolong
kuantitatif dilakukan secara dekriptif, dengan menggunakan pengolahan statistic
yang bersifat deskriftive ( statistik deskriptif).
Data-data yang dikumpulkan
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi
dianalisis menggunakan analisis
kualitatif, sedangkan data dari tes dianalisis menggunakan analisis
kuantitatif.
Keberhasilan penelitian tindakan kelas
ini, ditentukan oleh beberapa indikator sebagai berikut:
Tabel 3.5.
Kriteria Sikap dan minat siswa
No
|
Ukuran Indikator
|
Capaian siklus I
|
Capaian siklus II
|
1.
|
Siswa yang mencapai angka KKM (nilai ≥ 70)
|
≥ 60%
|
≥ 80%
|
2.
|
Nilai rata-rata kelas
|
≥ 60%
|
≥ 75%
|
3.
|
Siswa yang aktif dalam proses pemebelajaran
|
≥ 65%
|
≥ 90%
|
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Uraian tentang Pelaksanaan Per siklus dan Hasilnya
1.
Deskripsi Hasil Observasi Pembelajaran Pra Tindakan
Pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan sebelum
diadakan tindakan pembelajaran atau kegiatan pembelajaran pra tindakan, yang
dialami oleh peneliti yang juga bertindak sebagai guru seni budaya di kelas VII
E SMP Negeri 2 Sukaratu menggunakan metode konvensional didapatkan perolehan
hasil belajar yang rendah. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan,
rendahnya hasil belajar yang diperoleh dipengaruhi oleh metode yang tidak tepat
yang dipilih oleh guru di dalam kegiatan pembelajaran. Metode yang dipilih oleh
guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajran masih menggunakan metode
pembelajaran konvensional. Pemilihan metode yang tidak tepat berpengaruhi
terhadap rendahnya aktivitas siswa, karena pelaksanaan pembelajaran terlalu
berpusat kepada guru sehingga pada akhirnya berakibat langsung terhadap
rendahnya perolehan hasil belajar. Capaian hasil belajar yang rendah ini
dibuktikan dengan data perolehan ketuntasan belajar siswa kelas VII E yang
hanya mencapai 36,36%.
Metode pembelajaran yang tidak tepat dalam
hal ini adalah metode pembelajaran konvensional tidak banyak memberi peluang
terhadap siswa untuk lebih menggali atau mengeksplorasi kemampuanya. Metode
pembelajaran konvensional yang selama ini dilakukan memposisikan siswa hanya
sebagai komunitas yang pasif, sementara peran guru terlalu dominan. Tingginya
aktivitas guru serta rendahnya aktifitas siswa hanya akan menciptakan kondisi
dan suasana pembelajaran yang kurang kondusif, yang berimplikasi terhadap
rendahnya perolehan hasil belajar siswa.
Berdasarkan
penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi nyata yang dialami
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran belum berlangsung secara baik dengan dibuktikan masih rendahnya keaktifan
siswa dan rendahnya pencapaian hasil belajar siswa. Kondisi ini memerlukan
dilakukannya pemecahan masalah agar permasalahan yang muncul dapat segera
teratasi. Pemecahan masalah yang dilakukan adalah dengan melaksanakan tindakan
pembelajaran dengan pemilihan dan penentuan model pembelajaran yang tepat. Penentuan
model pembelajaran dalam tindakan pembelajaran ini adalah model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz.
2.
Kegiatan Tindakan Pembelajaran
Tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan juga bertindak
sebagai guru, yang dilaksanakan di kelas
VII E SMP N 2 Sukaratu ini terdiri dari tiga siklus. Pelaksanaan silklus I
dilaksanakan tanggal 11 Agustus 2015 dan 25 Agustus 2015, pelakasanaan siklus
II tanggal 1 september 2015 dan tanggal 8 september 2015 serta pelaksanaan siklus III tanggal 15
September 2015 dan 22 September 2015. Berdasarkan perencaan yang telah ditentukan
sebelumnya seperti tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran pada
lampiran 16, pelaksanaan pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa terapan
daerah setempat dengan mengunakan model pembelajaran cooperative learning tipe team
quiz. tindakan pembelajaran siklus I ditentukan dengan indikator: mengidentifikasi
pengertian dan cabang-cabang seni,
siklus II dengan indikator: mengidentifikasi fungsi
dan kegunaan seni rupa terapan daerah setempat, dan siklus III dengan
indikator: mengidentifikasi unsur-unsur seni rupa terapan daerah setempat.
Langkah-langkah pembelajaran penerapan model cooperative tipe team quiz
pada materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setmpat di kelas VII E
adalah sebagai berikut:
1.
Pemilihan
topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.
2.
Siswa
dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu A,B, dan C.
3.
Penyampaian
format pelajaran kepada siswa
kemudian guru mulai
menyampaikan materi. Penyampaian
materi maksimal 10 menit.
4.
Setelah menyampaikan materi, menugaskan kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Kelompok B
dan C mengunakan waktu ini untuk melihat catatan mereka.
5.
Menugaskan
kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan, maka pertanyaan tersebut dilemparkan kepada kelompok C.
6.
Kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok C,
jika kelompok C tidak bisa menjawab, maka pertanyaan dilemparkan kepada kelompok B.
7.
Jika pertanyaan jawaban selesai, maka melanjutkan pelajaran kedua dan menunjuk kelompok B untuk menjadi
kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A.
8.
Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, langkah selanjutnya penyampaian
materi pelajaran ketiga dan menunjuk
kelompok C sebagai kelompok penanya.
9.
mengakhiri
pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan menjawab sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru.
1. Tindakan Pembelajaran Siklus I
Pelaksanaan
silklus I dilaksanakan pada hari selasa tanggal tanggal 11 Agustus 2015 dan 25
Agustus 2015. Pada langkah awal tindakan pembelajaran adalah pemberian motivasi
tentang letak pentingnya materi mengapresiasi karya seni rupa terapan
mancanegara.Guru menstimulus siswa dengan cara bertanya kepada siswa tentang
kaitan materi yang mereka hadapi dengan kehidupan sehari-hari. Guru juga
menstimulus siswa tentang karakter positif yang perlu dijunjung tinggi dan
dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari berakiatan dengan pokok
bahasan.
Langkah selanjutnya
guru memberi arahan tentang prosedur atau langkah-langkah yang akan dilalui
dalam pembelajaran materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat
dengan menggunakan model pembelajaran cooperative
learning tipe team quiz. Respon
siswa terhadap penjelasan yang disampaikan guru tentang prosedur pembelajaran
yang akan mereka lalui sebagian besar terlihat antusias.
Prosedur pertama
model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz, guru melakukan pemilihan
topik yang akan disampaikan pada siklus pertama ke dalam tiga bagian sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya seperti
telihat pada lampiran 16.
Prosedur kedua adalah pengelompokan siswa kedalam
tiga kelompok yaitu kelompok A, kelompok B dan kelompok C. Pengelompokan
dilakukan secara acak. Tempat duduk siswa diatur sesuai kelompok masing-masing
dengan bentuk atau skema menyerupai tapal kuda seperti terdapat pada lampiran
13.
Prosedur ketiga setelah sebelumnya guru
membagikan hand out tentang materi
mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara, guru menyampaikan materi ke-1,
materi disampaikan dengan durasi tidak lebih dari sepuluh menit.
Langkah atau
prosedur keempat setelah guru
menyampaikan materi selanjutnya guru menugaskan kelompok A menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan.
Sementara kelompok B dan kelompok C menggunakan waktu ini dengan melihat hand
out materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat.
Langkah kelima yaitu: menugaskan kepada
kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan, maka pertanyaan tersebut dilemparkan kepada kelompok C. Pada kenyataan yang dialami ternyata kelompok B mampu menjawab pertanyaan
yang disampaikan oleh kelompok A, apluse atau tepuk tangan mewarnai kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung. Tiap kelompok mulai terlihat
antusias. Selanjutnya langkah keenam: kelompok A memberikan
pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab, maka pertanyaan dilemparkan kepada
kelompok B. Pada babak inipun
kelompok C rupanya samahal seperti kelompok B dapat menjawab pertanyaan yang
disampaikan kelompok A, sorak-sorai dan tepuk tangan pun mewarnai kagiatan
pembelajaran ini.
Selanjutnya pada
saat jawaban selesai, maka dilanjutkan pada materi II dan menunjuk kelompok B
untuk menjadi keolompok penanya, hal ini dilakukan seperti yang berlaku untuk
kelompok A. Ini belangsung pada langkah ke tujuh.
Selanjutnya langkah kedelapan pada saat kelompok B selesai dengan
pertanyaannya, langkah selanjutnya adalah penyampaian materi pelajaran III dan
menunjuk kelompok C sebagai penanya.
Pada tindakan
pembelajaran mengunakan model pembelajaran cooperative
learning tipe team quiz pada
prosedur atau langkah pembelajaran keempat sampai langkah kedelapan aktivitas
dan antusiasme siswa mulai terlihat,
tiap kelompokpun mulai terlihat berkompetisi, untuk dapat menjawab dengan baik
pertanyaan-petanyaan yang lontarkan kelompok penanya. Meskipun mobilitas tiap
anggota sangat terbatas. Terbatasnya mobilitas tiap siswa rupanya rupanya
terkendala oleh penempatan posisi tempat duduk yang kurang memberikan ruang
yang cukup.
Langkah kesembilan atau prosedur terakhir dari
tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team
quiz yaitu mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan menjawab sekiranya ada pemahaman
siswa yang keliru.
Pelaksanaan
tindakan pembelajaran dengan menerapkan model cooperative tipe team quiz
pada materi mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara guru yang sekaligus
sebagai peneliti didampingi oleh dua orang guru sebagai observer. Dua orang
observer tersebut bertugas mengamati atau mengobservasi jalannya pelaksanaan
tindakan pembelajaran. Hasil observasi dan pengamatan kedua orang observer
tersebut dituangkan ke dalam lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini
jawaban dan pernyataan pengamat atau observer dirubah atau diadaptasi menjadi
data yang bersifat kuantitatif. Pernyataan sangat baik diberi skor 5, pernyataan baik diberi skor 4,
pernyataan cukup diberi skor 3, pernyataan
kurang diberi skor 2, serta sangat kurang dinyatakan dengan skor 1.
Hasil pengamatan
dan observasi yang telah dilakukan oleh para observer selama berlangsungnya
tindakan pembelajaran dengan menerapkan model cooperative tipe team quiz
pada materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat dapat kita
amati pada tabel 4.1. Dari
tabel tesebut dapat diketahui bahwa pembelajaran siklus I dapat dikategorikan
aktif, meskipun terkendala kurang siapnya guru dan siswa didalam menghadapi
model pembelajaran tersebut.
Tabel 4.1
Skor aktivitas siswa pada pembelejaran siklus I
No
|
Aktivitas siswa
|
skor
|
1.
|
Disiplin
|
3
|
2.
|
Kesiapan
belajar
|
3
|
3.
|
Penguasaan
konsep pra syarat
|
3
|
4.
|
Pemusatan
perhatian
|
4
|
5.
|
Antusiasme
|
4
|
6.
|
kreativitas
|
4
|
7.
|
presentasi
|
4
|
8.
|
Percaya
diri
|
3
|
9.
|
Kerja
sama
|
3
|
10.
|
Penggunaan
media
|
3
|
Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa
aktivitas siswa berupa antusiame siswa siswa, pemusatan perhatian, presentasi dan kreativitas siswa mendapat
skor cukup baik masing-masing 4, sedangkan aktivitas siswa berupa: disiplin,
kesiapan belajar, penguasaan konsep prasarat, percaya diri, kerjasama, dan
penggunaan media masing-masing mendapat skor 3.
Pada akhir pembelajaran guru mengadakan post tes
yang terdiri dari soal obyektif seperti dapat di lihat pada lampiran. Hasil tes
yang telah dilakukan dapat kita lihat pada tabel 4.2. Dari tabel 4.2. tersebut
dapat diketahui mengenai daya serap kelas setelah mengikuti pelaksanaan
tindakan pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat
dengan menggunakan model pembelajaran cooperative
learning tipe team quiz, siklus
I, daya serap rata-rata mencapai nilai 75,76 sedangkan daya serap kelas
mencapai prosentase 63,64%.
Tabel 4.2.
Daya Serap Hasil Tes Siklus I
No urut
|
subjek
|
Nilai
|
1.
|
ADAM
ALFARIZI
|
60
|
2.
|
ADE SANI
|
40
|
3.
|
AGUS
MULAYANA
|
40
|
4.
|
ANA
KARENINA
|
60
|
5.
|
ANDI
MUHAMMAD J.
|
60
|
6.
|
ANISA
NURUSSIAMI
|
80
|
7.
|
ASEP
CAHYA W.
|
80
|
8.
|
CUCU
RAHAYU
|
80
|
9.
|
DELA
SITI FATIMAH
|
80
|
10.
|
EMA
ROSMIATI
|
80
|
11.
|
ERIK
SALSA F.
|
80
|
12.
|
FITRI
|
100
|
13.
|
GALIH MUAHAMMAD
|
100
|
14.
|
GERRY
RIVALDI
|
80
|
15.
|
IIS
FATIMAH
|
100
|
16.
|
IKBAL
MULYADI
|
80
|
17.
|
IMAM
SANTOLIS
|
80
|
18.
|
LUTFIAH
MAMBURROH
|
100
|
19.
|
MUHAMMAD
RESTU N.
|
60
|
20.
|
MUHAMMAD
W. H.
|
60
|
21.
|
NADIA
NURAZIZAH
|
100
|
22.
|
NANANG
ABDILLAH
|
60
|
23.
|
NENG
SARASWATI
|
100
|
24.
|
RAFLI
LALAN
|
100
|
25.
|
RAUDATUL
GINA
|
100
|
26.
|
RIFAN
ABDUL BASIT
|
80
|
27.
|
RIZKI
KURNIAWAN
|
60
|
28.
|
ROBBI
CAHYA L.
|
80
|
29.
|
ROSA
FITRIANI
|
60
|
30.
|
SAROH
SITI NURSALAM
|
80
|
31.
|
SILVI
MARSELA
|
80
|
32.
|
SINTA
DELAWATI
|
60
|
33.
|
TINI
|
40
|
Daya serap
rata-rata
|
75,76
|
|
Daya serap
kelas %
|
63,64%
|
Pengamatan yang telah dilakukan selama pelaksanaan
tindakan pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat dengan
menerapkan model pembelajaran cooperative
learning tipe team quiz pada
siklus I, merupakan bahan yang akan menjadi acuan untuk pelaksanaan tindakan
pembelajaran siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki diantaranya: 1) adalah
perlu ditingkatnya kesiapan guru dalam tiap prosedur pelaksanaan pembelajaran
terutama dalam hal penggunaan media pembelajaran yang lebih menunjang agar
penyampaian materi berlangsung lebih efektif, 2) pengaturan tempat duduk tiap
kelompok perlu diperhatikan agar tidak terlalu membatasi mobilitas siswa, 3)
pembagian kelompok siswa dapat dipilih bukan hanya secara acak, pemilihan tiap
kelompok dapat diatur secara heterogen terutama berdasarkan kemampuan siswa, 4)
guru harus memperhatikan untuk dapat menstimulus keaktifan siswa terutama terutama
pada aspek: disiplin, kesiapan belajar, penguasaan konsep prasarat, kepercayaan
diri siswa, kerjasama terutama antar tiap anggota kelompok, dan aspek
penggunaan media.
2. Tindakan Pembelajaran Siklus II
Pelaksanaan
silklus II dilaksanakan pada hari senin tanggal 1 September dan 8 September
2015. Pelaksanaan tindakan pembelajaran penerapan model pembelajaran cooperatif learning tipe team quiz pada materi mengapresiasi seni
rupa terapan daerah setempat mengetengahkan pokok bahasan berkarya Fungsi dan
kegunaan karya seni rupa terapan daerah setempat.
Tahap awal dari
langkah pembelajaran tindakan pembelajaran siklus II adalah penjelasan tentang
pentingnya pokok bahasan yang akan dibahas. Guru menstimulus siswa untuk
mengkaitkan pokok bahasan terkait dengan kenyataan yang mereka alami dalam
kehidupan sehari-hari. Guru juga mencoba untuk menggugah dan mengeksplorasi
kesadaran siswa tentang karakter yang positif yang dapat mereka implementasi
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pokok bahasan terkait.
Langkah selanjutnya
guru mencoba mengetahui pemahaman siswa tentang prosedur atau langkah-langkah
yang akan dilalui dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz. Untuk mengetahui pemahaman
mereka tentang penerapan model pembelajaran cooperative
learning tipe team quiz dilakukan dengan cara memberi pertanyaan kepada
seluruh siswa dan mempersilakan salah satu siswa untuk menjelaskanya. Ternyata
sebagian dari mereka banyak yang tunjuk jari, hal ini menunjukan bahwa mereka
siap untuk memberikan penjelasan tentang prosedur atau langkah pembelajaran
tersebut, ini mengidikasikan sebagaian besar siswa betul-betul faham tentang
prosedur dan langkah pembelajaran cooperative
learning tipe team quiz.
Prosedur atau langkah pertama model
pembelajaran cooperative learning tipe
team quiz, guru melakukan pemilihan
topik yang akan disampaikan pada siklus II ke dalam tiga bagian sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya seperti telihat pada
lampiran.
Langkah atau prosedur
kedua adalah mengelompokan siswa ke dalam tiga kelompok yaitu kelompok A,
kelompok B dan kelompok C. Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan pada
tindakan pembelajaran siklus ke I, pengelompokan dilakukan tidak secara acak,
tetapi dilakukan secara heterogen berdasarkan kemampuan siswa. Ini dilakukan agar
siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah tersebar di setiap kelompok,
sehingga dalam pelaksanaan pemebelajaran yang berlangsung diantara mereka dapat
saling melengkapi. Berdasarkan refleksi
yang dilakukan pada siklus ke I, tempat duduk siswa diatur sesuai kelompok
masing-masing dengan bentuk atau skema seperti terdapat pada lampiran.
Prosedur ketiga setelah sebelumnya guru
membagikan hand out tentang submateri
mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara, guru menyampaikan materi ke-1,
materi disampaikan dengan waktu tidak lebih dari sepuluh menit. Prosedur keempat setelah guru menyampaikan materi,
selanjutnya guru menugaskan kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan
berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Sementara kelompok B dan
kelompok C menggunakan waktu ini dengan melihat hand out submateri mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara,
yaitu pengertian seni lukis dan media seni lukis.
Langkah kelima yaitu: menugaskan kepada
kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan, maka pertanyaan tersebut dilemparkan kepada kelompok C. Pada kenyataan yang dialami ternyata sama seperti yang terjadi pada siklus
I yaitu kelompok B mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh kelompok A, dengan
demikian apluse atau tepuk tangan mewarnai kegiatan pembelajaran yang sedang
berlangsung. Tiap kelompok terlihat antusias. Langkah keenam: kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok C,
jika kelompok C tidak bisa menjawab, maka pertanyaan dilemparkan kepada kelompok B. begitupun pada babak ini kelompok C
juga seperti kelompok B dapat menjawab pertanyaan yang disampaikan kelompok A, apluse
dan tepuk tanganpun mewarnai kagiatan pembelajaran ini.
Langkah ke tujuh pada saat jawaban selesai, maka
dilanjutkan pada materi II dan menunjuk kelompok B untuk menjadi keolompok
penanya, hal ini dilakukan seperti yang berlaku untuk kelompok A. Prosedurpun
dilanjutkan pada langkah kedelapan pada saat kelompok B selesai dengan
pertanyaannya, langkah selanjutnya adalah penyampaian materi pelajaran III dan
menunjuk kelompok C sebagai penanya.
Pada tiap prosedur
atau langkah tindakan pembelajaran mengunakan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz pada prosedur keempat sampai prosedur kedelapan aktivitas dan antusiasme siswa
sangat jelas terlihat, sehingga terjadi peningkatan dibanding siklus I.
Peningkatan ini disebabkan berbagai perbaikan yang telah dilakukan berdasarkan
refleksi pada tidakan I. Perubahan
pengelompokkan siswa dan perubahan tempat duduk tiap kelompok, sangat
berpengaruh pada keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran. Tiap
kelompokpun terlihat berkompetisi, untuk dapat menjawab dengan baik
pertanyaan-petanyaan yang lontarkan kelompok penanya.
Langkah kesembilan atau prosedur terakhir dari
tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran coopertive learning tipe team
quiz yaitu mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan menjawab sekiranya ada pemahaman
siswa yang keliru.
berdasarkan
pengamatan dan observasi yang telah dilakukan oleh para observer selama
berlangsungnya tindakan pembelajaran dengan menerapkan model cooperative tipe team quiz pada materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah
setempat siklus ke II, dapat kita lihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Skor aktivitas siswa pada pembelejaran siklus II
No
|
Aktivitas siswa
|
skor
|
1.
|
Disiplin
|
3
|
2.
|
Kesiapan
belajar
|
|
3.
|
Penguasaan
konsep pra syarat
|
4
|
4.
|
Pemusatan
perhatian
|
4
|
5.
|
Antusiasme
|
4
|
6.
|
kreativitas
|
4
|
7.
|
presentasi
|
4
|
8.
|
Percaya
diri
|
4
|
9.
|
Kerja
sama
|
3
|
10.
|
Penggunaan
media
|
3
|
Dari tabel di atas dapat kita diketahui bahwa
aktivitas siswa berupa antusiame siswa, pemusatan perhatian, presentasi siswa, kreativitas siswa,
pengusaan konsep prasarat, kesiapan belajar, percaya diri dan kerjasama
mendapat skor cukup baik masing-masing 4, sedangkan aktivitas siswa berupa:
disiplin, kerjasama, dan penggunaan media masing-masing mendapat skor 3.
Pada akhir tindakan pembelajaran siklus II guru
mengadakan post tes yang terdiri dari soal obyektif seperti dapat di lihat pada
lampiran 11. Hasil tes yang telah dilakukan dapat kita lihat pada tabel 4.4.
Dari tabel 4.4. tersebut dapat diketahui mengenai daya serap kelas setelah
mengikuti pelaksanaan tindakan pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa
terapan daerah setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz, siklus II, daya serap
rata-rata mencapai nilai 82,12, sedangkan daya serap kelas mencapai prosentase 81,18%.
Tabel 4.4.
Daya Serap Hasil Tes Siklus II
No urut
|
subjek
|
Nilai
|
1.
|
ADAM
ALFARIZI
|
80
|
2.
|
ADE SANI
|
80
|
3.
|
AGUS
MULAYANA
|
60
|
4.
|
ANA
KARENINA
|
80
|
5.
|
ANDI
MUHAMMAD J.
|
60
|
6.
|
ANISA
NURUSSIAMI
|
80
|
7.
|
ASEP
CAHYA W.
|
100
|
8.
|
CUCU
RAHAYU
|
70
|
9.
|
DELA
SITI FATIMAH
|
80
|
10.
|
EMA
ROSMIATI
|
80
|
11.
|
ERIK
SALSA F.
|
90
|
12.
|
FITRI
|
100
|
13.
|
GALIH
MUAHAMMAD
|
60
|
14.
|
GERRY
RIVALDI
|
60
|
15.
|
IIS
FATIMAH
|
80
|
16.
|
IKBAL
MULYADI
|
100
|
17.
|
IMAM
SANTOLIS
|
80
|
18.
|
LUTFIAH
MAMBURROH
|
100
|
19.
|
MUHAMMAD
RESTU N.
|
80
|
20.
|
MUHAMMAD
W. H.
|
80
|
21.
|
NADIA
NURAZIZAH
|
80
|
22.
|
NANANG
ABDILLAH
|
80
|
23.
|
NENG
SARASWATI
|
80
|
24.
|
RAFLI
LALAN
|
100
|
25.
|
RAUDATUL
GINA
|
100
|
26.
|
RIFAN
ABDUL BASIT
|
80
|
27.
|
RIZKI
KURNIAWAN
|
70
|
28.
|
ROBBI
CAHYA L.
|
80
|
29.
|
ROSA
FITRIANI
|
80
|
30.
|
SAROH
SITI NURSALAM
|
100
|
31.
|
SILVI
MARSELA
|
100
|
32.
|
SINTA
DELAWATI
|
80
|
33.
|
TINI
|
80
|
Daya serap rata-rata
|
82,12
|
|
Daya serap kelas %
|
81,18%
|
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan
selama pelaksanaan tindakan pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa murni
mancanegara dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team
quiz pada siklus II, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian guru.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian guru adalah: 1) guru perlu
memperhatikan secara baik tentang langkah-langkah pembelajaran terutama langkah
pada pendahuluan, guru belum mengkaitkan materi yang dibahas dengan materi yang
dibahas pada pertemuan sebelumnya, 2) ada beberapa aspek aktivitas siswa yang
belum terjadi peningkatan bila dibanding dengan siklus sebelumnya, aspek
tersebut adalah: disiplin, dan penggunaan media, 3) dalam hal penamaan kelompok
dapat dicoba untuk dirubah oleh para siswa, sehingga dapat lebih meningkatkan
motivasi bagi mereka, tiap kelompok bisa memakai label nama kelompok yang
mereka buat sendiri.
3. Tindakan Pembelajaran Siklus III
Siklus III
dilaksanakan pada hari senin tanggal 15 Sepetember 2015 dan 22 September 2015.
Pada pelaksanaan tindakan pembelajaran penerapan model pembelajaran cooperatif learning tipe team quiz dalam materi mengapresiasi
seni rupa terapan daerah setempat mengambil subpokok bahasan unsur-unsur seni
rupa terapan daerah setempat.
Langkah awal pembelajaran
tindakan pembelajaran siklus III adalah penjelasan tentang pentingnya pokok
bahasan yang akan dibahas dan kompetensi yang hendak dicapai. siswa diberi
stimulus untuk mengkaitkan pokok bahasan terkait dengan kenyataan yang mereka
alami dalam kehidupan sehari-hari. Guru mengkaitkan materi yang akan dibahas
dengan materi yang dibahas pada pertemuan sebelumnya, juga mencoba untuk
menggugah kesadaran siswa tentang karakter yang positif yang dapat mereka
implementasi dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pokok bahasan sedang
dibahas.
Prosedur atau langkah pertama model
pembelajaran cooperative learning tipe
team quiz, guru melakukan pemilihan
topik yang akan disampaikan pada siklus III
ke dalam tiga bagian sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah dirancang sebelumnya seperti telihat pada lampiran 16. Selanjutnya langkah
atau prosedur kedua adalah mengelompokan siswa ke dalam tiga kelompok, berbeda dengan sebelumnya nama
kelompok ditentukan oleh siswa sendiri yaitu kelompok Biru, kelompok Hijau Muda
dan kelompok Merah, nama kelompokpun
mereka cantumkan dalam bentuk label yang mereka buat sendiri. Hal ini dilakukan
berdasarkan refleksi yang dilakukan pada tindakan pembelajaran siklus II. Skema
tempat duduk sama seperti tindakan pembelajaran siklus II.
Langkah atau prosedur
ketiga guru membagikan hand out tentang submateri mengapresiasi
karya seni rupa murni mancanegara, selanjutnya guru menyampaikan materi ke-1,
dengan waktu tidak lebih dari sepuluh menit. Prosedur keempat setelah guru menyampaikan materi selanjutnya guru
menugaskan kelompok Biru menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan.
Sementara kelompok Hijau Muda dan
kelompok Merah menggunakan waktu ini
dengan melihat hand out submateri
mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat.
Langkah kelima yaitu: menugaskan kepada
kelompok Biru untuk
memberi pertanyaan kepada kelompok
Hijau Muda jika kelompok Hijau Muda tidak
dapat menjawab pertanyaan, maka pertanyaan
tersebut dilemparkan kepada
kelompok Merah.
Tiap kelompok terlihat antusias. Langkah keenam:
kelompok Biru memberikan pertanyaan kepada
kelompok Merah, jika kelompok Merah tidak bisa menjawab, maka pertanyaan dilemparkan kepada
kelompok Hijau Muda. Langkah ke
tujuh pada saat jawaban selesai, maka dilanjutkan pada materi II dan
menunjuk kelompok Hijau Muda untuk
menjadi kelompok penanya, hal ini dilakukan seperti yang berlaku untuk kelompok
Biru. Prosedurpun dilanjutkan pada
langkah kedelapan pada saat kelompok Hijau Muda selesai dengan pertanyaannya, langkah selanjutnya adalah
penyampaian materi pelajaran III dan menunjuk kelompok Merah sebagai penanya. Langkah terakhir atau langkah ke sembilan dari tindakan pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran coopertive
learning tipe team quiz yaitu
mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan menjawab sekiranya ada pemahaman siswa yang
keliru.
Hasil pengamatan
dan observasi yang telah dilakukan oleh para observer selama berlangsungnya
tindakan pembelajaran dengan menerapkan model cooperative tipe team quiz
pada materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat siklus ke III,
dapat kita lihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5.
Skor aktivitas siswa pada pembelejaran siklus III
No
|
Aktivitas siswa
|
skor
|
1.
|
Disiplin
|
3
|
2.
|
Kesiapan
belajar
|
4
|
3.
|
Penguasaan
konsep pra syarat
|
4
|
4.
|
Pemusatan
perhatian
|
4
|
5.
|
Antusiasme
|
5
|
6.
|
kreativitas
|
4
|
7.
|
presentasi
|
4
|
8.
|
Percaya
diri
|
4
|
9.
|
Kerja
sama
|
5
|
10.
|
Penggunaan
media
|
4
|
Dari tabel di atas dapat kita diketahui bahwa
aktivitas siswa berupa pemusatan perhatian,
presentasi siswa, kreativitas siswa, pengusaan konsep prasarat, kesiapan
belajar, percaya diri dan kerjasama mendapat skor yang sama seperti pada siklus
II masing-masing 4. Aktivitas siswa berupa: disiplin, kerjasama dan penggunaan
media yang masing-masing mendapat skor 3 pada siklus ke II, telah terjadi
peningkatan untuk aspek disiplin dan penggunaan media masing-masing mendapat
skor 4, dan skor maksimal yaitu 5 untuk aspek kerjasama.
Akhir tindakan pembelajaran siklus III guru
mengadakan post tes yang terdiri dari soal obyektif seperti dapat di lihat pada
lampiran. Hasil tes yang telah dilakukan dapat kita lihat pada tabel 4.6. Dari tersebut
dapat diketahui mengenai daya serap kelas setelah mengikuti pelaksanaan
tindakan pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat
dengan menggunakan model pembelajaran cooperative
learning tipe team quiz, siklus III,
daya serap rata-rata mencapai nilai 88,79, sedangkan daya serap kelas mencapai
prosentase 87,50%.
Tabel 4.6.
Daya Serap Hasil Tes Siklus III
No urut
|
subjek
|
Nilai
|
1.
|
ADAM
ALFARIZI
|
100
|
2.
|
ADE SANI
|
100
|
3.
|
AGUS
MULAYANA
|
90
|
4.
|
ANA
KARENINA
|
60
|
5.
|
ANDI
MUHAMMAD J.
|
80
|
6.
|
ANISA
NURUSSIAMI
|
60
|
7.
|
ASEP
CAHYA W.
|
100
|
8.
|
CUCU
RAHAYU
|
80
|
9.
|
DELA
SITI FATIMAH
|
100
|
10.
|
EMA
ROSMIATI
|
50
|
11.
|
ERIK
SALSA F.
|
100
|
12.
|
FITRI
|
100
|
13.
|
GALIH
MUAHAMMAD
|
90
|
14.
|
GERRY
RIVALDI
|
50
|
15.
|
IIS FATIMAH
|
60
|
16.
|
IKBAL
MULYADI
|
100
|
17.
|
IMAM
SANTOLIS
|
80
|
18.
|
LUTFIAH
MAMBURROH
|
100
|
19.
|
MUHAMMAD
RESTU N.
|
100
|
20.
|
MUHAMMAD
W. H.
|
90
|
21.
|
NADIA
NURAZIZAH
|
100
|
22.
|
NANANG
ABDILLAH
|
100
|
23.
|
NENG
SARASWATI
|
100
|
24.
|
RAFLI
LALAN
|
90
|
25.
|
RAUDATUL
GINA
|
100
|
26.
|
RIFAN
ABDUL BASIT
|
100
|
27.
|
RIZKI
KURNIAWAN
|
90
|
28.
|
ROBBI
CAHYA L.
|
80
|
29.
|
ROSA
FITRIANI
|
100
|
30.
|
SAROH
SITI NURSALAM
|
100
|
31.
|
SILVI
MARSELA
|
100
|
32.
|
SINTA
DELAWATI
|
80
|
33.
|
TINI
|
100
|
Daya
serap rata-rata
|
88,79
|
|
Daya
serap kelas %
|
87,50%
|
Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan pada
siklus ke II maka dilakukan tindakan pem
hasil pengamatan yang telah dilakukan selama
pelaksanaan tindakan pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah
setempat dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team
quiz pada siklus III telah terjadi peningkatan dibanding siklus ke I dan
siklus ke II. Hasil belajar berupa daya capaian daya serap siswa pada siklus
III terjadi juga peningkatan dibanding dengan siklus ke I dan ke II.
B. Pembahasan/ Analisis Hasil Penelitian
1. Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh observer terhadap tindakan
pembelajaran penerapan model pembelajaran cooperative
learning tipe team quiz pada materi
mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara di kelas VII E SMP Negeri 2
Sukaratu menunjukan adanya peningkatan aktivitas siswa dari tiap siklus, yaitu siklus I, siklus II maupun siklus III. Dalam
menilai aktivitas belajar siswa di dalam kelas yaitu dengan cara merubah
jawaban observer ke dalam dalam bilangan (kuantitatif) seperti dapat kita lihat
pada tabel. Berdasarkan kepada alternatif jawaban pada tabel 4.7. aktivitas
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dikatakan aktif apabila skor
rata-ratanya di atas 3. Aktivitas siswa siklus I sampai siklus III dapat kita
lihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.7.
Skor alternatif Jawaban
Alternatif jawaban
|
Skor
|
Sangat
Baik
|
5
|
Baik
|
4
|
Cukup
|
3
|
Kurang
|
2
|
Sangat
Kurang
|
1
|
Tabel 4.8.
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Seni Budaya
pada Siklus I , Siklus II dan
Siklus III
No
|
Aktivitas Siswa
|
Skor tiap
siklus
|
Rata-rata
Skor tiap aspek
|
||
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
|||
1.
|
Disiplin
|
3
|
3
|
3
|
3,00
|
2.
|
Kesiapan belajar
|
3
|
4
|
4
|
3,66
|
3.
|
Penguasaan konsep prasarat
|
3
|
4
|
4
|
3,66
|
4.
|
Pemusatan perhatian
|
4
|
4
|
4
|
4,00
|
5.
|
Antusiasme
|
4
|
4
|
5
|
4,33
|
6.
|
Kreativitas
|
4
|
4
|
4
|
4,00
|
7.
|
Presentasi
|
4
|
4
|
4
|
4,00
|
8.
|
Percaya diri
|
3
|
4
|
4
|
3,66
|
9.
|
Kerja sama
|
3
|
3
|
5
|
3,66
|
10.
|
Penggunaan media
|
3
|
3
|
4
|
3,33
|
Jumlah rata-rata skor tiap siklus & jumlah skor rata-rata siklus I,II
dan III
|
3,4
|
3,7
|
4,1
|
3,73
|
Berdasarkan tabel 4.8. di atas terlihat jelas bahwa aktivitas siswa
siklus I adalah mencapai skor rata-rata 3,4. Berdasarkan kepada alternatif jawaban pada tabel
4.7. aktivitas kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dikatakan aktif apabila
skor rata-ratanya di atas 3, Sehingga
aktivitas kegiatan belajar siswa pada siklus I diketgorikan aktif. Aktivitas
siswa pada tindakan pembelajaran siklus II mencapai skor rata-rata 3,7 ada
peningkatan 0,3 dibanding siklus I, pencapaian ini juga dapat dikategorikan
aktif. Pada tindakan pembelajaran siklus III pencapaian aktivitas siswa
mencapai skor rata-rata 4,1 terjadi peningkatan 0,4 dibanding siklus II,
pencapaian ini juga dapat dikategorikan bahwa aktivitas siswa selama tindakan
pembelajaran aktif. Rata-rata aktivitas siswa dari semua siklus yaitu siklus I,
siklus II dan siklus III adalah 3,73, skor ini menunjukkan bahwa aktivitas
rata-rata dari semua siklus yaitu siklus I, siklus II dan siklus III dapat dikategorikan
aktif.
2. Hasil Belajar
Capaian hasil belajar siswa dapat diketahui berdasarkan tes yang telah
dilakukan dari setiap tindakan pembelajaran baik siklus I, siklus II dan siklus
III berupa prosentasi daya serap hasil tes.
Maka untuk mengetahui hasil belajar tersebut dapat dilakukan analisis
daya serap siswa terhadap materi yang telah diberikan. Ketuntasan secara
klasikal dalam setiap siklus tindakan yang berupa tes yang dilakukan pada
setiap siklus. Hasil dari tes pada setiap siklus tindakan pembelajaran tampak
pada tabel 4.8.
Tabel 4.9.
Prosentasi daya serap hasil tes Siklus I,
siklus II dan Siklus III
No Urut
|
Subjek
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
1.
|
ADAM
ALFARIZI
|
60
|
80
|
100
|
2.
|
ADE SANI
|
40
|
80
|
100
|
3.
|
AGUS
MULAYANA
|
40
|
60
|
90
|
4.
|
ANA
KARENINA
|
60
|
80
|
60
|
5.
|
ANDI
MUHAMMAD J.
|
60
|
60
|
80
|
6.
|
ANISA
NURUSSIAMI
|
80
|
80
|
60
|
7.
|
ASEP
CAHYA W.
|
80
|
100
|
100
|
8.
|
CUCU
RAHAYU
|
80
|
70
|
80
|
9.
|
DELA
SITI FATIMAH
|
80
|
80
|
100
|
10.
|
EMA
ROSMIATI
|
80
|
80
|
50
|
11.
|
ERIK
SALSA F.
|
80
|
90
|
100
|
12.
|
FITRI
|
100
|
100
|
100
|
13.
|
GALIH
MUAHAMMAD
|
100
|
60
|
90
|
14.
|
GERRY
RIVALDI
|
80
|
60
|
50
|
15.
|
IIS
FATIMAH
|
100
|
80
|
60
|
16.
|
IKBAL
MULYADI
|
80
|
100
|
100
|
17.
|
IMAM
SANTOLIS
|
80
|
80
|
80
|
18.
|
LUTFIAH
MAMBURROH
|
100
|
100
|
100
|
19.
|
MUHAMMAD
RESTU N.
|
60
|
80
|
100
|
20.
|
MUHAMMAD
W. H.
|
60
|
80
|
90
|
21.
|
NADIA
NURAZIZAH
|
100
|
80
|
100
|
22.
|
NANANG
ABDILLAH
|
60
|
80
|
100
|
23.
|
NENG
SARASWATI
|
100
|
80
|
100
|
24.
|
RAFLI
LALAN
|
100
|
100
|
90
|
25.
|
RAUDATUL
GINA
|
100
|
100
|
100
|
26.
|
RIFAN
ABDUL BASIT
|
80
|
80
|
100
|
27.
|
RIZKI
KURNIAWAN
|
60
|
70
|
90
|
28.
|
ROBBI
CAHYA L.
|
80
|
80
|
80
|
29.
|
ROSA
FITRIANI
|
60
|
80
|
100
|
30.
|
SAROH
SITI NURSALAM
|
80
|
100
|
100
|
31.
|
SILVI
MARSELA
|
80
|
100
|
100
|
32.
|
SINTA
DELAWATI
|
60
|
80
|
80
|
33.
|
TINI
|
40
|
80
|
100
|
Daya
serap rata-rata
|
75,757
|
82,121
|
88,787
|
|
Daya serap kelas (%)
|
63,64%
|
81,18%
|
87,50%
|
Berdasarkan tabel 4.8. seperti dapat kita amati di atas hasil dari tes
dapat disimpulkan bahwa pada umumnya hasilnya daya serap rata-rata siswa dapat
dikategorikan cukup tinggi pada setiap siklus tindakan apabila dibandingkan
sebelum tindakan.
Daya serap rata-rata pada siklus I adalah 75,757%, meningkat 6,634 % pada tindakan pembelajaran siklus II menjadi
82,121%, dan meningkat 6,666% pada tindakan pembelajaran siklus III menjadi
88,787%. Daya serap serap secara klasikal atau daya serap kelas pada tindakan
pembelajaran siklus I adalah 63,64% meningkat 17,54% pada tindakan pembelajaran
siklus II menjadi 81,18%, dan meningkat lagi 6,32% pada tindakan pembelajaran
siklus III menjadi 87,50%.
Terjadi peningkatan daya serap kelas/ ketuntasan belajar kelas cukup
tinggi pada saat setelah dilakukan tindakan pembelajaran dibanding sebelum
dilakukan tindakan seperti dapat kita amati pada grafik batang 4.1. yaitu tentang
daya serap kelas pra tindakan dan setelah dilakukan tindakan.
3. Angket Sikap dan Minat Siswa
Berdasarkan angket sikap dan minat, yang disebarkan kepada
siswa setelah selesai pelaksanaan pembelajaran siklus ketiga, dapat dinyatakan bahwa pada umumnya
siswa kelas VII E bersikap
positif terhadap proses pembelajaran materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat menggunakan
model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz, seperti terlihat pada
Tabel 4.10. Jumlah pertanyaan yang
diajukan adalah sebanyak 10 pertanyaan. Seluruh siswa diminta pendapatnya
tentang sikap mereka terhadap penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team
quiz pada materi mengapresiasi karya seni rupa terpan daerah setempat, untuk pernyataan
jika Sangat setuju: 4, Setuju: 3,
Tidak setuju: 2 dan Sangat Tidak Setuju: 1.
Tabel 4.10.
Prosentase Sikap dan Minat Siswa
No.
|
Pertanyaan
|
Prosentasi
|
|||
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
||
1.
|
cooperatif team quiz
merupakan pembelajaran yang memdorong saya untuk mempersiapkan diri
sebelumnya
|
15
45,454%
|
17
51,151%
|
1
3,030%
|
|
2.
|
cooperatif team quiz merupakan pembelajaran yang membuat saya
terdorong untuk ingin tahu lebih dalam
|
30
90,909%
|
2
6,060%
|
1
3,030%
|
|
3.
|
cooperatif team quiz
merupakan pembelajaran yang dapat memacu semangat belajar
|
33
100%
|
|||
4.
|
cooperatif team quiz
merupakan pembelajaran membantu saya dalam memahami materi yang dibahas
|
17
51,151%
|
16
48,484%
|
||
5.
|
cooperatif team quiz merupakan
pembelajaran yang membuat materi pembelajaran seni budaya menjadi lebih
menarik
|
29
87,878%
|
4
12,121%
|
0
|
0
|
6.
|
cooperatif team quiz
merupakan pembelajaran yang menyenangkan
|
31
93,939%
|
2
6,060%
|
||
7.
|
Penerapan Pembelajaran cooperatif team quiz pada
pelajaran seni budaya membuat materi menjadi lebih mudah diingat
|
29
87,878%
|
4
12,121%
|
||
8.
|
Pembelajaran cooperatif team quiz mengutamakan kerjasama maka
materi pembelajaran terasa menjadi lebih mudah difahami
|
27
81,181%
|
6
18,181%
|
||
9.
|
Dengan pembelajaran cooperatif team quiz terasa belajar lebih
menyenangkan sehingga materi pelajaran seni budaya tidak mudah lupa kembali
|
18
54,545%
|
14
42,424%
|
1
3,030%
|
|
10.
|
Dengan pembelajaran cooperatif team quiz ini saya lebih dapat
merasakan manfaat mempelajari materi seni budaya
|
21
63,636%
|
12
36,363%
|
Data yang diperoleh dari tabel
prosentase sikap dan minat siswa kemudian diolah menggunakan rumus:
Prosentase = Jumlah
Skor x 100 %
Jumlah
Skor keseluruhan
Berdasarkan pegolahan
angket yang sikap dan minat siswa terhadap pembelajaran cooperative
learning tipe team quiz pada materi mengapresiasi
karya seni rupa murni mancanegara maka dapat
dijelaskan setiap pernyataan pada skala sikap dan minat siswa adalah sebagai
berikut:
Pernyataan nomor satu: cooperatif team quiz merupakan
pembelajaran yang mendorong saya untuk mempersiapkan diri sebelumnya, 45,454% siswa menyatakan sangat setuju,
sebagian besar siswa yaitu 51,151% menyatakan setuju, dan sebagian kecil yaitu
3,030% menyatakan tidak setuju.
Pernyataan nomor dua: cooperatif
team quiz merupakan pembelajaran yang membuat saya terdorong untuk ingin
tahu lebih dalam, pada umumnya siswa menyatakan sangat setuju dengan prosentase
90,909%. Siswa yang menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut
terdiri dari 6,060% sedangkan sebagian
kecil yaitu 3,030% menyatakan tidak setuju.
Pernyataan nomor tiga: cooperatif team quiz
merupakan pembelajaran yang dapat memacu semangat belajar, seluruh siswa yaitu
100% siswa menyatakan sangat setuju. Pernyataan nomor empat: cooperatif
team quiz merupakan pembelajaran membantu saya dalam memahami materi
yang dibahas sebagian besar siswa yaitu 51,151% menyatakan sangat setuju dan 48,484%
menyatakan setuju.
Pernyataan nomor lima: cooperatif team quiz
merupakan pembelajaran yang membuat materi pembelajaran seni budaya menjadi
lebih menarik, pada umumnya siswa yaitu 87,878% menyatakan sangat setuju
dan 12,121% menyatakan setuju.
Pernyataan nomor enam: cooperatif team
quiz merupakan pembelajaran yang menyenangkan, pada umumnya siswa yaitu 93,939%
menyatakan sangat setuju dan sebagian
kecil yaitu 6,060% menyatakan setuju.
Pernyataan nomor tujuh: penerapan pembelajaran cooperatif
team quiz pada pelajaran seni budaya membuat materi menjadi
lebih mudah diingat, pada umumnya siswa yaitu 87,878% menyatakan sangat setuju. dan
sebagian kecil siswa yaitu 12,121% menyatakan setuju. Pernyataan nomor delapan:
pembelajaran cooperatif team quiz mengutamakan kerjasama maka
materi pembelajaran terasa menjadi lebih mudah difahami, umumnya menyatakan
sangat setuju yaitu 81,181% dan sebagian
kecil yaitu 18,181% menyatakan setuju.
Pernyataan nomor sembilan: dengan pembelajaran cooperatif
team quiz terasa belajar lebih menyenangkan sehingga materi
pelajaran seni budaya tidak mudah lupa kembali, sebagian besar yaitu 54,545%
menyatakan sangat setuju, dan hampir setengah dari jumlah siswa yaitu 42,424% menyatakan setuju dan sebagian kecil
yaitu 3,030% menyatakan tidak setuju. Pernyataan nomor sepuluh: dengan
pembelajaran cooperatif team quiz ini saya lebih dapat merasakan
manfaat mempelajari materi seni budaya, sebagian besar yaitu 63,636% menyatakan
sangat setuju dan hampir setengahnya dari jumlah siswa yaitu 36,363% menyatakan
setuju.
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa model
pembelajaran cooperative learning tipe team
quiz diminati oleh para siswa sehingga berpengruh
langsung terhadap hasil belajar siswa.
4.
Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang lengkap tentang respon
siswa terhadap pelaksanaan tindakan pembelajaran penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz pada materi mengapresiasi
karya seni rupa terapan daerah setempat di kelas VII E SMP N 2 Sukaratu.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara seperti dapat dilihat
pada lampiran 10.
Wawancara dilakukan terhadap 9 orang siswa, yang terdiri dari siswa yang memiliki capaian
hasil belajar kelas atas, capaian hasil belajar kelas bawah dan siswa yang
memiliki capaian hasil belajar kelas menengah.
Berdasarkan wawancara yang telah
dilakukan menyatakan sangat menyukai model pembelajaran
cooperative learning tipe team quiz, mereka berpendapat bahwa
pembelajaran cooperative learning
tipe team quiz tidak menjemukan serta
sangat menyenangkan. Mereka berpendapat pembelajaran cooperative learning tipe team
quiz membuat mereka lebih mudah memahami materi pembelajaran seni budaya khususnya
materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat. Mereka juga
berpendat bahwa pembelajaran cooperative
learning tipe team quiz merupakan
model pembelajaran yang sangat menggairahkan dan sangat menarik. Selanjutnya
menurut mereka pembelajara cooperative
learning tipe team quiz sangat
mengumatakan kerja sama antara anggota kelompok, sehingga berbagai kesulitan
dapat dipecahkan bersama-sama.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas: meningkatkan
hasil belajar siswa dalam mengapresiasi seni rupa murni mancanegara dengan
menerapkan model pembelajaran cooperative
learning tipe team quiz yang
dilaksanakan di kelas VII E, SMP N 2 Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya pada tahun
pelajaran 2015/2016 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Penerapan
model pembelajaran cooperative learning
tipe team quiz dalam mengapresiasi karya
seni rupa terapan daerah setempat di kelas VII E SMP Negeri 2 Sukaratu Kabupaten
Tasikmalaya cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
ditunjukkan dari hasil penelitian bahwa dilihat
dari penguasaan materi terlihat adanya peningkatan daya serap/ kriteria
ketuntasan minimal dibanding dengan sebelum dilakukannya tindakan. Bahkan
terlihat adanya peningkatan dari setiap siklus yang telah dilakukan. Pada saat
sebelum diadakannya tindakan ketuntasan belajar kelas hanya 36,36%. Sedangkan pada
tes yang dilakukan pada siklus I rata-rata daya serap kelas adalah 63,64%, siklus ke II rata-rata daya serap kelas 81,18,
dan siklus ke II rata-rata daya serap kelas 87,50.
2. Pada umumnya siswa merespon dengan baik penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz dalam mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat di kelas VII E SMP Negeri 2 Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini dibuktikan dari hasil pengamatan terhadap aktifitas siswa yang menunjukkan bahwa pembelajaran dapat dikategorikan aktif dengan skor rata-rata 3,4 pada siklus I, skor rata-rata 3,7 pada siklus II dan pada siklus III rata-rata 4,5. Aktivitas siswa pada siklus I, II dan III mencapai rata-rata 3,73.
2. Pada umumnya siswa merespon dengan baik penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz dalam mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat di kelas VII E SMP Negeri 2 Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini dibuktikan dari hasil pengamatan terhadap aktifitas siswa yang menunjukkan bahwa pembelajaran dapat dikategorikan aktif dengan skor rata-rata 3,4 pada siklus I, skor rata-rata 3,7 pada siklus II dan pada siklus III rata-rata 4,5. Aktivitas siswa pada siklus I, II dan III mencapai rata-rata 3,73.
3.
Berdasarkan pegolahan angket yang
sikap dan minat siswa terhadap pembelajaran cooperative learning tipe team
quiz pada materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat maka dapat dijelaskan setiap pernyataan pada skala sikap
dan minat siswa adalah sebagai berikut:
Pernyataan nomor satu: cooperatif team quiz merupakan
pembelajaran yang mendorong saya untuk mempersiapkan diri sebelumnya, 45,454% siswa menyatakan sangat setuju,
sebagian besar siswa yaitu 51,151% menyatakan setuju, dan sebagian kecil yaitu
3,030% menyatakan tidak setuju.
Pernyataan nomor dua: cooperatif
team quiz merupakan pembelajaran yang membuat saya terdorong untuk ingin
tahu lebih dalam, pada umumnya siswa menyatakan sangat setuju dengan prosentase
90,909%. Siswa yang menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut
terdiri dari 6,060% sedangkan sebagian
kecil yaitu 3,030% menyatakan tidak setuju.
Pernyataan nomor tiga: cooperatif team quiz
merupakan pembelajaran yang dapat memacu semangat belajar, seluruh siswa yaitu
100% siswa menyatakan sangat setuju. Pernyataan nomor empat: cooperatif
team quiz merupakan pembelajaran membantu saya dalam memahami materi
yang dibahas sebagian besar siswa yaitu 51,151% menyatakan sangat setuju dan 48,484%
menyatakan setuju.
Pernyataan nomor lima: cooperatif team quiz
merupakan pembelajaran yang membuat materi pembelajaran seni budaya menjadi
lebih menarik, pada umumnya siswa yaitu 87,878% menyatakan sangat setuju
dan 12,121% menyatakan setuju.
Pernyataan nomor enam: cooperatif team
quiz merupakan pembelajaran yang menyenangkan, pada umumnya siswa yaitu 93,939%
menyatakan sangat setuju dan sebagian kecil
yaitu 6,060% menyatakan setuju.
Pernyataan nomor tujuh: penerapan pembelajaran cooperatif
team quiz pada pelajaran seni budaya membuat materi menjadi
lebih mudah diingat, pada umumnya siswa yaitu 87,878% menyatakan sangat setuju. dan
sebagian kecil siswa yaitu 12,121% menyatakan setuju. Pernyataan nomor delapan:
pembelajaran cooperatif team quiz mengutamakan kerjasama maka
materi pembelajaran terasa menjadi lebih mudah difahami, umumnya menyatakan
sangat setuju yaitu 81,181% dan sebagian
kecil yaitu 18,181% menyatakan setuju.
Pernyataan nomor sembilan: dengan pembelajaran cooperatif
team quiz terasa belajar lebih menyenangkan sehingga materi
pelajaran seni budaya tidak mudah lupa kembali, sebagian besar yaitu 54,545%
menyatakan sangat setuju, dan hampir setengah dari jumlah siswa yaitu 42,424% menyatakan setuju dan sebagian kecil
yaitu 3,030% menyatakan tidak setuju. Pernyataan nomor sepuluh: dengan
pembelajaran cooperatif team quiz ini saya lebih dapat merasakan
manfaat mempelajari materi seni budaya, sebagian besar yaitu 63,636% menyatakan
sangat setuju dan hampir setengahnya dari jumlah siswa yaitu 36,363% menyatakan
setuju.
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa model
pembelajaran cooperative learning tipe team
quiz diminati oleh para siswa sehingga berpengruh
langsung terhadap hasil belajar siswa.
4.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan
menyatakan sangat menyukai model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz, mereka berpendapat bahwa
pembelajaran cooperative learning
tipe team quiz tidak menjemukan serta
sangat menyenangkan. Mereka berpendapat pembelajaran cooperative learning tipe team
quiz membuat mereka lebih mudah memahami materi pembelajaran seni budaya
khususnya materi mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara. Mereka juga
berpendat bahwa pembelajaran cooperative
learning tipe team quiz merupakan
model pembelajaran yang sangat menggairahkan dan sangat menarik. Selanjutnya
menurut mereka pembelajara cooperative
learning tipe team quiz sangat
mengumatakan kerja sama antara anggota kelompok, sehingga berbagai kesulitan
dapat dipecahkan bersama-sama.
5.1. Saran
Berdasar kesimpulan hasil penelitian di
atas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
1.
Cooperative learning tipe team
quiz merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pilihan untuk
meningkatkan kerjasama yang positif antar sesama siswa, sehingga tercapai hasil
belajar siswa.
2.
Cooperative learning tipe team
quiz merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai salah satu
pilihan utama untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitsa belajar siswa pada pembelajaran Seni Budaya.
3.
Penelitian
tindakan kelas tentang model pembelajaran Cooperative
learning tipe team quiz diharapkan
dapat dikembangkan lebih lanjut oleh guru untuk menyempurnakan penerapan model
pembelajaran ini sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang lebih
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sopyan dan Iip Khoiru Ahmadi (2010). Konstruksi Pengembngan pembelajaran
Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Problematika Kurikulum. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. (1999). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2007). Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
|
Asrori, Muhammad. (2007). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
|
Darmadi, Hamid. (2009). Kemampuan Dasar
Mengajar Landasan Konsep Dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Isjoni. (2010). Cooperatif Learning. Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:
Alfabeta.
Pribadi, Benny. (2009). Model Disain Sistem Pembelajaran
.Jakarta: Dian Rakyat.
Priyati S., Yati dan
Nandang S. (2003). Panduan Menguasai
Kerajinan Tangan. Kesenian 2 Untuk SLTP Kelas I Semester 1 dan 2.
Bandung: Ganeca Exact.
Rahman.(2012). Model Mengajar dan Bahan
Pembelajaran. Bandung: Alqa Prin Jatinangor.
|
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suhardjono. (2012). Pertanyaan dan jawaban Sekitar Penelitian tindakan kelas dan
Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Cakrawala Indonesia LP 3 Universitas Negeri
Malang.
Sugianto. (2005). Kesenian Untuk SMP Kelas I. Bandung:
Erlangga.
Sugiyanto. (2010). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sujana, Nana.(2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Supardi dan Suhardjono. (2011). Strategi menysun Penelitaian Tindakan
Kelas. Yogyakarta: Andi Offset.
Suparman, Atwi. (1997). Model- Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: Sekolah tinggi
Ilmu Administrasi Lembaga administrasi Negara (STIA LAN).
|
0 comments: