PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN HYPNO TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM MATERI MENGGAMBAR FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN HYPNO TEACHING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
DALAM MATERI MENGGAMBAR FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA
 DI KELAS DI KELAS VII D SMP N 2 SUKARATU
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018

PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat usulan
Kenaikan Pangkat pada Jabatan Fungsional Guru
dari golongan/ pangkat IV/a ke golongan/ pangkat IV/b



Oleh:
Dadang Hudan Dardiri, S.Pd.,M.Pd.
NIP.19720322200501 1 004
NIP








SMP NEGERI 2 SUKARATU
KABUPATEN TASIKMALAYA
JAWA BARAT
2017





BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran seni budaya yang diberikan pada jenjang sekolah menengah pertama terdiri dari submata pelajaran: seni rupa, seni musik, seni tari dan seni teater. Meskipun masing-masing submata pelajaran tersebut memiliki spesifikasi materi yang berbeda tetapi secara konseptual seni tersebut dikaitkan dengan aspek budaya. Aspek budaya tersebut terdiri dari budaya daerah, budaya Nusantara dan budaya mancanegara. Oleh karena itu, mata pelajaran seni budaya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.
Penerapan model, metode dan pendekatan dalam panduan kurikulum 2013 sangat menekan pada penggalian kemampuan peserta didik. Tetapi kenyataan yang dialami dalam proses pelaksanaan pembelajaran seni budaya saat ini belum mampu menggali semangat dan gairah para peserta didik.
Pemelihan kembali metode, model, teknik pembelajaran yang tepat bagi optimalisasi proses pelaksanaan pembelajaran bukan hal tabu untuk dilaksanakan dalam kurikulum 2013. Pada kenyataannya kurikulum 2013 sama sekali tidak mempersempit ruang gerak guru untuk menuangkan kreativitasnya. Seperti tercantum dalam subtansi perbaikan kurikulum 2013 (tercantum dalam Panduan Materi Bimtek Instruktur Kabupaten/ Kota Kurikulum 2013 Jenjang SMP, Kuningan,Jawa Barat, 10-14 April 2017) beberapa perbaikan tersebut diantaranya:
  1. 5M bukan satu-satunya pendekatan  dalam pembelajaran dan bukan merupakan urutan prosedur, dan tidak dicantumkan secara eksplisit dalam silabus dan buku pelajaran
  2. Pemberian ruang kreatifitas kepada guru selama mengimplementasikan Kurikulum
Proses pembelajaran seni budaya yang selama ini berlangsung belum mampu menggali motivasi dan semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di sekolah.  Proses pembelajaran seni budaya yang berlangsung seperti inilah yang berakibat langsung terhadap capaian hasil belajar peserta didik. Peneliti secara khusus menyoroti pembelajaran seni budaya dengan pokok bahasan Menggambar Flora, Fauna Dan Alam Benda di kelas VII pada satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Fakta berupa data yang diperoleh penulis dalam pokok bahasan menunjukkan bahwa capaian hasil belajar peserta didik dalam pokok bahasan Menggambar Flora, Fauna Dan Alam Benda dapat diamati pada tabel 1.1. seperti berikut ini:
Tabel 1.1
Prosentase Daya Serap Hasil Belajar Seni Budaya 
SMP N 2 Sukaratu Tahun Pelajaran 2017/2018

Kelas
SKOR RATA-RATA

KKM
VII -A
VII-B
VII -C
VII-D
VII-E
VII-F
74
77
75
72
75
74


80

Rata-rata
74,5


Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pencapaian daya serap hasil belajar di kelas VII D memiliki prosentase paling rendah jika dibanding dengan kelas lainnya.
Rendahnya pencapaian hasil belajar peserta didik ternyata terkendala oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah belum efektifnya proses pembelajaran yang selama ini berlangsung, belum kondusifnya suasana belajar, belum tergalinya potensi dan kegairan siswa dalam belajar. Kondisi tersebut menuntut guru yang bertindak sebagai peneliti untuk melakukan berbagai langkah dan mencari solusi atau penyelesaianya masalah serta tindakan sehingga masalah yang muncul segera teratasi. Pemilihan model pembelajaran dalam tindakan proses pembelajaran merupakan pertimbangan yang cukup realistis  untuk segera dilakukan dalam proses pembelajaran seni budaya. Menurut Joyce & Weil (1980) yang disitir Rahman (2012:13) mendefiniskan model pembelajaran (model of teaching) adalah suatu perencanaan yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya.
Udin  Winataputra  (1994:34) melalui PPPPTK Seni Budaya (2015:17) menjelaskan  bahwa  model  pembelajaran  sebagai  berikut:  model pembelajaran  adalah  kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang  sistematik  dalam  mengorganisasikan  pengalaman  belajar  untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang  pengajaran  dan  para  penatar  dalam  merencanakan  dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.
Peneliti mengambil langkah untuk segera menentukan model pembelajaran untuk menjawab permasalahan tersebut,  adapun model yang ditetapkan oleh peneliti adalah model pembelajaran hypnoteaching. Secara harfiah hypnoteaching berasal dari kata hypno (hipnotis) dan teaching (mengajar). Dari sini, kemudian Hajar (http://ayis77. blogdetik. com/ 2012/ 07/ 01/ hypnoteaching- penerapan- hipnotis- dalam- proses- pembelajaran/) mengartikan hypnoteaching sebagai seni berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih cerdas. Dengan sugesti yang diberikan ini, diharapkan siswa sadar bahwa sesungguhnya mereka memiliki potensi luar biasa yang selama ini belum pernah mereka optimalkan dalam pembelajaran. Noer (http://ayis77. blogdetik. com/ 2012/ 07/ 01/ hypnoteaching- penerapan- hipnotis- dalam- proses- pembelajaran/ ) medefinisikan hypnoteaching sebagai perpaduan dari konsep aktivitas belajar mengajar dengan ilmu hipnotis.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis menentukan judul penelitian tindakan kelas yaitu: “Penerapan Model Pembelajaran Hypno Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik dalam Materi Menggambar Flora, Fauna dan Alam Benda di Kelas Di Kelas Vii D SMP N 2 Sukaratu Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2017/2018.”

B.    Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.     apakah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar di kelas VII D SMP Negeri 2 Sukaratu?;
2.     apakah penerapan model pembelajaran Hypno Teaching dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa SMP Negeri 2 Sukaratu dalam?; dan
3.     apakah model pembelajaran Hypno Teaching yang diterapkan oleh guru berpengaruh pada hasil belajar siswa?
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, penulis membatasi masalah sebagai berikut:
1.     pendekatan pembelajaran yang akan digunakan adalah penerapan model pembelajaran Hypno Teaching;
2.     subjek penelitian adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 2 Sukaratu Semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018;
3.     materi pelajaran yang dijadikan bahan penelitian adalah Menggambar Flora, Fauna dan Alam Benda;
C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini antara lain:
1.     Apakah penerapan model pembelajaran Hypno Teaching dalam materi menggambar flora, fauna dan alam benda dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam di  kelas VII D SMP N 2 Sukaratu?
2.     Apakah penerapan model pembelajaran Hypno Teaching dalam materi menggambar flora, fauna dan alam benda  meningkatkan aktivitas peserta didik di kelas VII D SMP N 2 Sukaratu?
3.     Bagaimana respon peserta didik kelas VII D SMP N 2 Sukaratu terhadap  penerapan model pembelajaran Hypno Teaching dalam materi menggambar flora, fauna dan alam benda?
D.    Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk:
1.   Mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dalam materi menggambar flora, fauna dan alam benda dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz.
2.   Mengetahui respon peserta didik terhadap pembelajaran seni budaya dalam materi menggambar flora, fauna, dan alam benda dengan menerapka model pembelajran hypnoteaching.
E.    Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi peserta didik, guru dan sekolah.
1.   Peserta didik:
a.   memiliki motivasi belajar seni budaya, dapat berperan aktif dalam pembelajaran dan dapat terlibat secara penuh baik fisik maupun  mental dalam pembelajaran seni budaya; dan
b.   meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi menggambar flora, fauna dan alam benda.
2.   Bagi Guru:
                 a.    dapat mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran hypnoteaching dalam pembelajaran seni budaya; dan
                 b.     dapat mempertimbangkan penerapan model pembelajaran hypnoteaching untuk ditingkatkan dalam penelitian serupa pada materi yang berbeda.
3.   Bagi Sekolah:
a.   tumbuhnya budaya  akademis  di  sekolah  melalui  hasil   penelitian, kajian dan evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran;
b.   tumbuhnya partisipasi, motivasi dan peran aktif peserta didik dalam kegiatan  pembelajaran seni budaya, hal ini tentu berimplikasi pada semakin efektifnya proses pembelajaran di sekolah; dan
c.   penelitian, kajian dan evaluasi yang dilakukan oleh guru yang  apabila dilakukan secara terus menerus, maka akan membawa pengaruh positif dalam penciptaan kualitas pembelajaran seni budaya maupun pada mata pelajaran yang lainnya.



BAB II

 TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS


A.     Uraian Tentang Masalah
Berdasarkan data awal pengamatan pra tindakan atau pada saat sebelum dilakukannya tindakan pembelajaran, guru sebagai peneliti menemukan permasalahan bahwa hasil belajar siswa dalam materi mengapresiasi karya seni rupa Terapan Daerah Setempatrendah. Berdasar temuan dan fakta tersebut, guru melaksanakan pembelajaran seni budaya dalam pokok bahasan mengapresiasi karya seni rupa Terapan Daerah Setempatdengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam belajar seni budaya.
Penulis menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz supaya proses pembelajaran dan hasil belajar tercapai sesuai harapan. Siswa mempunyai hak untuk mendapatkan metode pengajaran yang baik dengan materi yang baik. Guru harus mampu mencari sisi lemah yang dimiliki dalam proses pembelajaran di kelas. Selanjutnya menurut Suyanto (Sukidin, 2008:94), guru harus mampu merefleksi, merenung, dan berfikir balik terhadap apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi- sisi lemah yang mungkin ada.

Darmadi, Hamid (2009: 43) mengatakan bahwa pendidik dapat memilih metode yang paling tepat untuk digunakan. Dalam pemilihan metode tersebut banyak yang harus dipertimbangkan, antara lain:
1.   Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang tingkat kecerdasan, kematangan, perbedaan individu dan sebagainya.
2.   Tujuan yang hendak dicapai.
3.   Situasi yang menyangkut hal yang umum seperti situasi kelas, situasi lingkungan dan lain sebagainya.
4.   Alat-alat yang tersedia.
5.   Kemampuan pengajar.
6.   Sifat dalam pelajaran.

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz dalam materi mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegra merupakan langkah yang tepat agar peserta didik mampu memaksimalkan dan memberdayakan kemampuannya yang mereka miliki sehingga tercapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapakan.
B.    Uraian Tentang Metodologi Uraian Masalah
          a.    Pengertian Hasil Belajar
1.    Pengertian Belajar
 Belajar  merupakan aspek penting dalam meningkatkan kemampuan atau kompetensi personal berupa kompetensi dan pengetahuan yang diperlukan, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Pribadi, Benny (2009:6):
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi personal.

Belajar menurut Gagne dapat diartikan sebagai A natural process that leads to changes in what we know, what we can do, and how we behave” (Pribadi, Benny, 2009:6).
Menurut Slameto (2003: 2) “ belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Bruner dalam Slameto (2002: 11), “belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang, tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah”.
Selanjunya menurut Snelbecker (Pribadi Benny, 2009:7) yang menyoroti belajar dari sudut pandang pendidikan, menyatakan bahwa:
 belajar terjadi apabila terdapat perubahan dalam kesiapan (readiness) pada diri seseorang dalam berhubungan dengan lingkungannya. Setelah melakukan proses belajar, biasanya seseorang akan menjadi lebih baik (sensitive) terhadap obyek, makna, dan peristiwa yang dialami. Melalui belajar seseorang akan menjadi lebih responsif dalam melakukan tindakan.

2.    Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah sebuah proses pendidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang untuk mempermudah belajar. Belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi  dengan lingkungan sosial maupun fisik. Menurut Asrori (2007: 1):
pemahaman yang memadai terhadap perkembangan subyek didik sangat penting bagi guru agar dapat menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik. Sebab proses pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor yang harus dirancang dengan baik sehingga faktor-faktor tersebut membangun suatu harmoni dalam sistem pembelajaran.

Proses pembelajaran juga harus ditunjang oleh kemampuan guru dengan membuat berbagai macam improvisasi sehingga tercipta proses pembelajaran yang menyenangkan, hal tersebut juga ditegaskan kembali oleh Asrori (2007: 1) bahwa:
 proses pembelajaran harus mampu memadukan faktor-faktor dasar disertai kemampuan guru untuk melakukan improvisasi dan berbagai ‘behavior repertoire’ sehingga tercipta proses pembelajaran yang menyenangkan, membuat subyek didiknya betah dan mampu mengekspresikan potensinya serta akhirnya berhasil mengantarkannya mencapai tujuan yang diidamkan.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses pembelajaran. Gagne dalam Pribadi, Benny (2009: 9) mendefinisikan istilah pembelajaran adalah sebagai a set of events embendded in purposeful activities that facilitate learning. Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar.
Lebih lanjut definisi lain tentang pembelajaran dikemukakan Smith dan Ragan (Pribadi, Benny, 2009:9) yang mengemukakan bahwa pembelajaran adalah pengembangan dan penyampaian informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi pencapai tujuan yang spesifik . Menurut Suparman, Atwi (1997:11) proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses baik mental maupun fisik.
3.    Pengertian Hasil Belajar
“Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman belajar (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar” (Sudjana, Nana, 2005:5). Proses belajar mengajar dilakukan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu, untuk melihat sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai atau telah dikuasai oleh siswa dapat dilihat dalam bentuk hasil belajar.
Dalam hal ini, Bloom (Tohir,M, 2009: 3) mengemukakan klasifikasi hasil belajar yang terdiri dari tiga ranah.
1.     Ranah kognitif, yang meliputi fungsi memproses informasi, pengatahuan dan keahlian mentalis. Dimensio proses kognitif merupakan hasil revisi dari taksonomi Bloom ranah kognitif. Anderson mengklasifikasikan proses kognitif menjadi enam kategori, yaitu ingatan (remember), pemahaman (komprehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), evaluasi (evaluate) dan kreativitas (creat). Dimensi diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu pengethuan faktual (factual knowledge), pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge). Dalam revisi teori taksonomi Bloom terdiri dari sub kategori yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi dengan dengan kategori tersebut, diantaranya adalah:
a)      mengingat (remember): mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, mengulangi, menemukan kembali;
b)      memahami (komprehension): menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, membeberkan;
c)      menerapkan (aplication): melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi;
d)      menganalisis (analysis): menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan,  membandingkan;
e)      mengevaluasi (analysis): menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan; dan
f)       berkreasi (creat): merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, mengubah.
2.   Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan. Ranah afektif meliputi:
a)      penerimaan (receiving/ attending): kesediaan untuk menyadari adanya suatu penomena lingkungan;
b)      tanggapan (responding):  memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada lingkungannya;
c)      penghargaan (valuing): berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku;
d)      pengorganisasian (organization): memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk siatu sistem nilai yang konsisten; dan
e)      karakter berdasarkan nilai-nilai (characteerization by a value or complex): memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah laku sehingga menjadi karakteristik gaya hidup.
3.   Ranah psikomotor berkaiatan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik. Ada lima aspek ranah psikomotorik, yakni:
a)   peniruan: terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tak sempurna;
b)  manipulasi: menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui pelatihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja;
c)   ketetapan: memerlukan kecermatan, proposisi, dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalan dibatasi samapi pada tingkat minimum;
d)  artikulasi: menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsisten internal diantara gerakan-gerakan yang berbeda; dan
e)   pengalamiahan: manuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis.

Dari beberapa pendapat hasil belajar di atas didapat kesimpulan bahwa hasil akhir belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik yang mungkin dapat disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat kognitif, afektif, maupun psikomotor.
4.   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Untuk memahami kegiatan yang disebut belajar, perlu dilakukan analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat di dalam kegiatan belajar itu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Syah, Muhibbin (2009: 144) dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
1.       Faktor dari dalam siswa (faktor internal), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
2.       Faktor dari luar siswa (faktor eksternal), yakni kondisi lingkungan sekitar siswa.
3.       Faktor pendekatan belajar (aproach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Senada dengan itu Sudjana, Nana (2004: 39) menyatakan bahwa “hasil belajar yang dicapai dipengruhi oleh dua faktor yang datang dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan”.
Caroll (Sudjana, Nana, 2004:40) berpendapat bahwa “hasil belajar yang  dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni 1)  bakat belajar, 2)  waktu yang tersedia untuk belajar, 3)  waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, 4) kualitas pengajaran, dan 5) kemampuan individu”.
Secara sederhana, faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis dan aspek psikologis. Seperti halnya faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Karena faktor-faktor tersebut maka muncullah siswa yang berprestasi tinggi (High-Achiever) dan siswa berprestasi rendah (Under-Achiever).
   b.       Model Pembelajaran  Kooperatif
1.   Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Menurut Sugiyanto (2010: 38) “pembelajaran koopreatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.
Menurut Slavin (Isjoni, 2010:15) mengemukakan: “In cooperative learning methodes, students work together in four member team to master material initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatiof adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Anita lie (Isjoni, 2010) menyebutkan cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Selanjutnya menurut Johnson (Amri, Sofan dan Iip Khoeru Akhmadi, 2010: 90), “sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur.  Yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal dan keahlian bekerja sama”.
Djahiri (Isjoni, 2010:19) menyatakan bahwa:
Cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkanya pendekatan belajar yang siswa sentrisd, humanistik, dan demokratis yang disesuai dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Dengan demikian, maka pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan siswa dan kehidupan siswa baik di kelas atau sekolah. Lingkungan belajar juga membina dan meningkatkan serta mengembangkan potensi diri siswa sekaligus memberikan pelatihan hidup senyatanya. Jadi cooperative learning dapat dirumuskan sebagi kegiatan pembelajaran kelompok terarah, terpadu, efektif- efisisen, ke arah mencari atau mengkaji sesuatu melaui proses kerjasama dan saling membantu (sharing) sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif (survive).

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Lie (Sugiyanto, 2010: 40), “elemen-elemen pembelajaran kooperatif adalah (1) Saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) ketrampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau ketrampilan sosial yang sengaja diajarkan. Selanjutnya Lie (Sugiyanto, 2010: 40-42) merinci masing-masing elemen tersebut adalah sebagai berikut:
a)      Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan susasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang diamaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui; (1) saling ketergantungan menyelesaikan tugas, (2) saling ketergantungan bahan atau sumber, (3) saling ketergantungan peran, (4) saling ketergantungan hadiah.
b)   Interaksi tatap muka
Interaksi tatp muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. Ini juga mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya.
c)      Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelomok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelomook yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini dimaksudkan dengan akuntabilitas individual.
d)      Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi
Ketrampilan soaial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga sesama siswa.

Menurut Sugianto (2010: 43) ada banyak nilai pembelajaran kooperatif diantaranya:
a)   meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social
b)  memungkin para saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan
c)   memudahkan siswa melakukan penyesuaian social
d)  memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen
e)    menghilangkan sikap mementingkan diri sendiri atau egois
f)   membangun persahabatan yang berlanjut hingga masa dewasa
g)  berbagai ketrampilan sosial diperlukan unutk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan
h)  meningkatkan saling percaya kepada sesama manusia
i)    meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif
j)    meningkatakan kesediaan menggunakan ide oarang lain yang dirasakan lebih baik
k)  meningkatkan kegemaran bertemen tanpa memandang perbedaan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial. Agama dan orientasi tugas

2.     Model Pembelajaran  Kooperatif (cooperative learning) Tipe Team Quiz
Menurut Sugianto (2010: 58) model coopertive learning tipe team quiz (TQ) adalah teknik pembelajaran dengan memainkan topik-topik yang diajarkan kepada siswa yang dibagi dalam beberapa kelompok.
Selanjutnya Sugianto (2010: 58-60) merinci mengenai langkah-langkah model coopertive learning tipe teknik team quiz (TQ) yang terdiri dari:
1.    Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.
2.   Bagilah siswa dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu A,B, dan C.
3.   Sampaikan kepada siswa format penyampaian pelajaran kemudian mulai menyampaikan materi. Batasi penyampaian maksimal 10 menit.
4.   Setelah menyampaikan materi mintalah kelompok A menyiapkan pertanya-pertanyan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Kelompok B dan C mengunakan waktu ini untuk melihat catatan mereka.
5.   Mintalah kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kelompok B. jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C.
6.   Kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B.
7.   Jika pertanyaan jawaban selesai, lanjutkan pelajaran kedua dan tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A.
8.   Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan penyampaian materi pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C sebagai kelompok penanya.
9.   Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jawab sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru.

c.       Deskripsi Materi Mengapresiasi Karya seni Rupa Terapan Daerah Setempat
1.       Pengertian  Seni
Istilah seni sudah  tak asing lagi bagi masyarakat luas, tetapi apa pengertian sesungguhnya mengenai seni? Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian seni, diantaranya:
a.       Pengertian seni menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), seni mempunya pengertian: (1) halus, kecil dan halus, tipis dan halus, lembut dan enak didengar; (2) keahlian membuat karya yang bermutu; (3) kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi (luar biasa); (4) orang yang berkesanggupan luar biasa.
b.      Plato (seorang ahli filsafat seni atau ahli estetika), seni adalah peniruan terhadap alam, sehingga karya seni merupakan tiruan dari bentuk alam seperti manusia, binatang dan tumbuhan.
c.       Aristhotheles yang dikenal sebagai muridnya Plato, menyatakan bahwa seni adalah bentuk peniruan terhadap alam tetapi harus dibuat dengan serba ideal, dan serba baik.
d.      Suzzane K. langer, kesenian adalah pencipataan wujud-wujud yang merupakan simbol dari perasaan manusia.
e.       Akhdiat Karta Miharja, seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksikan realitas (mencerminkan kenyataan) dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohani penerimanya.
f.        Seni menurut Ki Hajar Dewantara, adalah perbuatan manusia yang timbul dari perasaannya yang bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia.
2.      Cabang-Cabang Seni
Seni terdiri dari beberapa cabang, diantaranya terdiri dari seni rupa, seni musik, seni tari, seni sastra dan seni teater (drama).
a.       Seni rupa, adalah seni yang muncul karena adanya rupa dan wujud. Seni rupa atau dikenal juga sebagai vusual art, menurut Eugene Jhonson adalah karya seni yang salurannya ke indera penglihatan. Jadi seni rupa diartikan segala bentuk curahan batin dan pengalaman keindahan melalui media garis, warna, bidang, bentuk, teksture, volume dan gelap terang.
b.      Seni musik adalah karya seni yang merupakan ungkapan atau perasaan  yang bersifat estitis melalui media suara atau bunyi  (manusia atau alat) yang disusun dengan prinsip-prinsip tertentu.
c.       Seni tari adalah ungkapan gagasan atau ide yang merupakan perasaan estetis yang diwujudkan melaui media gerak tubuh manusia yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu.
d.      Seni sastra, adalah ungkapan ide atau gagasan dan  perasaan estetis atau perasaan keindahan yang diungkapkan melaui media bahasa.
e.       seni teater atau seni drama adalah ungkapan perasaan estetis atau perasaan keindahan  yang diungkapkan melulai media bahasa dan gerak.
3.       Fungsi dan Kegunaan Seni Rupa Terapan Daerah Setempat
a.   Seni Rupa Terapan Dan kebutuhan Pokok
1)   Seni Rupa Terapan Sebagai Perlengkapan Rumah tangga
Untuk memenuhi kebutuhan pokok berupa kebutuhan rumah tangga,mengolah makanan, menyajikan makanan, serta kegiatan lainnya sekalipun kegiatan istirahat seperti duduk, dan tidur manusia memerlukan peralatan.
Jenis karya seni rupa terapan sebagai perlengkapan rumah tangga adalah karya seni rupa terapan yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah tangga.
Karya seni rupa terapan daerah Jawa Barat yang difungsikan sebagai perlengkapan rumah tangga diantaranya dibuat dengan beragam teknik, serta bahan yang digunakan. Karya seni rupa terapan tersebut diantaranya:
(a)     Berbagai perlengkapan rumah tangga berbahan bambu, dengan teknik anyam yang tumbuh subur di wilayah Rajapolah dan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya.
(b)     Kerajin keramik dan tembikar untuk memnuhi kebutuhan rumah tangga yang berasal dari Plered Purwakarta.
(c)     Kerajinan golok atau bedog galonggong yang berasal dari Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.
(d)    Benda-benda meubeler berbahan kayu dari wilayah Gobras Kota tasikmalaya.
2)  Seni Rupa Terapan sebagai Benda Sandang
Yang tergolong benda sandang adalah berbagai jenis pakaian, tutup kepala dan alas kaki. Pakaian dibuat untuk melindingi kita dari cuaca panas atau dingin serta sebagai penutup aurat. Tutup kepala dibuat untuk menutupi kepala dari sengatan matahari dan hujan, sedangkan alas kaki bertujuan melindungi kaki dari duri yang dapat melukai kaki serta dari kotoran debu dan tanah. Lebih dari itu semua benda-benda tersebut bukan hanya dibuat untuk memenuhi fungsi dan kegunaannya tetapi haus terlihat indah dan serasi.
Contoh karya seni rupa terapan yang berfungsi sebagai benda-benda sandang dari daerah Jawa Barat diantaranya, berbagai busana muslim dengan teknik border dari daerah Kawalu Kota Tasikmalaya dan Wilayah Kabupaten Tasikmalaya bagian selatan, alas kaki berupa kelom geulis dari Gobras Kota Tasikmalaya, Payung Geulis dari Panyingkiran Kota Tasikmalaya, batik garutan dari Kabupaten Garut, Batik Trusmi dan batik motif Mega mendung dari Cirebon, batik Sukapura dari Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya.
3)  Perlangkapan Rumah Tinggal dan Bangunan
Kebutuhan akan tempat berteduh dan tempat berkumpul seluruh keluarga berupa rumah tinggal serta melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial dan keagaman merupakan salah satu karya seni rupa terapan. Jawa Barat memiliki ciri khas karya bangunan tradisional  maupun bangunan yang bersifat modern.
  Bangunan tradisional dari wilayah Jawa Barat diantaranya rumah tinggal khas Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya, bangunan Tradisional Keraton Kanoman Cirebon, gedung sate, Istana Bogor, observatorium Boscha, gedung Asia-Afrika.
b.   Seni Rupa Terapan Dan Kebutuhan Sosial
1)  Fungsi Upacara Ritual dan Keagamaan
Fungsi seni rupa trepan dibuat bukan hanya dibuat untuk memenuhi kebutuhan fisik saja melainkan dibuat juga untuk memenuhi kebutuhan ruhaniah. Karya seni rupa terapan yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan ruhaniah diantaranya alat-alat keperluan ritual keagamaan serta bangunan-bangunan peribadatan.
2)  Seni Rupa Terapan Sebagai Alat Promosi dan Publikasi
Karya seni rupa terapan yang dapat digolongkan sebagai sebagai alat publikasi dan promosi adalah berupa berbagai jenis karya gambar reklame atau karya desain komunikasi visual (desain periklanan).
Karya seni rupa rupa terapan yang dapat dapat digolongkan sebagai karya gambar reklame dan desain komunikasi visual diantaranya adalah karya foster, spanduk, poster, baligo, iklan di media cetak dan media televisi, dan desain kemasan produk.
4.       Unsur-Unsur Seni Rupa Terapan Daerah Setempat
Segala benda terdiri dari unsur-unsur yang menyebabkan benda tersebut terbentuk dan terwujud, begitu pula dengan karya seni rupa, karya seni rupa terdiri dari unsur-unsur yang menyebabkan karya tersebut terwujud. Unsur-unsur seni rupa terdiri dari: titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekture dan gelap terang.
a.                Titik
Titik merupakan unsur seni rupa yang paling sederhana. Titik sebagai awal terbentuknya garis, bahkan titik juga dapat menjadi awal terbentuknya sebuah bidang. Lukisan dan gambar yang memanfatkan titik sebagai unsur utama didalam ungkapan karyanya dikenal dengan teknik pointilis. Seniman atau pelukis yang memilih teknik pointilis ini diantaranya adalah George Seurat yaitu seorang pelukis Prancis, dan pelukis Widayat dari Indonesia. 
b.       Garis
Garis dapat terbentuk dari susunan atau rangkaian titik yang terjalin memanjang menjadi satu. Garis juga dapat manjadi awal tebentuknya sebuah bidang. Kehadiran garis sangat penting dalam prose berkarya seni rupa, garis merupakan alat untuk mengekspresikan perasaan. Garis-garis terdiri dari berbagai macam jenis yaitu garis lurus, garis lengkung, garis patah-patah, dan garis spiral atau garis pilin. Pelukis Vincent Van Gogh (Belanda) dan pelukis dari Indonesia Affandi, memberikan perhatian khusus terhadap unsur garis ini dalam setiap penampilan karya mereka.
c.                Bidang
Bidang yaitu kesan bentuk suatu benda yang dibatasi oleh garis-garis. Bidang juga merupakan unsur seni rupa yang terbentuk oleh adanya pertemuan dari beberapa garis. Jenis bidang dapat dibedakan menajadi dua yaitu bidang geometris dan bidang nongeometris.
Bidang geometris adalah bidang beraturan, diantaranya lingkaran, segi empat, segi tiga, belah ketupat dan trapezium. Sedangkan bidang nongeometris adalah bidang-bidang yang beratuaran. Bidang nongeometris adalah bidang yang tidak beraturan.
d.       Bentuk
Bentuk adalah unsur seni rupa yang terbetuk karena ruang atau volume. Macam-macam bentuk terdiri dari bentuk geometris dan bentuk nongeometris. Bentuk geometris adalah bentuk-bentuk yang beraturan seperti kubus, tabing bola, prisma dan limas. Sedangkan bentuk non geometris adalah bentuk-bentuk yang tak beraturan.
e.       Warna
Warna adalah spectrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan oleh panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh cahaya warna biru memiliki gelombang 460 nano meter. Panjang gelombang yang masih bisa ditanggkap mata manusia berkisar antara 380-780 nano meter,. Dalam peralatan optis, warna bisa pula bisa pula interpretasi otak terhadap campuran tiga warna primer cahaya merah, hijau, biru yang digabungkan dalam komposisi tertentu.
Dalam seni rupa warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Jadi dapat disimpulkan bahwa warna merupakan unsur rupa yang terbuat dari pigmen (zat warna). Menurut Brewster warna dapat dikelompokkan menjadi warna primer atau warna pokok (primary color), warna skunder atau warna kedua (schudairy color), dan warna tersier atau warna ketiga (tertiary color).
1)  Warna Primer atau Warna Pokok (Primary Color)
Kelompok warna primer atau sering juga disebut warna pokok adalah warna yang tidak dihasilkan dari pencampuran warna apapun. Kelompok warna primer terdiri dari tiga warna yaitu warna merah (magenta), warna kuning (yellow) dan warna biru (cyan).
1)  Warna skunder atau Warna Kedua (Shudairy Color)
Warna skunder atau disebut juga warna kedua adalah kelompok warna yang dihasilkan dari pencampuran dua warna primer (warna pokok). Warna skunder terdiri dari jingga (orange) yaitu warna hasil pencampuran dari warna kuning dan merah, warna hijau yaitu warna hasil pencampuran dari warna biru dan kuning, serta warna ungu atau lembayung (violet) merupakan warna hasil pencampuran dari merah dan biru.
f.                Teksture
Tekstur merupakan nilai raba permukaan suatu benda, apakah permukaan benda tersebut halus atau kasar. Tekstur terdiri dari tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata adalah tekstur yang keadaan permukaannya sama seperti yang kita lihat. Salah satu contoh tekstur nyata adalah apabila suatu permukaan suatu benda terlihat kasar, maka pada saat kita raba ternyata keadaannya memang betul-betul kasar. Sedangkan tekstur semu adalah keadaan sebenarnya suatu benda tidak sperti yang kita lihat. Contoh tekstur semu apabila permukaan suatu benda terlihat seolah-olah bergelompong, tetapi pada kenyataan sebenarnya pada saat kita raba justru halus.
g.                Gelap terang
Gelap terang ini erat hubunyanya dengan cahaya. Cahaya yang jatuh pada suatu benda dan mengakibatkan kesan gelap terang. Terang menandakan adanya cahaya dan sebaliknya gelap menandakan tidak adanya cahaya. Dalam seni rupa dua dimensi unsur gelap terang dihadirkan dengan permainan warna. Sedangkan dalam seni rupa tiga dimensi unsur gelap terang ditentukan oleh perbedaan ruang-ruang dan volume.
E.    Kerangka Berfikir
Pembelajaran adalah sebuah proses pendidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang untuk mempermudah belajar. Belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik.
Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan para pembelajar aktif melibatakan diri dalam keseluruhan proses baik mental maupun fisik. Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz  dalam pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa Terapan Daerah Setempatmerupakan cara yang paling tepat supaya dicapai hasil belajar siswa secara maksimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka diduga bahwa penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara.
D.    Hipotesis Penelitian

Berdasar kerangka berfikir yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti dapat menuliskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
  1. Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mengapresiasi karya seni rupa Terapan Daerah Setempat di kelas VII E SMP Negeri 2 Sukaratu.
  2. Penerapan model pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz dapat meningkatkan aktivitas belajar seni budaya  siswa pada materi mengapresiasi karya seni rupa Terapan Daerah Setempat di kelas VII E SMP Negeri 2 Sukaratu.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Seting Penelitian
1.     Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Sukaratu, terletak di jalan Sukamanah, Desa Gunungsari, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Pronfinsi Jawa Barat.
2.     Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini memilih subjek siswa kelas VII E  SMP Negeri 2 Sukaratu. Jumlah subjek penelitian adalah sebanyak 33 orang siswa dengan rincian 16 orang laki-laki dan 17 orang terdiri dari perempuan. Ditinjau dari latar belakang sosial ekonomi keluarga mereka sebagai besar dari keluarga petani sehingga sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga dari golongan menengah ke bawah.
3.     Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran 2015/ 2016, semester ganjil, yang dimulai pada tanggal 11 Agustus 2015 sampai dengan tanggal 22 Oktober 2015. Penelitian ini terbagi menjadi 3 siklus, setiap siklus direncanakan 2 pertemuan.
4.     Personil Penelitian
Penelitian dilaksanakan oleh satu orang peneliti yang bertindak sebagai guru bidang studi seni budaya, untuk melaksanakan pengamatan atau observasi di lapangan peneliti dibantu oleh  dua orang guru yang juga mengampu mata pelajaran seni budaya.
B.    Metode Penelitian
“Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Suhardjono adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. PTK berfokus pada kelas atau proses belajar mengajar yang terjadi di kelas. Selanjutnya menurut Suharsimi (Suhardjono, 2007: 58) menjelaskan:
PTK Melalui paparan gabungan tiga definisi dari tiga kata, Penelitian+ Tindakan + Kelas sebagai berikut.
1.   Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti
2.   Tindakan adalah suatu gerak kegiatan sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3.   Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari empat tahap yang meliputi: 1. perencanaan, 2. pelaksanaan, 3.observasi, dan 4. refleksi dalam setiap siklus. Prosedur penelitian yang dilakukan dengan menggunakan model spiral.

C.    Uraian Persiklus

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan pada saat pra tindakan, guru menemukan permasalahan bahwa hasil belajar siswa dalam belajar seni budaya rendah. Rendahnya nilai Berdasar temuan fakta tersebut, guru melaksanakan pembelajaran seni budaya dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam belajar seni budaya. Dalam tindakan pembelajaran ini guru menentukan materi dan pokok bahasan mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara.
Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas :
1.   Orientasi dan Identifikasi Masalah  di Lapangan
a.    observasi latar belakang SMP Negeri 2 Sukaratu,  guru dan siswa kelas VII E;
b.   observasi terhadap kegiatan pembelajaran seni budaya  untuk  memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran yang sudah berlangsung; dan
c.   mengidentifikasi permasalahan.
2.   Tahap Perencanaan 
a.   pembuatan skenario pembelajaran;
b.   pembuatan perangkat tes unjuk kerja; dan
c.   pembuatan lembar observasi dan LKS.
3.   Tahap pelaksanaan
a.   Pelaksanaan tindakan siklus I
b.   Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan  model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz dalam pokok bahasan mengapresiasi karya seni rupa murni.
c.    Observasi
Dalam waktu bersamaan observer melakukan pengamatan terhadap pelaksaan tindakan. Dalam melakukan observasi, pada proses pembelajaran yang berlangsung peneliti bekerja sama dengan dua guru seni budaya yang juga bertindak sebagai observer.
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Supardi, 2007: 127). Observasi ini meliputi kegiatan-kegiatan mengenali dan mendokumentasikan aktivitas yang muncul, perubahan-perubahan yang terjadi dari proses dan hasil yang dicapai dalam pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara dengan menerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz
d.   Refleksi siklus I
Refleksi atau reflection adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi (a) pada siswa, (b) suasana kelas, dan (c) guru. Kolaborasi dengan teman sejawat akan berperan penting dalam memutuskan “judging the value” (seberapa jauh action telah membawa perubahan terjadi, mengapa demikian, apa kelebihan/ kekuranngan, bagaimana langkah-langkah penyempurnaannya, dan sebagainy (Supardi, 2007: 133).
Refleksi dilakukan setelah pembelajaran selesai. Pada refleksi ini peneliti mengidentifikasi permasalahan yang timbul selama tindakan dilakukan. Kemudian menganalisis hasil pekerjaan siswa, baik tugas individu, tugas kelompok maupun ulangan harian ke-1. Hasil dari analisis tadi kemudian digabungkan dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan observer. Dari hasil refleksi ini, kemudian peneliti dan observer merencanakan tindakan yang harus dilakukan pada siklus berikutnya.
e.   Pelaksanaan tindakan siklus II 
1)                    Perencanaan tindakan siklus II
2)      Pelaksanaan tindakan pemebelajaran dengan menerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team quis dalam pokok bahasan mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara.
3)      Observasi
4)      Refleksi silkus II
Pada kegiatan ini peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan. Dari hasil refleksi siklus II guru sebagai peneliti selanjutnya memperbaiki kekurangan pada pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I.
f.    Pelaksanaan tindakan siklus III 
1)                    Perencanaan tindakan siklus III
2)      Pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team quis dalam pokok bahasan mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara.
3)      Observasi
4)      Refleksi silkus III
Pada kegiatan ini peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan. Dari hasil refleksi siklus II guru sebagai peneliti selanjutnya memperbaiki kekurangan pada pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I.
g.   Analisis Keseluruhan Tindakan
Analisis keseluruhan tindakan pembelajaran dengan menerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team quis dalam pokok bahasan mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat.
D.    Pengumpulan Data / Instrumen Yang digunakan
 Instrumen sebagai alat untuk pengumpulan data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data yang akurat sebagaimana adanya.  Dalam hal ini peneliti menggunakan instrumen yang terdiri dari:
  1. Silabus
Silabus adalah perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman bagi peneliti dalam menentukan urutan materi yang diberikan serta menentukan alokasi waktu.
  1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat sebagai panduan bagi peneliti untuk menentukan langkah-langkah pada proses pembelajaran untuk setiap pertemuan. Hal ini dimaksudkan untuk melihat gambaran selama penelitian.
3.       Soal tes
Tes dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atau daya serap siswa terhadap meteri pelajaran yang disajikan dalam tindakan pembelajaran.
4.       Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan dilakukan oleh observer untuk mengamati aktivitas siswa dan guru pada setiap pertemuan kegiatan belajar mengajar berlangsung, agar dapat diperoleh informasi apakah siswa aktif atau tidak, juga sebagai bahan kajian pada refleksi di setiap siklus.
5.       Angket
Teknik pengumpulan data melalui observasi dengan angket digunakan untuk mengukur partisipasi belajar seni budaya melalui penerapan model pembelajaran coopreative learning tipe team quiz dalam materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat. Jika Sangat setuju: 5, Setuju: 4, Ragu-ragu: 3, Tidak setuju: 2 dan Sangat Tidak Setuju: 1. Validasi angket dilakukan bersama antara peneliti dengan kolaborator dan Kepala Sekolah.
6.       Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data mengenai tanggapan siswa tentang pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz.
7.     Pedoman Daya Serap,  Aktivitas Siswa dan Sikap
a.     Daya serap siswa diperoleh dari hasil nilai tes, seperti tampak pada tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Hasil tes
No Urut
Subjek
Siklus I
Iklus II
Iklus II
1
2
1
1
2
3
1
2
3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Dst.










Daya Serap Rata-rata









Daya Serap Kelas (%)










a.   Penilaian tentang sikap dan sikap siswa terhadap pembelajaran seni budaya pada pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara dengan menerpakan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz yaitu dengan cara merubah jawaban siswa dalam angket ke dalam bilangan (kuantitatif) kemudian menghitung presentase alternatif jawaban yang diberikan sebagai berikut:
Tabel 3.3.
Skor alternatif Jawaban
Alternatif jawaban
Pertanyaan
Positif skor
Negatif skor
Sangat setuju
4
1
Setuju
3
2
Tidak setuju
2
3
Sangat tidak setuju
1
4

Tabel 3.4.
Kriteria Sikap dan minat siswa
Prosentase
Kriteria
0%
Tidak ada
1%-25%
Sebagian kecil
26%-49%
Hampir setengahnya
50%
setengahnya
51%-75%
Sebagian besar
76%-99%
Pada umumnya
100%
seluruhnya

A.  Idikator Keberhasilan
Data hasil penelitian diolah dengan teknik analisis statistic deksriftive. Analisa data dari hasil penelitian yang tergolong kuantitatif dilakukan secara dekriptif, dengan menggunakan pengolahan statistic yang bersifat deskriftive ( statistik deskriptif).
Data-data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara,  dan dokumentasi dianalisis menggunakan analisis kualitatif, sedangkan data dari tes dianalisis menggunakan analisis kuantitatif. 
Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini, ditentukan oleh beberapa indikator sebagai berikut:
Tabel 3.5.
Kriteria Sikap dan minat siswa

No
Ukuran Indikator
Capaian siklus I
Capaian siklus II
1.
Siswa yang mencapai angka KKM (nilai ≥ 70)
≥ 60%           
≥ 80%
2.
Nilai rata-rata kelas
≥ 60%
≥ 75%
3.
Siswa yang aktif dalam proses pemebelajaran
≥ 65%
≥ 90%


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
                                                                                                                
A.     Uraian tentang Pelaksanaan Per siklus dan Hasilnya
1.   Deskripsi Hasil Observasi Pembelajaran Pra Tindakan
Pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan sebelum diadakan tindakan pembelajaran atau kegiatan pembelajaran pra tindakan, yang dialami oleh peneliti yang juga bertindak sebagai guru seni budaya di kelas VII E SMP Negeri 2 Sukaratu menggunakan metode konvensional didapatkan perolehan hasil belajar yang rendah. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, rendahnya hasil belajar yang diperoleh dipengaruhi oleh metode yang tidak tepat yang dipilih oleh guru di dalam kegiatan pembelajaran. Metode yang dipilih oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajran masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. Pemilihan metode yang tidak tepat berpengaruhi terhadap rendahnya aktivitas siswa, karena pelaksanaan pembelajaran terlalu berpusat kepada guru sehingga pada akhirnya berakibat langsung terhadap rendahnya perolehan hasil belajar. Capaian hasil belajar yang rendah ini dibuktikan dengan data perolehan ketuntasan belajar siswa kelas VII E yang hanya mencapai 36,36%.
Metode pembelajaran yang tidak tepat dalam hal ini adalah metode pembelajaran konvensional tidak banyak memberi peluang terhadap siswa untuk lebih menggali atau mengeksplorasi kemampuanya. Metode pembelajaran konvensional yang selama ini dilakukan memposisikan siswa hanya sebagai komunitas yang pasif, sementara peran guru terlalu dominan. Tingginya aktivitas guru serta rendahnya aktifitas siswa hanya akan menciptakan kondisi dan suasana pembelajaran yang kurang kondusif, yang berimplikasi terhadap rendahnya perolehan hasil belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi nyata yang dialami dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran belum berlangsung secara baik  dengan dibuktikan masih rendahnya keaktifan siswa dan rendahnya pencapaian hasil belajar siswa. Kondisi ini memerlukan dilakukannya pemecahan masalah agar permasalahan yang muncul dapat segera teratasi. Pemecahan masalah yang dilakukan adalah dengan melaksanakan tindakan pembelajaran dengan pemilihan dan penentuan model pembelajaran yang tepat. Penentuan model pembelajaran dalam tindakan pembelajaran ini adalah model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz.
2.   Kegiatan Tindakan Pembelajaran
Tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan juga bertindak sebagai guru,  yang dilaksanakan di kelas VII E SMP N 2 Sukaratu ini terdiri dari tiga siklus. Pelaksanaan silklus I dilaksanakan tanggal 11 Agustus 2015 dan 25 Agustus 2015, pelakasanaan siklus II tanggal 1 september 2015 dan tanggal 8 september 2015  serta pelaksanaan siklus III tanggal 15 September 2015 dan 22 September 2015. Berdasarkan perencaan yang telah ditentukan sebelumnya seperti tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran pada lampiran 16, pelaksanaan pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat dengan mengunakan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz. tindakan pembelajaran siklus I ditentukan dengan indikator: mengidentifikasi pengertian dan cabang-cabang seni,  siklus II dengan indikator: mengidentifikasi fungsi dan kegunaan seni rupa terapan daerah setempat, dan siklus III dengan indikator: mengidentifikasi unsur-unsur seni rupa terapan daerah setempat.
Langkah-langkah pembelajaran penerapan model cooperative tipe team quiz pada materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setmpat di kelas VII E adalah sebagai berikut:
1.      Pemilihan topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.
2.      Siswa dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu A,B, dan C.
3.       Penyampaian format pelajaran kepada siswa kemudian guru mulai menyampaikan materi. Penyampaian materi maksimal 10 menit.
4.       Setelah menyampaikan materi, menugaskan kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Kelompok B dan C mengunakan waktu ini untuk melihat catatan mereka.
5.       Menugaskan kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan, maka pertanyaan tersebut dilemparkan kepada kelompok C.
6.       Kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab, maka pertanyaan dilemparkan kepada kelompok B.
7.       Jika pertanyaan jawaban selesai, maka melanjutkan pelajaran kedua dan menunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A.
8.       Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, langkah selanjutnya  penyampaian materi pelajaran ketiga dan menunjuk kelompok C sebagai kelompok penanya.
9.       mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan menjawab sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru.
1.   Tindakan Pembelajaran  Siklus I
Pelaksanaan silklus I dilaksanakan pada hari selasa tanggal tanggal 11 Agustus 2015 dan 25 Agustus 2015. Pada langkah awal tindakan pembelajaran adalah pemberian motivasi tentang letak pentingnya materi mengapresiasi karya seni rupa terapan mancanegara.Guru menstimulus siswa dengan cara bertanya kepada siswa tentang kaitan materi yang mereka hadapi dengan kehidupan sehari-hari. Guru juga menstimulus siswa tentang karakter positif yang perlu dijunjung tinggi dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari berakiatan dengan pokok bahasan.
Langkah selanjutnya guru memberi arahan tentang prosedur atau langkah-langkah yang akan dilalui dalam pembelajaran materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz. Respon siswa terhadap penjelasan yang disampaikan guru tentang prosedur pembelajaran yang akan mereka lalui sebagian besar terlihat antusias.  
Prosedur pertama model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz, guru melakukan pemilihan topik yang akan disampaikan pada siklus pertama ke dalam tiga bagian sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya seperti telihat pada lampiran 16.
Prosedur kedua adalah pengelompokan siswa kedalam tiga kelompok yaitu kelompok A, kelompok B dan kelompok C. Pengelompokan dilakukan secara acak. Tempat duduk siswa diatur sesuai kelompok masing-masing dengan bentuk atau skema menyerupai tapal kuda seperti terdapat pada lampiran 13.
Prosedur ketiga setelah sebelumnya guru membagikan hand out tentang materi mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara, guru menyampaikan materi ke-1, materi disampaikan dengan durasi tidak lebih dari sepuluh menit.  
Langkah atau prosedur keempat setelah guru menyampaikan materi selanjutnya guru menugaskan kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Sementara kelompok B dan kelompok C menggunakan waktu ini dengan melihat hand out materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat.
Langkah kelima yaitu: menugaskan kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan, maka pertanyaan tersebut dilemparkan kepada kelompok C. Pada kenyataan yang dialami ternyata kelompok B mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh kelompok A, apluse atau tepuk tangan mewarnai kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Tiap kelompok mulai terlihat antusias.  Selanjutnya langkah keenam: kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab, maka pertanyaan dilemparkan kepada kelompok B. Pada babak inipun kelompok C rupanya samahal seperti kelompok B dapat menjawab pertanyaan yang disampaikan kelompok A, sorak-sorai dan tepuk tangan pun mewarnai kagiatan pembelajaran ini.
Selanjutnya pada saat jawaban selesai, maka dilanjutkan pada materi II dan menunjuk kelompok B untuk menjadi keolompok penanya, hal ini dilakukan seperti yang berlaku untuk kelompok A. Ini belangsung pada langkah ke tujuh. Selanjutnya langkah kedelapan  pada saat kelompok B selesai dengan pertanyaannya, langkah selanjutnya adalah penyampaian materi pelajaran III dan menunjuk kelompok C sebagai penanya.
Pada tindakan pembelajaran mengunakan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz pada prosedur atau langkah pembelajaran keempat sampai langkah kedelapan aktivitas dan antusiasme siswa  mulai terlihat, tiap kelompokpun mulai terlihat berkompetisi, untuk dapat menjawab dengan baik pertanyaan-petanyaan yang lontarkan kelompok penanya. Meskipun mobilitas tiap anggota sangat terbatas. Terbatasnya mobilitas tiap siswa rupanya rupanya terkendala oleh penempatan posisi tempat duduk yang kurang memberikan ruang yang cukup. 
Langkah kesembilan atau prosedur terakhir dari tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz yaitu mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan menjawab sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru
Pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model cooperative tipe team quiz pada materi mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara guru yang sekaligus sebagai peneliti didampingi oleh dua orang guru sebagai observer. Dua orang observer tersebut bertugas mengamati atau mengobservasi jalannya pelaksanaan tindakan pembelajaran. Hasil observasi dan pengamatan kedua orang observer tersebut dituangkan ke dalam lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini jawaban dan pernyataan pengamat atau observer dirubah atau diadaptasi menjadi data yang bersifat kuantitatif. Pernyataan sangat baik  diberi skor 5, pernyataan baik diberi skor 4, pernyataan cukup  diberi skor 3, pernyataan kurang diberi skor 2, serta sangat kurang dinyatakan dengan skor 1.
Hasil pengamatan dan observasi yang telah dilakukan oleh para observer selama berlangsungnya tindakan pembelajaran dengan menerapkan model cooperative tipe team quiz pada materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat dapat kita amati pada tabel 4.1. Dari tabel tesebut dapat diketahui bahwa pembelajaran siklus I dapat dikategorikan aktif, meskipun terkendala kurang siapnya guru dan siswa didalam menghadapi model pembelajaran tersebut.
Tabel 4.1
Skor aktivitas siswa pada pembelejaran siklus I

No
Aktivitas siswa
skor
1.
Disiplin
3
2.
Kesiapan belajar
3
3.
Penguasaan konsep pra syarat
3
4.
Pemusatan perhatian
4
5.
Antusiasme
4
6.
kreativitas
4
7.
presentasi
4
8.
Percaya diri
3
9.
Kerja sama
3
10.
Penggunaan media
3

Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa aktivitas siswa berupa antusiame siswa siswa, pemusatan perhatian,  presentasi dan kreativitas siswa mendapat skor cukup baik masing-masing 4, sedangkan aktivitas siswa berupa: disiplin, kesiapan belajar, penguasaan konsep prasarat, percaya diri, kerjasama, dan penggunaan media masing-masing mendapat skor 3. 
Pada akhir pembelajaran guru mengadakan post tes yang terdiri dari soal obyektif seperti dapat di lihat pada lampiran. Hasil tes yang telah dilakukan dapat kita lihat pada tabel 4.2. Dari tabel 4.2. tersebut dapat diketahui mengenai daya serap kelas setelah mengikuti pelaksanaan tindakan pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz, siklus I, daya serap rata-rata mencapai nilai 75,76 sedangkan daya serap kelas mencapai prosentase 63,64%.
Tabel 4.2.
Daya Serap Hasil Tes Siklus I
No urut
subjek
Nilai
1.
ADAM ALFARIZI
60
2.
ADE SANI
40
3.
AGUS MULAYANA
40
4.
ANA KARENINA
60
5.
ANDI MUHAMMAD J.
60
6.
ANISA NURUSSIAMI
80
7.
ASEP CAHYA W.
80
8.
CUCU RAHAYU
80
9.
DELA SITI FATIMAH
80
10.
EMA ROSMIATI
80
11.
ERIK SALSA F.
80
12.
FITRI
100
13.
GALIH MUAHAMMAD
100
14.
GERRY RIVALDI
80
15.
IIS FATIMAH
100
16.
IKBAL MULYADI
80
17.
IMAM SANTOLIS
80
18.
LUTFIAH MAMBURROH
100
19.
MUHAMMAD RESTU  N.
60
20.
MUHAMMAD W.  H.
60
21.
NADIA NURAZIZAH
100
22.
NANANG ABDILLAH
60
23.
NENG SARASWATI
100
24.
RAFLI LALAN
100
25.
RAUDATUL GINA
100
26.
RIFAN ABDUL BASIT
80
27.
RIZKI KURNIAWAN
60
28.
ROBBI CAHYA L.
80
29.
ROSA FITRIANI
60
30.
SAROH SITI NURSALAM
80
31.
SILVI MARSELA
80
32.
SINTA DELAWATI
60
33.
TINI
40
Daya serap rata-rata
75,76
Daya serap kelas %
63,64%

Pengamatan yang telah dilakukan selama pelaksanaan tindakan pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz pada siklus I, merupakan bahan yang akan menjadi acuan untuk pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki diantaranya: 1) adalah perlu ditingkatnya kesiapan guru dalam tiap prosedur pelaksanaan pembelajaran terutama dalam hal penggunaan media pembelajaran yang lebih menunjang agar penyampaian materi berlangsung lebih efektif, 2) pengaturan tempat duduk tiap kelompok perlu diperhatikan agar tidak terlalu membatasi mobilitas siswa, 3) pembagian kelompok siswa dapat dipilih bukan hanya secara acak, pemilihan tiap kelompok dapat diatur secara heterogen terutama berdasarkan kemampuan siswa, 4) guru harus memperhatikan untuk dapat menstimulus keaktifan siswa terutama terutama pada aspek: disiplin, kesiapan belajar, penguasaan konsep prasarat, kepercayaan diri siswa, kerjasama terutama antar tiap anggota kelompok, dan aspek penggunaan media.
2.   Tindakan Pembelajaran  Siklus II
Pelaksanaan silklus II dilaksanakan pada hari senin tanggal 1 September dan 8 September 2015. Pelaksanaan tindakan pembelajaran penerapan model pembelajaran cooperatif learning tipe team quiz pada materi mengapresiasi seni rupa terapan daerah setempat mengetengahkan pokok bahasan berkarya Fungsi dan kegunaan karya seni rupa terapan daerah setempat.
Tahap awal dari langkah pembelajaran tindakan pembelajaran siklus II adalah penjelasan tentang pentingnya pokok bahasan yang akan dibahas. Guru menstimulus siswa untuk mengkaitkan pokok bahasan terkait dengan kenyataan yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga mencoba untuk menggugah dan mengeksplorasi kesadaran siswa tentang karakter yang positif yang dapat mereka implementasi dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pokok bahasan terkait.
Langkah selanjutnya guru mencoba mengetahui pemahaman siswa tentang prosedur atau langkah-langkah yang akan dilalui dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz. Untuk mengetahui pemahaman mereka tentang penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz dilakukan dengan cara memberi pertanyaan kepada seluruh siswa dan mempersilakan salah satu siswa untuk menjelaskanya. Ternyata sebagian dari mereka banyak yang tunjuk jari, hal ini menunjukan bahwa mereka siap untuk memberikan penjelasan tentang prosedur atau langkah pembelajaran tersebut, ini mengidikasikan sebagaian besar siswa betul-betul faham tentang prosedur dan langkah pembelajaran cooperative learning tipe team quiz.
Prosedur atau langkah pertama model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz, guru melakukan pemilihan topik yang akan disampaikan pada siklus II  ke dalam tiga bagian sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya seperti telihat pada lampiran.
Langkah atau prosedur kedua adalah mengelompokan  siswa ke dalam tiga kelompok yaitu kelompok A, kelompok B dan kelompok C. Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan pada tindakan pembelajaran siklus ke I, pengelompokan dilakukan tidak secara acak, tetapi dilakukan secara heterogen berdasarkan kemampuan siswa. Ini dilakukan agar siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah tersebar di setiap kelompok, sehingga dalam pelaksanaan pemebelajaran yang berlangsung diantara mereka dapat saling melengkapi.  Berdasarkan refleksi yang dilakukan pada siklus ke I, tempat duduk siswa diatur sesuai kelompok masing-masing dengan bentuk atau skema seperti terdapat pada lampiran.
Prosedur ketiga setelah sebelumnya guru membagikan hand out tentang submateri mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara, guru menyampaikan materi ke-1, materi disampaikan dengan waktu tidak lebih dari sepuluh menit. Prosedur keempat setelah guru menyampaikan materi, selanjutnya guru menugaskan kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Sementara kelompok B dan kelompok C menggunakan waktu ini dengan melihat hand out submateri mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara, yaitu pengertian seni lukis dan media seni lukis.
Langkah kelima yaitu: menugaskan kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan, maka pertanyaan tersebut dilemparkan kepada kelompok C. Pada kenyataan yang dialami ternyata sama seperti yang terjadi pada siklus I yaitu kelompok B mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh kelompok A, dengan demikian apluse atau tepuk tangan mewarnai kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Tiap kelompok terlihat antusias. Langkah keenam: kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab, maka pertanyaan dilemparkan kepada kelompok B. begitupun pada babak ini kelompok C juga seperti kelompok B dapat menjawab pertanyaan yang disampaikan kelompok A, apluse dan tepuk tanganpun mewarnai kagiatan pembelajaran ini.
Langkah ke tujuh pada saat jawaban selesai, maka dilanjutkan pada materi II dan menunjuk kelompok B untuk menjadi keolompok penanya, hal ini dilakukan seperti yang berlaku untuk kelompok A. Prosedurpun dilanjutkan pada langkah kedelapan  pada saat kelompok B selesai dengan pertanyaannya, langkah selanjutnya adalah penyampaian materi pelajaran III dan menunjuk kelompok C sebagai penanya.
Pada tiap prosedur atau langkah tindakan pembelajaran mengunakan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz pada prosedur keempat sampai prosedur kedelapan aktivitas dan antusiasme siswa sangat jelas terlihat, sehingga terjadi peningkatan dibanding siklus I. Peningkatan ini disebabkan berbagai perbaikan yang telah dilakukan berdasarkan refleksi pada tidakan I.  Perubahan pengelompokkan siswa dan perubahan tempat duduk tiap kelompok, sangat berpengaruh pada keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran. Tiap kelompokpun terlihat berkompetisi, untuk dapat menjawab dengan baik pertanyaan-petanyaan yang lontarkan kelompok penanya.
Langkah kesembilan atau prosedur terakhir dari tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran coopertive learning tipe team quiz yaitu mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan menjawab sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru
berdasarkan pengamatan dan observasi yang telah dilakukan oleh para observer selama berlangsungnya tindakan pembelajaran dengan menerapkan model cooperative tipe team quiz pada materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat siklus ke II, dapat kita lihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Skor aktivitas siswa pada pembelejaran siklus II
No
Aktivitas siswa
skor
1.
Disiplin
3
2.
Kesiapan belajar
4
3.
Penguasaan konsep pra syarat
4
4.
Pemusatan perhatian
4
5.
Antusiasme
4
6.
kreativitas
4
7.
presentasi
4
8.
Percaya diri
4
9.
Kerja sama
3
10.
Penggunaan media
3

Dari tabel di atas dapat kita diketahui bahwa aktivitas siswa berupa antusiame siswa, pemusatan perhatian,  presentasi siswa, kreativitas siswa, pengusaan konsep prasarat, kesiapan belajar, percaya diri dan kerjasama mendapat skor cukup baik masing-masing 4, sedangkan aktivitas siswa berupa: disiplin, kerjasama, dan penggunaan media masing-masing mendapat skor 3. 
Pada akhir tindakan pembelajaran siklus II guru mengadakan post tes yang terdiri dari soal obyektif seperti dapat di lihat pada lampiran 11. Hasil tes yang telah dilakukan dapat kita lihat pada tabel 4.4. Dari tabel 4.4. tersebut dapat diketahui mengenai daya serap kelas setelah mengikuti pelaksanaan tindakan pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz, siklus II, daya serap rata-rata mencapai nilai 82,12, sedangkan daya serap kelas mencapai prosentase 81,18%.
Tabel 4.4.
Daya Serap Hasil Tes Siklus II
No urut
subjek
Nilai
1.
ADAM ALFARIZI
80
2.
ADE SANI
80
3.
AGUS MULAYANA
60
4.
ANA KARENINA
80
5.
ANDI MUHAMMAD J.
60
6.
ANISA NURUSSIAMI
80
7.
ASEP CAHYA W.
100
8.
CUCU RAHAYU
70
9.
DELA SITI FATIMAH
80
10.
EMA ROSMIATI
80
11.
ERIK SALSA F.
90
12.
FITRI
100
13.
GALIH MUAHAMMAD
60
14.
GERRY RIVALDI
60
15.
IIS FATIMAH
80
16.
IKBAL MULYADI
100
17.
IMAM SANTOLIS
80
18.
LUTFIAH MAMBURROH
100
19.
MUHAMMAD RESTU  N.
80
20.
MUHAMMAD W.  H.
80
21.
NADIA NURAZIZAH
80
22.
NANANG ABDILLAH
80
23.
NENG SARASWATI
80
24.
RAFLI LALAN
100
25.
RAUDATUL GINA
100
26.
RIFAN ABDUL BASIT
80
27.
RIZKI KURNIAWAN
70
28.
ROBBI CAHYA L.
80
29.
ROSA FITRIANI
80
30.
SAROH SITI NURSALAM
100
31.
SILVI MARSELA
100
32.
SINTA DELAWATI
80
33.
TINI
80
Daya serap rata-rata
82,12
Daya serap kelas %
81,18%
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan selama pelaksanaan tindakan pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz pada siklus II, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian guru. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian guru adalah: 1) guru perlu memperhatikan secara baik tentang langkah-langkah pembelajaran terutama langkah pada pendahuluan, guru belum mengkaitkan materi yang dibahas dengan materi yang dibahas pada pertemuan sebelumnya, 2) ada beberapa aspek aktivitas siswa yang belum terjadi peningkatan bila dibanding dengan siklus sebelumnya, aspek tersebut adalah: disiplin, dan penggunaan media, 3) dalam hal penamaan kelompok dapat dicoba untuk dirubah oleh para siswa, sehingga dapat lebih meningkatkan motivasi bagi mereka, tiap kelompok bisa memakai label nama kelompok yang mereka buat sendiri.
3.   Tindakan Pembelajaran  Siklus III
Siklus III dilaksanakan pada hari senin tanggal 15 Sepetember 2015 dan 22 September 2015. Pada pelaksanaan tindakan pembelajaran penerapan model pembelajaran cooperatif learning tipe team quiz dalam materi mengapresiasi seni rupa terapan daerah setempat mengambil subpokok bahasan unsur-unsur seni rupa terapan daerah setempat.
Langkah awal pembelajaran tindakan pembelajaran siklus III adalah penjelasan tentang pentingnya pokok bahasan yang akan dibahas dan kompetensi yang hendak dicapai. siswa diberi stimulus untuk mengkaitkan pokok bahasan terkait dengan kenyataan yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Guru mengkaitkan materi yang akan dibahas dengan materi yang dibahas pada pertemuan sebelumnya, juga mencoba untuk menggugah kesadaran siswa tentang karakter yang positif yang dapat mereka implementasi dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan pokok bahasan sedang dibahas.
Prosedur atau langkah pertama model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz, guru melakukan pemilihan topik yang akan disampaikan pada siklus III  ke dalam tiga bagian sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya seperti telihat pada lampiran 16. Selanjutnya langkah atau prosedur kedua adalah mengelompokan  siswa ke dalam  tiga kelompok, berbeda dengan sebelumnya nama kelompok ditentukan oleh siswa sendiri yaitu kelompok Biru, kelompok Hijau Muda dan kelompok Merah, nama kelompokpun mereka cantumkan dalam bentuk label yang mereka buat sendiri. Hal ini dilakukan berdasarkan refleksi yang dilakukan pada tindakan pembelajaran siklus II. Skema tempat duduk sama seperti tindakan pembelajaran siklus II.
Langkah atau prosedur ketiga guru membagikan hand out tentang submateri mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara, selanjutnya guru menyampaikan materi ke-1, dengan waktu tidak lebih dari sepuluh menit. Prosedur keempat setelah guru menyampaikan materi selanjutnya guru menugaskan kelompok Biru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Sementara kelompok Hijau Muda dan kelompok Merah menggunakan waktu ini dengan melihat hand out submateri mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat.
Langkah kelima yaitu: menugaskan kepada kelompok Biru untuk memberi pertanyaan kepada kelompok Hijau Muda jika kelompok Hijau Muda tidak dapat menjawab pertanyaan, maka pertanyaan tersebut dilemparkan kepada kelompok Merah. Tiap kelompok terlihat antusias. Langkah keenam: kelompok Biru memberikan pertanyaan kepada kelompok Merah, jika kelompok Merah tidak bisa menjawab, maka pertanyaan dilemparkan kepada kelompok Hijau Muda.  Langkah ke tujuh pada saat jawaban selesai, maka dilanjutkan pada materi II dan menunjuk kelompok Hijau Muda untuk menjadi kelompok penanya, hal ini dilakukan seperti yang berlaku untuk kelompok Biru. Prosedurpun dilanjutkan pada langkah kedelapan  pada saat kelompok Hijau Muda selesai dengan pertanyaannya, langkah selanjutnya adalah penyampaian materi pelajaran III dan menunjuk kelompok Merah sebagai penanya. Langkah terakhir atau langkah ke sembilan dari tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran coopertive learning tipe team quiz yaitu mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan menjawab sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru
Hasil pengamatan dan observasi yang telah dilakukan oleh para observer selama berlangsungnya tindakan pembelajaran dengan menerapkan model cooperative tipe team quiz pada materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat siklus ke III, dapat kita lihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5.
Skor aktivitas siswa pada pembelejaran siklus III
No
Aktivitas siswa
skor
1.
Disiplin
3
2.
Kesiapan belajar
4
3.
Penguasaan konsep pra syarat
4
4.
Pemusatan perhatian
4
5.
Antusiasme
5
6.
kreativitas
4
7.
presentasi
4
8.
Percaya diri
4
9.
Kerja sama
5
10.
Penggunaan media
4

Dari tabel di atas dapat kita diketahui bahwa aktivitas siswa berupa pemusatan perhatian,  presentasi siswa, kreativitas siswa, pengusaan konsep prasarat, kesiapan belajar, percaya diri dan kerjasama mendapat skor yang sama seperti pada siklus II masing-masing 4. Aktivitas siswa berupa: disiplin, kerjasama dan penggunaan media yang masing-masing mendapat skor 3 pada siklus ke II, telah terjadi peningkatan untuk aspek disiplin dan penggunaan media masing-masing mendapat skor 4, dan skor maksimal yaitu 5 untuk aspek kerjasama.   
Akhir tindakan pembelajaran siklus III guru mengadakan post tes yang terdiri dari soal obyektif seperti dapat di lihat pada lampiran. Hasil tes yang telah dilakukan dapat kita lihat pada tabel 4.6. Dari tersebut dapat diketahui mengenai daya serap kelas setelah mengikuti pelaksanaan tindakan pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz, siklus III, daya serap rata-rata mencapai nilai 88,79, sedangkan daya serap kelas mencapai prosentase 87,50%.
Tabel 4.6.
Daya Serap Hasil Tes Siklus III
No urut
subjek
Nilai
1.
ADAM ALFARIZI
100
2.
ADE SANI
100
3.
AGUS MULAYANA
90
4.
ANA KARENINA
60
5.
ANDI MUHAMMAD J.
80
6.
ANISA NURUSSIAMI
60
7.
ASEP CAHYA W.
100
8.
CUCU RAHAYU
80
9.
DELA SITI FATIMAH
100
10.
EMA ROSMIATI
50
11.
ERIK SALSA F.
100
12.
FITRI
100
13.
GALIH MUAHAMMAD
90
14.
GERRY RIVALDI
50
15.
IIS FATIMAH
60
16.
IKBAL MULYADI
100
17.
IMAM SANTOLIS
80
18.
LUTFIAH MAMBURROH
100
19.
MUHAMMAD RESTU  N.
100
20.
MUHAMMAD W.  H.
90
21.
NADIA NURAZIZAH
100
22.
NANANG ABDILLAH
100
23.
NENG SARASWATI
100
24.
RAFLI LALAN
90
25.
RAUDATUL GINA
100
26.
RIFAN ABDUL BASIT
100
27.
RIZKI KURNIAWAN
90
28.
ROBBI CAHYA L.
80
29.
ROSA FITRIANI
100
30.
SAROH SITI NURSALAM
100
31.
SILVI MARSELA
100
32.
SINTA DELAWATI
80
33.
TINI
100
Daya serap rata-rata
88,79
Daya serap kelas %
87,50%

Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan pada siklus ke II maka dilakukan tindakan pem
hasil pengamatan yang telah dilakukan selama pelaksanaan tindakan pembelajaran mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz pada siklus III telah terjadi peningkatan dibanding siklus ke I dan siklus ke II. Hasil belajar berupa daya capaian daya serap siswa pada siklus III terjadi juga peningkatan dibanding dengan siklus ke I dan ke II.
B.      Pembahasan/ Analisis Hasil Penelitian
1.   Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh observer terhadap tindakan pembelajaran penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz pada materi mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara di kelas VII E SMP Negeri 2 Sukaratu menunjukan adanya peningkatan aktivitas siswa dari tiap siklus, yaitu siklus I, siklus II maupun siklus III. Dalam menilai aktivitas belajar siswa di dalam kelas yaitu dengan cara merubah jawaban observer ke dalam dalam bilangan (kuantitatif) seperti dapat kita lihat pada tabel. Berdasarkan kepada alternatif jawaban pada tabel 4.7. aktivitas kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dikatakan aktif apabila skor rata-ratanya di atas 3. Aktivitas siswa siklus I sampai siklus III dapat kita lihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.7.
Skor alternatif Jawaban
Alternatif jawaban
Skor
Sangat Baik
5
Baik
4
Cukup
3
Kurang
2
Sangat Kurang
1
Tabel 4.8.
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Seni Budaya
pada Siklus I , Siklus II dan Siklus III
No
Aktivitas Siswa
Skor tiap siklus
Rata-rata
Skor tiap aspek
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1.
Disiplin
3
3
3
3,00
2.
Kesiapan belajar
3
4
4
3,66
3.
Penguasaan konsep prasarat
3
4
4
3,66
4.
Pemusatan perhatian
4
4
4
4,00
5.
Antusiasme
4
4
5
4,33
6.
Kreativitas
4
4
4
4,00
7.
Presentasi
4
4
4
4,00
8.
Percaya diri
3
4
4
3,66
9.
Kerja sama
3
3
5
3,66
10.
Penggunaan media
3
3
4
3,33
Jumlah rata-rata skor tiap siklus & jumlah skor rata-rata siklus I,II dan III
3,4
3,7
4,1
3,73

Berdasarkan tabel 4.8. di atas terlihat jelas bahwa aktivitas siswa siklus I adalah mencapai skor rata-rata 3,4. Berdasarkan kepada alternatif jawaban pada tabel 4.7. aktivitas kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dikatakan aktif apabila skor rata-ratanya di atas 3,  Sehingga aktivitas kegiatan belajar siswa pada siklus I diketgorikan aktif. Aktivitas siswa pada tindakan pembelajaran siklus II mencapai skor rata-rata 3,7 ada peningkatan 0,3 dibanding siklus I, pencapaian ini juga dapat dikategorikan aktif. Pada tindakan pembelajaran siklus III pencapaian aktivitas siswa mencapai skor rata-rata 4,1 terjadi peningkatan 0,4 dibanding siklus II, pencapaian ini juga dapat dikategorikan bahwa aktivitas siswa selama tindakan pembelajaran aktif. Rata-rata aktivitas siswa dari semua siklus yaitu siklus I, siklus II dan siklus III adalah 3,73, skor ini menunjukkan bahwa aktivitas rata-rata dari semua siklus yaitu siklus I, siklus II dan siklus III dapat dikategorikan  aktif.

2.   Hasil Belajar
Capaian hasil belajar siswa dapat diketahui berdasarkan tes yang telah dilakukan dari setiap tindakan pembelajaran baik siklus I, siklus II dan siklus III berupa prosentasi daya serap hasil tes.  Maka untuk mengetahui hasil belajar tersebut dapat dilakukan analisis daya serap siswa terhadap materi yang telah diberikan. Ketuntasan secara klasikal dalam setiap siklus tindakan yang berupa tes yang dilakukan pada setiap siklus. Hasil dari tes pada setiap siklus tindakan pembelajaran tampak pada tabel 4.8.
Tabel 4.9.
Prosentasi daya serap hasil tes Siklus I, siklus II dan Siklus III
No Urut
Subjek
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1.
ADAM ALFARIZI
60
80
100
2.
ADE SANI
40
80
100
3.
AGUS MULAYANA
40
60
90
4.
ANA KARENINA
60
80
60
5.
ANDI MUHAMMAD J.
60
60
80
6.
ANISA NURUSSIAMI
80
80
60
7.
ASEP CAHYA W.
80
100
100
8.
CUCU RAHAYU
80
70
80
9.
DELA SITI FATIMAH
80
80
100
10.
EMA ROSMIATI
80
80
50
11.
ERIK SALSA F.
80
90
100
12.
FITRI
100
100
100
13.
GALIH MUAHAMMAD
100
60
90
14.
GERRY RIVALDI
80
60
50
15.
IIS FATIMAH
100
80
60
16.
IKBAL MULYADI
80
100
100
17.
IMAM SANTOLIS
80
80
80
18.
LUTFIAH MAMBURROH
100
100
100
19.
MUHAMMAD RESTU  N.
60
80
100
20.
MUHAMMAD W.  H.
60
80
90
21.
NADIA NURAZIZAH
100
80
100
22.
NANANG ABDILLAH
60
80
100
23.
NENG SARASWATI
100
80
100
24.
RAFLI LALAN
100
100
90
25.
RAUDATUL GINA
100
100
100
26.
RIFAN ABDUL BASIT
80
80
100
27.
RIZKI KURNIAWAN
60
70
90
28.
ROBBI CAHYA L.
80
80
80
29.
ROSA FITRIANI
60
80
100
30.
SAROH SITI NURSALAM
80
100
100
31.
SILVI MARSELA
80
100
100
32.
SINTA DELAWATI
60
80
80
33.
TINI
40
80
100
Daya serap rata-rata
75,757
82,121
88,787
Daya serap kelas (%)
63,64%
81,18%
87,50%


Berdasarkan tabel 4.8. seperti dapat kita amati di atas hasil dari tes dapat disimpulkan bahwa pada umumnya hasilnya daya serap rata-rata siswa dapat dikategorikan cukup tinggi pada setiap siklus tindakan apabila dibandingkan sebelum tindakan.
Daya serap rata-rata pada siklus I adalah 75,757%, meningkat 6,634 %  pada tindakan pembelajaran siklus II menjadi 82,121%, dan meningkat 6,666% pada tindakan pembelajaran siklus III menjadi 88,787%. Daya serap serap secara klasikal atau daya serap kelas pada tindakan pembelajaran siklus I adalah 63,64% meningkat 17,54% pada tindakan pembelajaran siklus II menjadi 81,18%, dan meningkat lagi 6,32% pada tindakan pembelajaran siklus III menjadi 87,50%.
Terjadi peningkatan daya serap kelas/ ketuntasan belajar kelas cukup tinggi pada saat setelah dilakukan tindakan pembelajaran dibanding sebelum dilakukan tindakan seperti dapat kita amati pada grafik batang 4.1. yaitu tentang daya serap kelas pra tindakan dan setelah dilakukan tindakan.

3.   Angket Sikap dan Minat Siswa
Berdasarkan angket sikap dan minat, yang disebarkan kepada siswa setelah selesai pelaksanaan pembelajaran siklus ketiga, dapat dinyatakan bahwa pada umumnya siswa kelas VII E bersikap positif terhadap proses pembelajaran materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz, seperti terlihat pada Tabel 4.10. Jumlah pertanyaan yang diajukan adalah sebanyak 10 pertanyaan. Seluruh siswa diminta pendapatnya tentang sikap mereka terhadap penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz pada materi mengapresiasi karya seni rupa terpan daerah setempat, untuk pernyataan jika Sangat setuju: 4, Setuju: 3, Tidak setuju: 2 dan Sangat Tidak Setuju: 1.
Tabel 4.10.
Prosentase Sikap dan Minat Siswa
No.
Pertanyaan
Prosentasi
SS
S
TS
STS
1.
cooperatif  team quiz merupakan pembelajaran yang memdorong saya untuk mempersiapkan diri sebelumnya
15
 45,454%
17
51,151%
1
3,030%

2.
 cooperatif team quiz merupakan pembelajaran yang membuat saya terdorong untuk ingin tahu lebih dalam
30
90,909%
2
6,060%
1
3,030%

3.
cooperatif  team quiz merupakan pembelajaran yang dapat memacu semangat belajar
33
100%



4.
cooperatif  team quiz merupakan pembelajaran membantu saya dalam memahami materi yang dibahas
17
51,151%
16
48,484%


5.
cooperatif  team quiz merupakan pembelajaran yang membuat materi pembelajaran seni budaya menjadi lebih menarik
29
87,878%
4
12,121%
0
0
6.
cooperatif   team quiz merupakan pembelajaran yang menyenangkan
31
93,939%
2
6,060%


7.
Penerapan Pembelajaran cooperatif  team quiz  pada  pelajaran seni budaya membuat materi menjadi lebih mudah diingat
29
87,878%
4
12,121%


8.
Pembelajaran cooperatif  team quiz mengutamakan kerjasama maka materi pembelajaran terasa menjadi lebih mudah difahami
27
81,181%
6
18,181%


9.
Dengan pembelajaran cooperatif  team quiz terasa belajar lebih menyenangkan sehingga materi pelajaran seni budaya tidak mudah lupa kembali
18
54,545%
14
42,424%
1
3,030%

10.
Dengan pembelajaran cooperatif  team quiz ini saya lebih dapat merasakan manfaat mempelajari materi seni budaya
21
63,636%
12
36,363%



Data yang diperoleh dari tabel prosentase sikap dan minat siswa kemudian diolah menggunakan rumus:

Prosentase  =           Jumlah Skor                    x 100 %
                                    Jumlah Skor keseluruhan  

Berdasarkan  pegolahan angket yang sikap dan minat siswa terhadap pembelajaran cooperative learning tipe team quiz pada materi mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara maka dapat dijelaskan setiap pernyataan pada skala sikap dan minat siswa adalah sebagai berikut:
Pernyataan nomor satu: cooperatif  team quiz merupakan pembelajaran yang mendorong saya untuk mempersiapkan diri sebelumnya,  45,454% siswa menyatakan sangat setuju, sebagian besar siswa yaitu 51,151% menyatakan setuju, dan sebagian kecil yaitu 3,030% menyatakan tidak setuju. 
Pernyataan nomor dua: cooperatif team quiz merupakan pembelajaran yang membuat saya terdorong untuk ingin tahu lebih dalam, pada umumnya siswa menyatakan sangat setuju dengan  prosentase  90,909%. Siswa yang menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut terdiri dari  6,060% sedangkan sebagian kecil yaitu 3,030% menyatakan tidak setuju.
Pernyataan nomor tiga: cooperatif  team quiz merupakan pembelajaran yang dapat memacu semangat belajar, seluruh siswa yaitu 100% siswa menyatakan sangat setuju. Pernyataan nomor empat: cooperatif  team quiz merupakan pembelajaran membantu saya dalam memahami materi yang dibahas sebagian besar siswa yaitu 51,151% menyatakan sangat setuju dan 48,484% menyatakan setuju.
Pernyataan nomor lima: cooperatif  team quiz merupakan pembelajaran yang membuat materi pembelajaran seni budaya menjadi lebih menarik, pada umumnya siswa yaitu 87,878% menyatakan sangat setuju dan  12,121% menyatakan setuju. Pernyataan nomor enam: cooperatif   team quiz merupakan pembelajaran yang menyenangkan, pada umumnya siswa yaitu 93,939%  menyatakan sangat setuju dan sebagian kecil yaitu 6,060% menyatakan setuju.
Pernyataan nomor tujuh: penerapan pembelajaran cooperatif  team quiz  pada  pelajaran seni budaya membuat materi menjadi lebih mudah diingat, pada umumnya  siswa yaitu 87,878% menyatakan sangat setuju. dan sebagian kecil siswa yaitu 12,121% menyatakan setuju. Pernyataan nomor delapan: pembelajaran cooperatif  team quiz mengutamakan kerjasama maka materi pembelajaran terasa menjadi lebih mudah difahami, umumnya menyatakan sangat setuju yaitu 81,181% dan  sebagian kecil yaitu 18,181% menyatakan setuju.
Pernyataan nomor sembilan: dengan pembelajaran cooperatif  team quiz terasa belajar lebih menyenangkan sehingga materi pelajaran seni budaya tidak mudah lupa kembali, sebagian besar yaitu 54,545% menyatakan sangat setuju, dan hampir setengah dari jumlah siswa yaitu  42,424% menyatakan setuju dan sebagian kecil yaitu 3,030% menyatakan tidak setuju. Pernyataan nomor sepuluh: dengan pembelajaran cooperatif  team quiz ini saya lebih dapat merasakan manfaat mempelajari materi seni budaya, sebagian besar yaitu 63,636% menyatakan sangat setuju dan hampir setengahnya dari jumlah siswa yaitu 36,363% menyatakan setuju.
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz diminati oleh para siswa sehingga berpengruh langsung terhadap hasil belajar siswa.

4.            Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang lengkap tentang respon siswa terhadap pelaksanaan tindakan pembelajaran penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz pada materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat di kelas VII E SMP N 2 Sukaratu. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara seperti dapat dilihat pada lampiran 10.
Wawancara dilakukan terhadap 9 orang siswa,  yang terdiri dari siswa yang memiliki capaian hasil belajar kelas atas, capaian hasil belajar kelas bawah dan siswa yang memiliki capaian hasil belajar kelas menengah.
 Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan menyatakan sangat menyukai model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz, mereka berpendapat bahwa pembelajaran cooperative learning tipe team quiz tidak menjemukan serta sangat menyenangkan. Mereka berpendapat pembelajaran cooperative learning tipe team quiz membuat mereka lebih mudah memahami materi pembelajaran seni budaya khususnya materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat. Mereka juga berpendat bahwa pembelajaran cooperative learning tipe team quiz merupakan model pembelajaran yang sangat menggairahkan dan sangat menarik. Selanjutnya menurut mereka pembelajara cooperative learning tipe team quiz sangat mengumatakan kerja sama antara anggota kelompok, sehingga berbagai kesulitan dapat dipecahkan bersama-sama.

BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas: meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengapresiasi seni rupa murni mancanegara dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz yang dilaksanakan di kelas VII E, SMP N 2 Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya pada tahun pelajaran 2015/2016 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.         Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz dalam mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat di kelas VII E SMP Negeri 2 Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian bahwa dilihat dari penguasaan materi terlihat adanya peningkatan daya serap/ kriteria ketuntasan minimal dibanding dengan sebelum dilakukannya tindakan. Bahkan terlihat adanya peningkatan dari setiap siklus yang telah dilakukan. Pada saat sebelum diadakannya tindakan ketuntasan belajar kelas hanya 36,36%. Sedangkan pada tes yang dilakukan pada siklus I rata-rata daya serap kelas adalah  63,64%,  siklus ke II rata-rata daya serap kelas 81,18, dan siklus ke II rata-rata daya serap kelas 87,50.
2. Pada umumnya siswa merespon dengan baik penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz dalam mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat di kelas VII E SMP Negeri 2 Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini dibuktikan dari hasil pengamatan terhadap aktifitas siswa yang menunjukkan bahwa pembelajaran dapat dikategorikan aktif dengan skor rata-rata 3,4 pada siklus I, skor rata-rata 3,7 pada siklus II  dan pada siklus III rata-rata 4,5. Aktivitas siswa pada siklus I, II dan III mencapai rata-rata 3,73.
3.         Berdasarkan  pegolahan angket yang sikap dan minat siswa terhadap pembelajaran cooperative learning tipe team quiz pada materi mengapresiasi karya seni rupa terapan daerah setempat maka dapat dijelaskan setiap pernyataan pada skala sikap dan minat siswa adalah sebagai berikut:
Pernyataan nomor satu: cooperatif  team quiz merupakan pembelajaran yang mendorong saya untuk mempersiapkan diri sebelumnya,  45,454% siswa menyatakan sangat setuju, sebagian besar siswa yaitu 51,151% menyatakan setuju, dan sebagian kecil yaitu 3,030% menyatakan tidak setuju. 
Pernyataan nomor dua: cooperatif team quiz merupakan pembelajaran yang membuat saya terdorong untuk ingin tahu lebih dalam, pada umumnya siswa menyatakan sangat setuju dengan  prosentase  90,909%. Siswa yang menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut terdiri dari  6,060% sedangkan sebagian kecil yaitu 3,030% menyatakan tidak setuju.
Pernyataan nomor tiga: cooperatif  team quiz merupakan pembelajaran yang dapat memacu semangat belajar, seluruh siswa yaitu 100% siswa menyatakan sangat setuju. Pernyataan nomor empat: cooperatif  team quiz merupakan pembelajaran membantu saya dalam memahami materi yang dibahas sebagian besar siswa yaitu 51,151% menyatakan sangat setuju dan 48,484% menyatakan setuju.
Pernyataan nomor lima: cooperatif  team quiz merupakan pembelajaran yang membuat materi pembelajaran seni budaya menjadi lebih menarik, pada umumnya siswa yaitu 87,878% menyatakan sangat setuju dan  12,121% menyatakan setuju. Pernyataan nomor enam: cooperatif team quiz merupakan pembelajaran yang menyenangkan, pada umumnya siswa yaitu 93,939%  menyatakan sangat setuju dan sebagian kecil yaitu 6,060% menyatakan setuju.
Pernyataan nomor tujuh: penerapan pembelajaran cooperatif  team quiz  pada  pelajaran seni budaya membuat materi menjadi lebih mudah diingat, pada umumnya  siswa yaitu 87,878% menyatakan sangat setuju. dan sebagian kecil siswa yaitu 12,121% menyatakan setuju. Pernyataan nomor delapan: pembelajaran cooperatif  team quiz mengutamakan kerjasama maka materi pembelajaran terasa menjadi lebih mudah difahami, umumnya menyatakan sangat setuju yaitu 81,181% dan  sebagian kecil yaitu 18,181% menyatakan setuju.
Pernyataan nomor sembilan: dengan pembelajaran cooperatif  team quiz terasa belajar lebih menyenangkan sehingga materi pelajaran seni budaya tidak mudah lupa kembali, sebagian besar yaitu 54,545% menyatakan sangat setuju, dan hampir setengah dari jumlah siswa yaitu  42,424% menyatakan setuju dan sebagian kecil yaitu 3,030% menyatakan tidak setuju. Pernyataan nomor sepuluh: dengan pembelajaran cooperatif  team quiz ini saya lebih dapat merasakan manfaat mempelajari materi seni budaya, sebagian besar yaitu 63,636% menyatakan sangat setuju dan hampir setengahnya dari jumlah siswa yaitu 36,363% menyatakan setuju.
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz diminati oleh para siswa sehingga berpengruh langsung terhadap hasil belajar siswa.
4.          Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan menyatakan sangat menyukai model pembelajaran cooperative learning tipe team quiz, mereka berpendapat bahwa pembelajaran cooperative learning tipe team quiz tidak menjemukan serta sangat menyenangkan. Mereka berpendapat pembelajaran cooperative learning tipe team quiz membuat mereka lebih mudah memahami materi pembelajaran seni budaya khususnya materi mengapresiasi karya seni rupa murni mancanegara. Mereka juga berpendat bahwa pembelajaran cooperative learning tipe team quiz merupakan model pembelajaran yang sangat menggairahkan dan sangat menarik. Selanjutnya menurut mereka pembelajara cooperative learning tipe team quiz sangat mengumatakan kerja sama antara anggota kelompok, sehingga berbagai kesulitan dapat dipecahkan bersama-sama.
5.1.  Saran
Berdasar kesimpulan hasil penelitian di atas, maka  dapat diajukan   saran-saran sebagai berikut:
1.         Cooperative learning tipe team quiz merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pilihan untuk meningkatkan kerjasama yang positif  antar sesama siswa, sehingga tercapai hasil belajar siswa.
2.         Cooperative learning tipe team quiz merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai salah satu pilihan utama untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitsa  belajar siswa pada pembelajaran Seni Budaya.
3.         Penelitian tindakan kelas tentang model pembelajaran Cooperative learning tipe team quiz diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut oleh guru untuk menyempurnakan penerapan model pembelajaran ini sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang lebih optimal.



DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sopyan dan Iip Khoiru Ahmadi (2010). Konstruksi Pengembngan pembelajaran Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Problematika Kurikulum. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. (1999). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Asrori, Muhammad. (2007). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Darmadi, Hamid. (2009). Kemampuan Dasar Mengajar Landasan Konsep Dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Isjoni. (2010). Cooperatif Learning. Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Pribadi, Benny. (2009). Model Disain Sistem Pembelajaran .Jakarta: Dian Rakyat.

Priyati S., Yati dan Nandang S. (2003). Panduan Menguasai Kerajinan Tangan. Kesenian 2 Untuk SLTP Kelas I Semester 1 dan 2. Bandung: Ganeca Exact.

Rahman.(2012). Model Mengajar dan Bahan Pembelajaran. Bandung: Alqa Prin Jatinangor.


Slameto. (2003). Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suhardjono. (2012). Pertanyaan dan jawaban Sekitar Penelitian tindakan kelas dan Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Cakrawala Indonesia LP 3 Universitas Negeri Malang.

Sugianto. (2005). Kesenian Untuk SMP Kelas I. Bandung: Erlangga.

Sugiyanto. (2010). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sujana, Nana.(2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Supardi dan Suhardjono. (2011). Strategi menysun Penelitaian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Andi Offset.

Suparman, Atwi. (1997). Model- Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: Sekolah tinggi Ilmu Administrasi Lembaga administrasi Negara (STIA LAN).

















0 comments: